Goresan 5 - Missed Call

21 3 6
                                    

Missed Call

((Author's POV))

Senyuman Dee mengembang saat mengingat moment tadi malam. Saat dirinya tertawa dengan Valdo lewat ponsel,dan saat dimana ia mematikan sambungan ponsel karna mendengar kekehan renyah dan rendah Valdo yang baginya itu 'asdfghjkl'. Anggi sampai bergidik melihat sahabat yang ada disebelahnya saat ini tersenyum lebar tanpa alasan. Ya,Dee baru berencana akan menceritakan soal Valdo pada Anggi sekarang. Pada jam istirahat,di meja kantin ditemani dua mangkuk soto dan es teh manis favorite sekolahnya.

"Dee lo nggak sakit kan? Gue lama-lama serem ngeliat lo kayak gini deh," ucap Anggi lalu menempelkan telapak tangan belakangnya didahi Dee,lalu menyamakan dengan suhu di pantatnya dengan menempelkan telapak tangan belakangnya dipantat ((bahasanya nggak sopan,tp gue bingung mau ngetik apa selain 'pantat' karna 'bokong' terlalu baku)). Dee mendelik saat Anggi menyamakan suhu badannya dengan suhu pantat. "Sialan. Gue lagi seneng,mau cerita."

"Yaudah cerita,nggak pake senyum-senyum. Gue nggak mau anak satu sekolah ngira lo gila. Nggak etis," lagi-lagi Dee dibuat mendelik karena kata-kata menyebalkan Anggi. Dee menceritakan perihal Valdo dari awal hingga akhir. Anggi hanya mengangguk menanggapinya,lalu mulai membuka suara saat Dee selesai bercerita. "Lo suka sama dia," sahut Anggi lalu menyendokkan kuah sotonya.

"Yakali. Baru kenal sehari masa gue langsung suka. Lo tau kan gue bukan tipe cewe yang liat tampang cakep dikit langsung suka," bantah Dee. Anggi mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Iya gue tau. Tapi masalahnya,posisi lo sekarang itu sama kayak lo lagi suka sama Demian. Kerjaannya senyum-senyum mirip pasien rumah sakit jiwa," kata Anggi. Dee mencibir lalu menyedot es tehnya. Dee tidak suka membahas soal Demian -mantannya- lagi. "Ya intinya gue nggak suka dia," sahut Dee.

"Balik ke kelas yuk,bentar lagi bel masuk. Gue nggak mau kehabisan nafas pas ngelewatin koridor karna banyak orang," sambung Dee saat Anggi baru saja ingin membuka suara. Anggi hanya geleng-geleng kepala,lalu berdiri juga dari duduknya. Ia juga tak mau mengambil resiko untuk kehabisan nafas saat melewati koridor,karna biasanya koridor sekolah mereka akan mendadak dipenuhi manusia saat bel masuk sehabis istirahat berbunyi.

Dee mengaktifkan ponselnya saat sudah duduk dibangku dengan Anggi disebelahnya. Ia tersentak kaget saat melihat banyaknya notifikasi panggilan tak terjawab dari nomor Valdo. Apa yang membuat Valdo menelponnya sebanyak ini? Pulang sekolah nanti, Dee harus bertemu dengan cowok itu.

"ADEEVA! PULPEN SEMATAWAYANG GUE YANG TADI LO PINJEM MANA?"

Dee mendecak sebal. Hanya pulpen kenapa harus teriak-teriak sih? Ini konsekuensi kalo minjem pulpen sama temen yang lebay. Ok, lupakan bagian ini.

"Udah gue balikin ke meja lo kali."

"Balikin apaan? Gak ada nih pulpennya dimeja gue! Balikin sekarang pokoknya, lo tau kan itu satu-satunya pulpen gue dan sekarang gue butuh." Ucap Tia,teman Dee menggebu-gebu.

"Lebay lo, tinggal minjem ama yang lain apa susahnya dah."

"Congor lo ngomong gampang banget, nyet! Awas aja besok minjem pulpen gak bakal gue kasih."

"Bodo."

Semua kegiatan dikelas terhenti seketika saat pintu kelas terbuka dan menampilkan guru Fisika yang akan mengisi jam pelajaran. Mampus ada ulangan, gerutu Dee dalam hati. Gadis itu lupa belajar, lagi.

"Baik, kemarin saya sudah bilang jika ada ulangan Fisika hari ini. Masukkan semua buku dan barang-barang yang ada dimeja kalian kedalam tas masing-masing, siapkan pulpen diatas meja." Pak Dodi, guru Fisika yang jika berbicara kaku mulai membagikan kertas soal saat semua murid sudah terlihat siap.

"Kalian hanya memiliki waktu setengah jam, jangan ada yang berani nyontek."

Dee membaca soal-soal ulangan fisikanya lalu mengisi nomor yang ia hafal rumusnya menyisakan soal-soal yang baginya susah. "Nggi, nomor lima,sembilan,dua-belas sama tujuh-belas gimana sih?" Bisik Dee pada Anggi disebelahnya. Lalu dengan lancar Anggi memberitahu cara beserta jawabannya tanpa dipergoki Pak Dodi.

Kadang Dee bersyukur punya sahabat berotak encer dalam pelajaran Fisika seperti Anggi berhubung ia memang sangat payah dalam mata pelajaran itu. Semua murid mengumpulkan kertasnya saat Pak Dodi memberi perintah karena jam mengajarnya sudah selesai.

"Nggi, gue gak pulang bareng lo ya hari ini. Mau mampir ke cafè bentar. Bye," pamit Dee lalu pergi meninggalkan Anggi sendiri dikelasnya. Entah mengapa, Dee tiba-tiba yakin Valdo pasti berada di cafè biasa.

Bell berdenting saat Dee mulai memasuki cafè. Lehernya memanjang mencari seseorang, lalu tersenyum senang saat mengetahui firasatnya benar. Valdo sedang berkutat dengan laptopnya disalah satu meja. Dengan senang gadis itu melangkahkan kakinya mendekati meja Valdo.

"Hai, Val." Sapanya membuat Valdo mendongakkan kepala.

"Hai, Dee! Tumben nyamperin,duduk aja duduk."

Dee mengambil tempat duduk didepan Valdo lalu berbicara sekedar berbasa-basi sebelum akhirnya membicarakan tujuannya kesini.

"Hmm, Val. Lo semalem kenapa nge-call gue berkali-kali gitu ampe misscall bejibun?"

"Hah? Itu ya, gue kira lo marah sama gue gara-gara gue ketawain jadi ya gitu."

Dee tertawa geli mendengar jawaban Valdo. "Segitunya? Gue gak marah kok, santai. Tapi kalo gue tidur emang hape harus mati. Gak tau kenapa, kayaknya kalo hape tetep hidup gue susah tidur."

"Ye itu mah lo aja yang gak bisa berenti chat sama temen-temen."

"Biarin sih, lo lagi ngapain?"

"Lagi ada tugas project dari sekolah nih, lo ga ngegambar kayak biasa?"

"Lo tau darimana gue suka ngegambar?"

"Eh? Anu, kan beberapa hari ini gue sering dateng ke cafè terus suka ngeliat lo ngegambar jadi ya gue tau."

Dee dengan polosnya hanya mengangguk. Gadis itu memesan menu seperti biasa, lalu menggambar sketch diselingi percakapan seru dengan Valdo. Bahkan waktupun tidak menjadi penghalang, karna mereka tidak sadar bahwa sekarang matahari mulai menampakkan semburat jingga nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sketch&PencilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang