Goresan 4 - Senyum Sepanjang Malam

17 4 2
                                    

Senyum Sepanjang Malam

((Author's POV))

Drrt drrt ...
Dee meraih ponselnya yang baru saja bergetar dari atas nakas kecil disamping tempat tidurnya. Ia baru saja selesai makan malam bersama Mamanya di bawah. Kedua alisnya saling beradu saat melihat aplikasi pesan dari nomor tidak dikenalnya. Buru-buru Dee menggeser layar ponselnya,lalu membuka pesan itu. Samar-samar kerutan di dahinya menghilang lalu digantikan dengan senyum lebar.

From 0812xxxxxxx(unknown number),
Hai,Dee! Ini nomor gue ya,Valdo.

Hanya karena pesan singkat dari Valdo saja ia merasa senang. Kenapa? Ia sendiri jug bibgung. Tapi rasa senang membuncah dihatinya. 'Bales nggak ya,bales aja deh. Eh,nggak usah lah. Eh bales nggak ya,' batin Dee bingung. Hingga lima belas menit terlewat pun,Dee masih dikuasai rasa bingung. Alunan lagu Burn milik Eliie Golding yang mengalun tiba-tiba dari ponsel Dee membuatnya terlonjak. Pasalnya tadi gadis itu masih serius berpikir ingin membalas pesan Valdo atau tidak. 'Siapa sih yang nelpon malem-malem gini. Kurang kerjaan,' Dee memencet tombol hijau lalu mengaktifkan loudspeaker ponselnya tanpa melihat siapa yang menelpon,ia meletakkan benda pipih itu di samping tubuhnya sambil merebahkan tubuh dengan kesal. Ia masih kaget,karna volume ringtone hpnya full.

"Halo?"
'Halo,' Dee tersentak mendengar suara bariton yang menyahuti sapaannya. Buru-buru ia meraih ponselnya lalu melihat nomor caller. Valdo. Ia kira itu Anggi yang akan curhat soal pacarnya.
"Kenapa,do?" Sahut Dee menetralkan suaranya.
'Ah nggak,gue kira lo kasih nomor orang lain. Abis gue es-em-es nggak dibales,'
Dee terkekeh kecil lalu menyahutinya dengan nada jenaka,"Dalam arti lo bilang gue pembohong?"
'Bukan gitu maksud gue. Yaa lo tau,bisa aja lo nganggep gue orang jahat makanya sengaja kasih nomor yang salah.'
"Emang muka gue muka pembohong ya,do?" Dee sengaja mengerjai Valdo.
'Bukan!Bukan gitu. Aduh,gimana ya .. Lupain aja deh,Dee.'

Tawa Dee pecah saat menangkap nada panik saat Valdo berbicara. Tujuannya mengerjai Valdo berhasil,bung. Diujung sana,Valdo mengernyit bingung kenapa Dee tertawa. Sampai 5 menit kemudian Dee sudah dapat mengendalikan tawanya karena perutnya sakit dan matanya berair.

'Udah selesai Dee ketawanya?Seneng banget ya kayaknya ngerjain gue,' Ternyata Valdo sudah menyadari alasan Dee tertawa barusan. Dee terkekeh kecil.
"Wah udah nih,tapi sayangnya masih belum puas ketawa gue. Banget malah,do. Gue cuma nggak bisa bayangin ekspresi panik lo. Pasti cu--" Dee buru-buru menghentikkan ucapannya sesudah menyadari apa kata selanjutnya yang akan dia katakan. Ia tak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti tadi siang. Bisa-bisa Valdo ke GR-an.
'Kenapa nggak dilanjutin kata-katanya,Dee?Gue cute banget ya sampe lo ngakuin itu dua kali.'
Dee mendecak kecil sedangkan Valdo tersenyum geli. "Apaan sih ih. Siapa juga yang mau bilang lo cute. Dasar kepedean," kesal Dee karna Valdo ternyata mengetahui apa yang akan dia bilang jika saja ia tak menghentikkannya.
'Nggakpapa dong pede,muka gue kan cute kayak Niall Horan. Sebelas-dua belas kayak Cameron Dallas kerennya. Lo aja sampe ngakuin,'
"Ngeselin! Kan gue keceplosan. Eh,maksudnya nggak sengaja bilang. Tau ah males. Lo mau ngomong apa lagi? Kalo nggak ada gue matiin telponnya,"
'Yah baper-an doi. Jangan ngambek Dee,' Dee bisa mendengar cowok itu terkekeh diujung sana. Kekehannya rendah,berat,garing,merdu. Demi apapun,darah Dee berdesir mendengar kekehan Valdo. 'Nggak bagus nih buat kesehatan jantung. Mending gue matiin,' batin Dee lalu memutuskan sambungan telpon. Bukannya bermaksud tidak sopan. Dee hanya takut suaranya bergetar saat membalas kata-kata Valdo sehabis itu. Tanpa sadar Dee tersenyum lebar. Sangat lebar. Dan seperti yang dibilangnya,itu tidak bagus untuk kesehatan jantung. Dee mematikan ponselnya lalu meletakkan di atas nakas kembali. Kenapa harus dimatikan? Ia sudah terbiasa melakukannya sejak dulu,untuk mengurangi radiasi juga. Dee melirik jam dinding di kamarnya lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Sudah malam,dia harus tidur karna besok akan sekolah. Tapi saat tertidurpun Dee tidak bisa menghapus senyun dari wajahnya.

***

Pagi Dee diawali dengan suara jam weker yang berdering hingga membuatnya terlonjak dari tidur. Selalu,setiap pagi. Ia mematikkan alarm di jam wekernya lalu mengganti posisi menjadi duduk di ujung tempat tidur. Masih dengan mata yang terbuka setengah dan rambut yang acak-acakkan,Dee masuk ke dalam kamar mandi bersiap untuk sekolah.
15 menit kemudian Dee keluar dengan keadaan yang lebih fresh dari sebelumnya lengkap dengan seragam putih abu-abu yang terpasang lengkap di tubuhnya. Ia melangkah ke arah lemarinya lalu mengambil sepasang kaus kaki. Dee beralih melihat kembali penampilannya di kaca yang berada sepaket dengan lemari bajunya,lalu merapihkan rambutnya yang sudah dikucir kuda dengan rapih. Dee meraih tasnya lalu turun ke bawah untuk sarapan.
"Hai mah,pah." Sapa Dee lalu duduk di salah satu kursi kosong di depan mama nya lalu melahap nasi goreng yang sudah disiapkan dihadapannya.
Dee dengan mama dan papanya berbincang-bincang dengan berbagai topik,membuat suasana meja makan terlihat harmonis. Dee pamit pergi pada orang tuanya lalu berangkat sekolah berjalan kaki. Ia harus cerita pada Anggi soal Valdo. Sahabatnya itu harus tau.

----------------------------------------------------------------------------------

A/n :
Cie pendek cie. Maaf ya. Nggak ada ide,tapi ini gue usahain ketik. Soalnya,hari ini ... MY FOOKIN BORNDAY YAY. Gaada yang mau ucapin? Yaudah makasih wkwk. Sekian,besok gue usahain update kalo ada ide,nggak janji ya hehe

Lots of love,
Neta.

Sketch&PencilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang