Tiga

178 27 0
                                    

Sejak kecil Han Goo-Reum punya penyakit bawaan. Asma yang dideritanya membuat ia harus tinggal di kelas selama pelajaran olahraga berlangsung. Mulanya Goo-Reum kesal. Ia tidak suka diasingkan seperti ini. Beberapa teman sekelasnya sering melemparkan pandangan aneh ke arahnya. Seiring berjalannya waktu Goo-Reum bisa berdamai dengan keadaan. Ia menyadari kekurangannya dan memilih untuk mengacuhkan komentar-komentar miring yang sering didengarnya.

Pun ketika SMA. Ketika teman-temannya yang lain asik bermain bola tangan, Goo-Reum termangu sendiri di tepi lapangan, tepatnya pada bangku tribun penonton. Ia hanya mengawasi tingkah siswa kelasnya yang saling melempar bola.

Goo-Reum selalu bosan ketika pelajaran olahraga tiba.

Hingga suatu hari di musim panas, sungguh aneh kelas 1-D. Ketika bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, biasanya siswa kelas tersebut langsung berlarian menuju lapangan untuk melaksanakan kegiatan olahraga. Namun, hari itu suhu sangat panas, ditambah lagi sinar matahari terlalu menyengat. Murid-murid berseloroh,"bisa kena stroke kalau kita keluar". Goo-Reum terkikik. Tapi, niat mereka untuk bermalas-malasan di kelas menikmati semilir kesejukan dari kipas angin digagalkan dengan omelan guru piket mereka. Mau tak mau, Goo-Reum dan murid lainnya berjalan enggan menuju ke lapangan.

Ada satu orang yang terlihat paling bersemangat di antara mereka. Min Yoon-Gi namanya. Ia menarik satu-persatu tangan murid lelaki dan menyeret mereka untuk turun ke lapangan, bersusah payah mengajak mereka untuk bermain basket. Ya, sejak hari pertama masuk sekolah, Yoon-Gi dikenal sebagai maniak basket. Goo-Reum pun tahu itu. Tak peduli sepanas apapun cuaca di luar, ia tetap jadi yang pertama turun ke lapangan dan memainkan bola oranye kesukaannya itu.

Goo-Reum terpana. Gerakan-gerakan gesit Yoon-Gi ketika mencetak angka menyita perhatian Goo-Reum.

Di matanya, Yoon-Gi tampak hidup dan bersinar, membuat Goo-Reum malu. Selama ini ia menjalani hidupnya tanpa satu motivasi apapun. Terlebih karena penyakit yang dideritanya, membuatnya rendah diri dan pesimis. Melihat kecintaan Yoon-Gi pada basket menggugah hati Goo-Reum. Ya, ia juga ingin bersinar seperti Yoon-Gi yang sangat menggilai basket.

Mulai detik itu, Goo-Reum menjalani hidupnya penuh semangat baru. Ia juga tak lagi bosan ketika pelajaran olahraga tiba.

Karena di lapangan, selalu ada Yoon-Gi dan energinya yang tak henti mengalir.

Painting YouWhere stories live. Discover now