Three Things I Have Left #2

489 32 5
                                    

Monitor penunjuk detak jantung itu, masih terus berbunyi, dan menampilkan sederetan gambar bergerak seperti rumput. Menandakan masih adanya kehidupan, dari sesosok orang yang sedang terbaring lemah di balik ruang ICU, dilengkapi segala peralatan yang membuatnya terlihat semakin lemah.

"Hyeri..." suara wanita paruh baya itu, menyadarkan Hyeri dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati ibunya tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Hyeri kembali terpikir, betapa kedua orang tuanya susah payah menanggung malu, akibat insiden tak sengaja yang ditimbulkan oleh Kai. Mantan kekasih Krystal itu, tengah terbaring dengan damai di ruangan serba putih itu, dengan wajah tanpa dosa, dan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Empat bulan yang lalu, Kai mengalami kecelakaan tunggal, dimana mobil yang seharusnya membawanya pulang dari bandara, tiba-tiba menabrak tiang pembatas jalan. Dan, ironisnya, Kai lah yang menjadi korban terparah. Kemungkinan terbesar karena posisi duduknya yang tepat berada di jok depan.

Saat itu, Hyeri yang mendapat kabar langsung dari bandara, hanya bisa terdiam. Ia bahkan terlalu takut untuk memberi tau kedua orang tuanya, karena satu bulan setelah kecelakaan itu, pernikahan harus dilangsungkan. Tapi, begitu mendengar kecelakaan yang dialami calon suaminya, Hyeri langsung membatalkan semuanya. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya, dan apa reaksi kedua orang tuanya, dan juga orang tua Kai.

Keadaan Kai benar-benar mengkhawatirkan. Hyeri hanya bisa menangis melihat pria yang akan menjadi pendampingnya itu, harus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Ia menekan kepalanya yang terasa sakit, dan berat. Pikiran dan hatinya masih terus menolak untuk menerima kenyataan bahwa pria yang dilihatnya itu adalah Kai. Hingga pada saat itu, pandangannya menghitam, dan kulit tangannya merasakan dinginnya lantai rumah sakit.

"Kau harus menghubungi wanita itu, Hyeri..." telapak tangan ibunya, menyapu halus lengan Hyeri yang tertutup cardigan hitam. Sukses mengembalikan lagi kesadarannya yang sempat menjelajah beberapa saat lalu. Ia masih menimbang-nimbang perihal kemungkinan yang terjadi, jika dia mengambil tindakan. Hyeri takut, keputusan itu, akan membuat Kai pergi dari hadapannya.

"Sekuat apapun kau mencintainya, kau juga harus ingat, masih ada satu sosok yang belum bisa ia lupakan." Perkataan ibunya, membuat Hyeri tercekat. Pasalnya, hanya wanita itulah yang mengetahui seberapa dalam ia mencintai Kai.

"Aku takut, ibu..." Hyeri belum memalingkan pandangannya dari ruang ICU. Ia masih berharap Kai bisa bangun dengan sendirinya, lalu melihat Hyeri, dan melupakan Krystal seutuhnya, lalu mereka bisa menikah, dan hidup bahagia. Tapi, ia tau itu terlalu mustahil untuk dilakukan. Ditambah sebuah fakta, bahwa akhir akhir ini, dia sering menggumamkan nama 'Krystal'. Sebuah indikasi bahwa pria itu, merindukan mantan kekasihnya.

"Apa yang kau takutkan? Kau takut tidak bisa melihatnya lagi? Atau kau takut melihatnya bersanding dengan wanita lain?." Lagi, ibu Hyeri membuka mulutnya. Ya, semuanya benar. Hyeri takut kehilangan Kai. Ia tidak sanggup melihat pria itu bersanding dengan wanita lain. Oh, jangankan hal itu. Melihatnya seperti ini saja, Hyeri sudah hampir mati rasanya. Tapi, dibanding melihat Kai seperti ini, Hyeri akan lebih bersyukur kalau pria itu bisa sadar, dan menjalani kehidupan dengan wanita yang ia cintai. Meski jauh dalam lubuk hatinya, Hyeri berharap bahwa dia lah, wanita yang Kai cintai.

"Tidak ada jalan lain, Hyeri..." sang ibu menggantung kalimatnya. Membuat gadis itu menoleh, dan memperhatikan sisi samping wajah ibunya dengan saksama. Keriput di ujung matanya pertanda lelah tiada tara. Pipinya juga mulai keriput dan menirus, membuat Hyeri semakin sadar bahwa ia telah membuat perubahan fisik pada ibunya.

"...hubungi Jung Krystal." Tak ada respon berarti yang Hyeri berikan. Ia hanya tersenyum lemah. Menyesali keputusannya yang tak pernah menghapus kontak Krystal, sejak jauh jauh hari. Lagipupa, ia tau, ketika nanti ia memutuskan untuk menghubungi Krystal dan ternyata betul betul datang, maka Kai, sudah bukan lagi miliknya. Atau memang harus ditegaskan sejak awal, kalau Kai hanya milik Krystal?.

Three Things I Have LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang