Rio berkali-kali meringis kesakitan akibat hantaman keras dari cowok didepannya. Ia adalah Jonathan, musuh bebuyutannya. Semenjak kejadian itu, semuanya berubah, ia dan Jonathan bukan lagi sepasang sahabat namun musuh abadi.
Jonathan membuang ludahnya yang bercampur dengan darah, "Banci!"
Rio yang tak terima melayangkan pukulan tepat diperut Jonathan. Jonathan tersungkur, lalu ia bangkit kembali membalasnya yang lebih keras tepat diwajah Rio yang sudah banyak lebam. Kini gantian Rio yang tersungkur, pandangannya mulai mengabur, sekilas ia melihat Jonathan yang tersenyum mengejek lalu pandangannya mengabur.
[][][]
Rio membuka matanya, mendapati dirinya yang ia yakini adalah UKS sekolah. Dirinya menyerit, mengapa ia bisa disini? Ia memang berkelahi di gang samping sekolah tadi.
Suara decitan pintu mengalihkan perhatian Rio, ia melihat seorang gadis yang ia yakini bersekolah juga di SMA Harapan Bangsa, karena baju kotak-kotak yang gadis itu kenakan sama dengan yang ia pakai. Walaupun dirinya sudah tidak berupa seperti anak sekolahan, dengan baju yang mencuat, baju robek dibagian siku serta celana yang sobek dibagian dengkul.
"Gue belum selesai ngobatin luka lo yang di muka." Ucap Gadis itu yang ditangannya sudah ada sebotol refanol serta kasa seteril. Gadis itu mengompres Rio dengan air hangat dibagian lebam dan membersihkan luka yang berada dipelipis.
Rio hanya diam, tak mengerti harus berbuat apa. Apalagi dengan suasana canggung dengan gadis yang tak ia kenal.
"Selesai."
"Makasih." Kata Rio kaku.
Gadis itu membereskan perlengkapan yang ia pakai, lalu menggendong ranselnya.
Hari mulai menggelap, gadis itu berjalan sendirian dikoridor yang tentunya sudah tidak apa penghuninya.
"Eh-eh tunggu!" gadis itu berhenti lalu menoleh, mendapati Rio yang tengah berlari dengan tidak sempurna.
"Balik bareng gue aja." Kata Rio saat dihadapan gadis itu.
Gadis itu berpikir sebentar, lalu mengangguk.
[][][]
"Rumah lo dimana?" kata Rio sambil menahan kakinya yang sakit saat menginjak pedal gas. Sepertinya dibagian telapak kakinya ada luka.
"Rumah gue gak jauh dari gang didepan itu. Gue turun disana aja." Kata gadis itu.
"Oke. Ngomong-ngomong gue boleh tau nama lo?" ucap Rio sebelum gadis itu turun.
Gadis itu membuka pintu mobil lalu melemparkan senyum. "Gue Ify Alyssa." Setelah berkata demikian gadis yang bernama Ify itu menutup pintu lalu berjalan ke dalam gang yang tidak terlalu sempit.
Diam-diam Rio tersenyum dalam hati. Merasa tergelitik dengan kehadiran Ify sekaligus penasaran. Biasanya gadis lain akan senang atau menunjukkan ekspresi senangnya. Namun berbeda dengan gadis ini, gadis ini terkesan cuek dan tidak tertarik.
Namun dengan cepat ia lenyapkan pikiran-pikiran itu. Ia sudah mempunyai kekasih.
[][][]
"Kamu ini ya, kerjaannya berantem terus. Kapan kamu mau berubah? Pulang babak belur. Bunda capek tiap kamu balik ngobatin kamu terus Rio." Cerocos Manda –bunda Rio.
Rio malah asik membalas chat dari Shilla, yang mengatakan dua minggu lagi ia akan balik ke Indonesia setelah setahun disana.
"Rio! Kamu gak dengerin bunda ngomong?"
"Denger kok bun." Tangan Rio masih menari-nari diatas gadget berlayar datar itu.
"Dengerin gimana? Kalo dari tadi kamu sibuk chatingan sama pacar gak jelas kamu itu." Kata bunda Rio tak suka.
Memang Manda tidak terlalu suka dengan Ashilla –pacar Rio, tidak suka dengan sikapnya yang seenak-enaknya dan sangat pemalas. Tidak mencerminkan sebagai perempuan menurut Manda.
"Bundaaa, dia Shilla pacar Rio. Bukan pacar gak jelas." Rio memajukan tubuhnya mencium pipi bundanya dengan cepat ia berlari ke kamarnya, melupakan kakinya yang memar. "Rio sayang bunda!" kata Rio sampai di tangga, kemudian melanjutkan langkahnya.
Sedangkan Manda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kebiasaan Rio selalu bisa mencairkan hatinya yang sedang marah.
[][][]
Ify berjalan menuju perpustakaan. Bukan hal asing bagi teman-teman disekitar Ify, ia adalah gadis pendiam dan hanya mempunyai satu teman yaitu Sivia. Sangat bertolak belakang dengan kepribadian Ify, Sivia adalah orang yang supel dengan siapapun dan mudah bergaul.
"Lo gak bosen Fy ke perpus mulu? Sekali-kali istirahat pertama buat ke kantin lah." Rayu Sivia. Bukan karena ia tidak ada teman yang bisa diajak ke kantin. Tapi ia ingin sekali merubah Ify yang kutu buku menjadi Ify yang setara dengannya. Maksudnya bukan setara otaknya, tapi sikapnya.
"Gue belum menemukan hal menyenangkan selain baca buku di perpus Vi." Kata Ify dengan masih terus berjalan.
Dengan pasrah Sivia membuntuti Ify, selera makannya juga sudah hilang di telan bumi.
"Eh—"
Sivia menoleh, menapati Ify dengan buku dipelukannya terjatuh. Lalu dengan sigap seorang cowok yang tentunya Sivia tau itu bernama Rio, memunguti dua buku tebal kepunyaan Ify yang terjatuh.
"Makasih." Kata Ify lalu menundukan wajahnya.
"Woy, ati-ati dong bro." Kata Sivia sambil meninju pundak Rio pelan.
"Sorry, gue tadi gak liat jalan. Buru-buru. Gue diluan ya."
Sivia mengangguk, tiga detik kemudian ia menoleh. Mendapati Rio yang seperti memperhatikan punggung Ify yang berjalan dikoridor. Kemudian tatapan mereka bertemu, lalu Rio melanjutkan langkahnya.
Sivia mengedikkan bahunya tak acuh. Mungkin Rio hanya satu dari sekian orang yang juga kepo terhadap sikap Ify.
[]
Ify melangkahkan kakinya menuju gedung C, dimana gedung C adalah gedung serbaguna. Gedung yang biasanya untuk kegiatan teater.
Ify menatap sekeliling. Sudah setengah dari anggota ekskul teater berkumpul. Ia kemudian bergabung dengan salah satu grup diantara mereka.
"Maaf kak gue telat." Kata Ify sambil duduk di grup 'Kelinci'.
Memang ekskul ini membuat hal yang berbeda. Karena anggota yang cukup banyak, jadilah dibagi setiap grup. Dan itu akan dicampur dari kelas 11 dan kelas 10, ketika sudah kelas 12 mereka off dan akan dicampur lagi. Setiap grup terdiri dari 10-15 anggota, agar menguji kemampuannya sama rata.
Dan setiap grup itu dibagi dengan nama-nama hewan. Disini terdiri dari 6 grup, yaitu; grup Kelinci –grupnya Ify, grup serigala, grup marmut, grup ular, grup semut dan grup tupai. Aneh memang, tapi itulah anak-anak teater. Dan mereka akan diberi kesempatan bergilir untuk mengikuti kegiatan disekolah maupun diluar sekolah.
"Selow aja Fy, lagian belum mulai kok. Oh ya, kelompok kita kan pentasnya minggu depan, jadi kita harus nyiapin ceritanya. Lo bisa nyari cerita gak? Kita orang bakal bawa perlengkapan tambahan." Kata kak Angel.
Ify mengangguk.
Selanjutnya ia memperhatikan grup-grup yang pentas hari ini.
[][][]
Karena aku rada miris gitu, kadang suka ada yang ketipu masukin ini ke readinglist padahal gaada isinya. Ini baru aku revisi. gatau kedepannya gimana, tapi aku usahain buat terus lanjut.
Semoga kalian suka ya. Memang ini aku buat beda, karena bingung juga kalo bukan teenfic gitu bcs ku gatau kl setelah sekolah itu kaya gimana, dan kehidupannya sekeras apa.
Tapi semoga kalian suka ya!
Senin, 30 Mei 2016
20:47
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Rio
FanfictionKarena hidup adalah pilihan. Kebahagian atau Kesengsaraan kita sendiri yang memilih.