halo, halo..
sebelimnya author mau minta mf krn ini ff gag jd dibikin twoshoot. part.a bakal author tambh satu part lg..^^
langsung aja :)
Donghae’s pov
Aku baru saja menggunakan cermin drawrof untuk memantau keadaan Hyosun. Hah. Melihat kondisinya aku benar2 kasihan. Dia terlihat sangat tertekan dengan hidupnya. Dan sekarang dia keluar malam2 begini? Mau kemana dia?
Aku juga ikut mengambil jaketku dan melangkah keluar dari kamar. Tak lupa aku mengambil sepasang cincin pemanggil milik kedua orangtuaku yang dulu mereka berikan padaku.
“kau tak boleh pergi, Donghae.” Kata Donghwa hyung yang ternyata sudah mencegahku di depan pintu kamar.
“aku harus pergi hyung.”
“harus? Dengarkan aku. Keselamatanmu bisa saja terancam. Eomma melarangmu keluar ke dunia non sihir.”
“percayalah padaku, aku bisa menjaga diriku. Hyung, aku janji akan pulang dengan selamat. Aku tak akan membiarkan mereka menangkapku. Tolong biarkan aku pergi.” Pintaku.
“karena yeoja non penyihir itu kau menjadi nekat seperti ini?”
“hyung, aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Jadi tolong, aku ingin memperjuangkan cintaku.” Donghwa hyung terlihat sedang memikirkan kata2ku. Aku masih menatapnya harap2 cemas. Berharap dia mengijinkanku keluar rumah.
“aku percaya padamu. Kembalilah dengan selamat.” Katanya sambil memelukku. Aku tersenyum senang. Tanpa pikir panjang, aku langsung keluar rumah dan mengucapkan mantra penghilang untuk sampai ke tempat Hyosun berada.
~
Memandang punggung Hyosun dari belakang membuatku semakin tak tega. Punggungnya bergetar yang aku yakin dia sedang menangis sekarang. Malam ini sangat sepi, tapi dia berani melewatkan malam sendirian di tempat sesepi ini. Apa dia begitu tertekan dan menderita?
Aku melepaskan jaket yang sedang aku pakai, kemudian berjalan mendekat ke arahnya dan memakaikan jaket tersebut ke tubuhnya. Pertama reaksinya terlihat kaget mengetahui ada seseorang yang memakaikan jaket padanya. Tapi setelah tau orang yang memakaikan jaket adalah aku, dia langsung bangun dari duduknya dan memelukku.
“tenanglah, kau di sini.” Kataku sambil mengelus punggungnya. Ddia diam sambil terisak di dadaku.
“kau baik2 saja?” tanyaku setelah beberapa menit kemudian Hyosun sudah sedikit lebih tenang. Kami sekarang memutuskan untuk duduk di tepi jalanan yang sepi.
“Donghae~ya, sepertinya kau benar bahwa aku tak menikmati hidupku.” Katanya sambil menerawang.
“sudahlah. Jangan kau pikirkan hal itu.”
“ngomong2, darimana kau tau bahwa aku ada di sini?” tanyanya sambil mengalihkan pandangannya ke arahku.
“dimanapun kau berada, aku tau.”
“tolonglah, jangan menyimpan terlalu banyak rahasia. Kau sudah membuatku penasaran.” Aku tersenyum membalas tatapan penasarannya.
“Hyosun, bolehkah aku menjagamu? Memastikan agar kau tetap baik2 saja?”
“apa maksudmu?”
“saranghae. Aku tau terlalu cepat jika kau mengungkapkan itu padamu. Tapi aku yakin aku mencintaimu.” Dia diam dengan perkataanku. Apa yang dia pikirkan? Apa dia mengira aku namja yang gampang mengumbar kata cinta?
“aku tak memaksamu membalas perasaanku. Tak masalah jika aku bertepuk sebelah tangan. Tapi aku benar2 ingin menjagamu, Hyosun. Bolehkah aku mendapat kesempatan itu?”
