Chapter 1

2.8K 161 4
                                    

Entah sudah berapa kali dirinya menghela napas rasa gugupnya benar-benar membuat dirinya stres, tangannya mulai dingin dan bahkan dirinya mengalami gangguan pencernaan. Sial sekali, umpatnya.

Ini bukan hal yang pertama orang tuannya, oh bukan lebih tepatnya sang Ayah yang mencarikan pria untuknya, padahal dirinya masih ingin menikmati masa muda bersama teman-temannya, bahkan dirinya masih kuliah, oh astaga... kenapa ha-, pikirannya terpecah saat sang Ibu memanggilnya.

"Kyungsoo?" bagaikan angin yang mengelitiki telinganya, gadis itu menoleh kearah sang Ibu sambil memaksakan senyum berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Iya?" gadis itu merasakan sebuah usapan di tangan kirinya, hangat. Itulah yang dia rasakan.

"Tenanglah, sayang." Katanya sambil terus mengusap tangannya. Kyungsoo mengangguk senyumnya masih tersungging dibibirnya. Ibu nya berusaha membuat anaknya tenang, ah dirinya beruntung memiliki Ibu yang selalu mengerti dengan keadaannya.

"Ibu," katanya sambil menatap sang Ibu, matanya mulai berkaca-kaca.

"Ikuti saja apa yang Ayah mu katakan, Ibu tidak bisa berbuat apa-apa," Kyungsoo mengangguk. Ayah nya memang sangat keras berbeda dengan Ibu nya yang lembut dan penuh perhatian tapi bukan berarti sang Ayah tidak perhatian, percayalah pria itu sangat menyanyangi anak bungsunya.

Kyungsoo memiliki dua orang kakak, yang pertama Kris kakak laki-lakinya yang tinggal di Kanada bersama istrinya dan yang kedua kakak perempuannya yang bernama Minseok yang hanya berbeda dua tahun dengannya. Minseok tinggal di Kanada sama seperti Kris dirinya melanjutkan kuliah disana sebagai seorang designer. Kyungsoo ingin seperti Minseok yang mencari teman hidupnya sendiri, bukan karena paksaan seperti ini.

Kyungsoo mulai resah saat mendengar suara deru mobil di halaman rumahnya dan itu pasti... oh tidak-

"Ah.. mereka sudah datang," Napas Kyungsoo tercekat saat sang Ayah mulai bangkit dari tempat duduknya bersama Jaewoon. Ya tuhan... ingin sekali rasanya Kyungsoo menenggelamkan tubuhnya di laut.

Dadanya mulai bergedup saat mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya, dirinya mencoba menarik napas pelan lalu menghembuskannya dengan perlahan. Kedua tangannya ditarik untuk menutupi wajahnya. Bagaimana jika lelaki pilihan Ayahnya itu lelaki yang umurnya berbeda sepuluh atau dua puluh tahun, atau jangan-jangan... lelaki kenalan sang Ayah seorang duda, Oh- tidak.. tidak.. tidak!

Kyungsoo melepaskan tangannya dari wajahnya, mulutnya terbuka lebar saat melihat lelaki didepannya dengan wajah dingin dan datar seperti biasa. Dan kali ini Kyungsoo benar-benar ingin menenggelamkan tubuhnya sendiri di laut!

(***)

"Jadi? Kau akan dijodohkan lagi?" Kyungsoo mengembungkan pipinya, sebenarnya dia sudah bosan jika teman-temannya mengatakan "Kau akan di jodohkan lagi?" atau "Sampai kapan ayahmu akan mencari teman hidup untukmu? Harusnya kau yang mencari sendiri bukan ayahmu,"

"Stressor ku semakin bertambah, astaga!" pekiknya. Lalu menempelkan pipinya dimeja. "Apa yang harus aku lakukan, Luhan? Tolong aku," katanya lelah. Luhan menatapnya prihatin. Sungguh Kyungsoo sangat tidak beruntung kali ini.

"Bukannya aku tidak ingin membantumu, Kyung. Tapi ini berbeda," katanya. Kyungsoo mengangkat wajahnya dan kembali menatap Luhan dengan rambut yang sudah tidak tertata rapih.

"Apa maksudmu?" tanyanya penuh selidik. Luhan menghembuskan napas keras, sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Kyungsoo dengan serius.

"Dengar," Luhan menjeda, "Aku tidak bisa membantu untuk ini, apa salahnya kau menerima perjodohan ini? Dia tampan, pintar, cerdik, dan mapan," lanjutnya dan kembali menyandarkan punggungnya. Kyungsoo mendengus.

J For K [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang