Part 4

73.4K 3.8K 76
                                    

**

                 
         Karin dan Nathan, bahkan beberapa karyawan lain tampak gelisah seraya menatap jam yang menempel di dinding dan pintu bergantian. Tentu saja menanti Azela, mereka benar-benar belum siap kehilangan gadis itu. Belum lagi mereka mendapatkan tugas yang cukup berat dari pemimpin tertinggi mereka.

"Kembali bekerja."
Karin hanya mendengus kesal, melemparkan tatapanya pada Laura dengan sinis.

"Selamat pagi."
Decakan dan desahan lega terdengar saat mereka mendapati gadis itu tersenyum seraya memperbaiki kacamatanya saat memasuki ruangan.

"Terima kasih, Tuhan," ucap Nathan dramatis yang membuat Azela tertawa kecil.

"Aku pikir kau--"

"Sudahlah, Karin. Aku tidak ingin membahas hal itu."

"Baiklah. Tapi, kau tidak membawa sesuatu yang aneh di tasmu, kan?"
Azela kembali tertawa pelan, mengangkat tas selempangnya.

"Tidak. Aku hanya membawa batu 'cantik' jika keluar malam."
Karin membulatkan mulutnya dan Nathan seperti biasa bertingkah dramatis.

"Kau benar-benar gila."

"Ah, kudengar ada tugas baru untukku. Benarkah?"
Tanya Azela tampak bersemangat, Karin berdecak dan menyenggol bahu Nathan.

"Yep! Kita a--"

"Tapi, maaf sebelumnya. Aku datang kemari hanya untuk mengambil barang-barangku."

"Apa?!"
Azela meringis pelan sebelum tersenyum simpul.

"Jangan bercanda, Azela. "

"Aku tidak bercanda. Surat pengunduran diriku bahkan sudah di meja Manager kalian sejak kemarin."

"Azela, please. Kau tahukan siapa yang memintamu un--"

"Dan aku tidak perduli."
Ucapan Azela yang terdengar serius seketika membungkam Nathan dan membatalkan niat Karin merengek dan memelas pada Azela.

"Baiklah, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Semoga kau mendapat pekerjaan yang lebih baik."

"Dan ingat untuk selalu menghubungi kami, mengerti?"
Azela hanya tersenyum seraya mengangguk patuh pada kedua teman dekatnya ini.

"Bisa bantu aku?"

"Tentu saja."

***

Baru saja Azela memasukkan barang-barangnya kedalam mobil, seseorang menarik lengannya cukup kuat hingga tanpa sadar membuatnya meringis.

"Lepaskan aku, brengsek!" teriak Azela saat mendapati wajah memerah Rafael di sana.

"Kita perlu bicara, Zela"

"Apa lagi, Tuan Rafael? Lepaskan aku."
Azela berusaha melepaskan diri namun cengkraman Rafael begitu kuat hingga ia berani bersumpah lengannya akan membiru setelah ini.

"Dengarkan penjelasanku dulu."

"Penjelasan apa? Aku bahkan muak melihatmu."

"Azela."

"Jangan sebut namaku, brengsek."
Rafael mengetatkan rahangnya, ia tidak tahu harus melakukan apa agar Azela mau mendengarkannya.

"Tapi, kau tidak perlu mengundurkan diri."
Azela berdecak kesal saat Rafael tak kunjung melepaskan cengramannya.

"Itu hakku"
Azela meringis merasakan tangannya mulai terasa perih.

"Please! A--"
Azela tersentak saat seseorang mendorong Rafael dan mencengkram kerah bajunya dengan kuat.

Hot Guy and Little Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang