Amanda menghampiri kami dengan senyum manis dibibirnya. Oh.. kalo aku pikir-pikir dia memang sangat manis dan juga cantik, ditambah otaknya yang cerdas. Aku mah apa atuh dibanding dia.
Aku menghela nafas pelan, berusaha mengendalikan diri. Jangan sampai aku menangis dan jerit-jerit di depan mereka.
"Hai Naj." sapa Amanda dengan senyum manisnya.
"Hai." balasku dengan senyum tipis.
"Kalian mau ke kantin yah? aku gabung dong." Amanda menatap Alif dengan tatapan memohon, dan itu terlihat seperti rayuan di mataku.stop pikiran negative kamu Naj!
"Yaudah yuk, kita ke kantin bareng-bareng aja. Tadinya aku mau ke kelas kamu, takutnya kamu masih ada pelajaran hehe." Alif berbicara dengan nada sok cute dan terlihat manis dengan lesung pipinya.
"Naj. Ayo!" Alif meraih tanganku, tapi tangannya yang satu lagi menggenggam tangan Amanda. Aku terlihat seperti orang ketiga diantara mereka. Seharusnya aku tidak disini. Tidak diantara mereka.
Aku melepaskan genggaman Alif dari tanganku dan berjalan mendahuli mereka. Aku tidak bisa terus begini. Aku tidak bisa terus berharap sementara yang aku harapkan tidak mungkin ku dapatkan. Aku tahu di belakang Alif memanggil namaku, menyuruhku untuk tidak terburu-buru.
"Woi Najwa! lu jalan kaya orang lari. Cepet banget! heh Naj!" teriak Alif di belakangku.
Aku menoleh ke belakang dan tatapanku terpaku pada genggaman tangan Alif dan Amanda.
duh Tuhan.. kok hatiku cekit cekit ya?
"Keburu laper anjir. Kamu yang jalannya kaya putri solo kan keburu bel masuk bego!" sahutku.
Aku kembali berjalan, entah ini berjalan atau lari karena aku rasanya ingin segera menghindar dari mereka. Sejauh mungkin. Ataukah aku harus pindah ke planet mars supaya hatiku gak merasa se sakit ini lagi?Aku mengitari pandanganku di sekitar kantin.
Ramai dan sesak.
Biasanya istirahat pertama memang penuh dan ramai seperti ini karena anak-anak kelas X dan XI masih ada pelajaran lagi. Berbeda denganku anak kelas XII yang setiap hari berangkat pagi buta pulang saat matahari tenggelam. Miris memang, namun itulah pengorbanan demi mendapat ilmu yang berkah.
Aku berjalan diantara kerumunan manusia-manusia yang kelaparan. berisik. Ada yang teriak memesan bakso, mie goreng, ada juga yang sibuk menggosip sambil makan. Ada juga yang pacaran di bangku pojokan sambil suap-suapan. Ya Tuhan..
Aku membelah kerumunan dengan tergesa. Seperti layaknya film action yang sedang mengejar seorang penjahat di tengah keramaian kota.
"Bu Mar, aku pesen mie goreng satu sama jus stroberi satu yah. gpl buuu." Aku biasa makan di warung bu Marsinah, langgananku dari kelas X sampai sekarang. Entah kenapa masakan yang dibuat sama ibu Mar ini enak banget.
"Siap mbak Naj." Sahut bu Mar sembari mengacungkan jempolnya kepadaku.
Aku memandang sekitar dan mencari tempat duduk yang kosong. Aku duduk kemudian membuka kaleng berisi kerupuk putih kesukaanku. Memakannya sambil melihat kerumanan di sekitarku. Sampai akhirnya seseorang menepuk pundakku. Cukup keras.
"Anjirr!!" teriakku.
"Najwa! kampret lu ninggalin gue sama Amanda. Dasar temen kaya kresek lu. tipis banget." Aku menoleh ke belakangan dan ku dapati Alif dan Amanda di sana. Alif dengan wajah yang memberengut dan kelihatan bete banget, sedangkan Amanda dengan wajah arabian yang kalem dan terlihat manis. Ku lihat Amanda menyunggingkan senyum tipisnya padaku.
"Maafin Alif ya Naj.." Katanya sambil matanya menatap Alif dengan kesal.
Alif mengitari meja kantin dan kini sudah duduk di depanku. Sedangkan Amanda sudah sedari tadi duduk di sampingku.
"Lu udah pesen makan?" tanya Alif padaku.
"Udah. mie goreng." Jawabku acuh.
"Sayang, kamu mau makan apa? sekalian aku pesenin." tanya Alif kepada Amanda.
"Aku mau jus melon aja Lif." sahutnya.
"Loh kamu gak makan?" Nada suaranya terdengar khawatir sekali. hmmmm
"Nggak ah. Aku gak laper" jawab Amanda.
"Ntar kamu sakit sayang.." Alif memelas menatap Amanda.
Sebegitu khawatirkah ia?
Coba kalau aku yang nggak makan, aku jamin seratus persen Alif gak akan sekhawatir ini. Huh iyalah kan aku bukan apa-apa di matanya.
Aku menatap mereka berdua yang masih pada argumen masing-masing. Mereka masih bicara entah apa. Mereka terlalu drama queen. Sampai akhirnya bu Mar datang dan membawa mie goreng dan jus stroberiku.
"Makasih Bu.." Aku tersenyum sembari menatap mie goreng yang masih mengepul dan terlihat begitu enak. Aku sangat lapar.
"Sama-sama mbak Naj." balas bu Mar, kemudian ia berlalu.
"Aku makan duluan yah. Kalian lanjutin aja obrolannya. Gitu aja terus sampe bel masuk nanti." Aku jengah melihat mereka berdua. Kenapa sih cuma karena Amanda gak mau makan ada di permasalahkan? nggak penting banget tau nggak.
"Aku gak mau makan Lif!"
"Tapi kamu harus makan Amandaaaa!"
Berisik banget mereka.
"Nggak!"
"Kenapa sih kamy susah dibilangin? makan nggak!"
"Alif aku-"
Aku membanting sendok dan garpuku di mangkok. Menatap Alif dan Amanda bergantian dengan wajah kesal.
"Kalian kalo mau bertengkar jangan disini please. Aku mau makan. Ini kantin juga, apa kalian nggak malu diliatin orang-orang?"
Aku menatap sekitar kami, dan benar saja. Banyak orang menatap Alif dan Amanda yang sedari tadi bertengkar karena masalah yang nggak penting itu.
"Kalo kalian masih mau berdebat. Kalian cari tempat lain sana." Aku menatap mereka dengan mata berkilat penuh rasa jengkel.
Benar-benar merusak mood makanku saja mereka berdua."Maaf Naj. gue diem kok." Alif menatapku dengan wajah puppy eyes.
Dan sekali lagi
aku luluh dengan tatapan matanya." Oke." jawabku singkat dan aku melanjutkan makanku.
*
Akhirnyaaaaa Tuhan! bisa posting cerita ini:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
Teen FictionNajwa mencintai Alif, Namun Alif mencintai Amanda. Kerumitan yang membuat hati Najwa seperti benang kusut. Sampai tanpa disadari ada yang diam-diam memendam namun kesalahannya tidak pernah mengukapkan. Dan kehilangan adalah hadiahnya. kritik dan sar...