Awalnya hanya ada sepi, tanpa disadari semuanya berlalu begitu cepat "tanganku berdarah" Gumam Ikbal terbangun dari sadarnya dengan tubuh gemetar ketika melihat kedua tangannya yang telah berlumpuran darah dan melihat lawan pertikaiannya telah tergeletak tewas tertikam pisau miliknya. Ia mundur secara perlahan tergopoh-gopoh melihat mayat yang telah ia bunuh dengan kedua tangannya.
" Aaaaaaaaaaaaggggggghhhhhhh....." Seseorang gadis menjerit sekuatnya ketika melihat kejadian tersebut. Jeritannya memancing keramaian bagi warga yang mendengar pekikan wanita itu dan langsung berkerumun disekeliling Ikbal. Ia dihakimi sendiri oleh massa sampai babak belur. Sampai pada akhirnya polisi datang menjemput dan menyelamatkannya dari hakiman massa. Suara serune ambulance beserta polisi menambah suasana malam itu menjadi begitu mencekam. Ikbal dibawa ke kantor polisi untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dalam perjalanan ke kantor polisi. Ia kembali mendengar suara serune ambulance, mobil polisi serta keramaian yang mengelilingi jalan raya. Ada banyak polisi disekitar kejadian, ia menoleh kekanan dan kekiri berusaha melihat apa yang telah terjadi di jalanan itu namun ia tidak bisa menatap jelas karena matanya yang bengkak menutupi pandangannya. Mobil polisi yang ditumpanginya perlahan berhenti dan salah satu polisi yang ada di dalam mobil itu turun menanyakan seputar kronologi yang terjadi.
" Apa yang terjadi?"
"Kecelakaan Pak" Samar-samar ia mendengar percakapan kedua polisi itu.
Kemudian Polisi itu kembali masuk ke dalam mobil yang membawa Ikbal ke kantor polisi.
Sebuah tragedi kecelakaan yang merenggut korban jiwa paruh baya dan hanya ada anak mereka yang selamat dari maut ini. Seorang gadis belia yang masih hidup. Gadis cantik dan berambut panjang ini bernama Anisa. Usianya sekitar 18 tahun. Ia begitu ketakutan ketika pandangannya begitu gelap tidak ada sinar ataupun cahaya yang meneranginya.
" Bundaaaaa... Bundaaaa..!!" Panggilnya histeris ketakutan sambil meraba-raba pandangannya. " Ayaaaaaaaaahh.... !!! Dimana kalian?" Panggilnya dengan air mata tergenang yang bercampur dengan darah. Darah yang segar mengalir dari kedua bola matanya.
Sampai pada akhirnya ia dibopong oleh seorang petugas polisi untuk diamankan. Ia dibawa ke rumah sakit dan diperiksa oleh dokter yang menanganinya. Semenjak kejadian itu Anisa dinyatakan buta. Kehidupannya kini berubah menjadi 180 derjat. Kebahagiaan itu telah sirna dan berganti menjadi sebuah duka. Tragedi malam itu telah merenggut penglihatannya sekaligus nyawa kedua orang tuanya. Sekitar 7 tahun lamanya ia berusaha bangkit dari keterpurukan. Dimulai dari membangun kepercayaan dirinya yang telah hilang, memahami huruf-huruf...... sampai pada akhirnya ia benar-benar sudah terbiasa dengan kegelapannya.
Dalam buta, ia terus belajar, terus menggali ilmu, memperbaiki diri dan berserah diri kepada Allah. Ia semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan padanya. Kini Anisa telah berhijrah menjadi wanita berhijab.
"Anisa.. Anisa...." Panggil lembut seorang pemuda kepadanya.
"Iya bang Arif" Sahutnya lembut.
"Kita dapat pendonor itu dek. Kita dapat pendonor mata kamu. Sebentar lagi kamu bisa melihat dek!" Ujar Arif girang.
"Alhamdulilah bang. Sungguh bang?" Jawab Anisa tersenyum sumringah mendengar kabar bahagia dari abangnya.
Semenjak orang tuanya meninggal, Anisa tinggal berdua bersama abangnya. Malam itu sebenarnya orang tua Anisa hendak mengantarkan Anisa ke bandara. Ia hendak menyusul abangnya yang sedang kuliah di luar kota, namun sungguh malang mobil mereka justru menabrak truk yang mengakibatkan kedua orang tuanya meninggal dunia. Sudah 7 tahun lamanya ia mengidam-idamkan penglihatannya kembali. Ia ingin melihat abangnya yang tampan. Ia ingin kembali melanjutkan kuliahnya yang tertunda. Ia ingin melihat indahnya dunia dengan keanekaragaman warna. Melihat bunga-bunga bermekaran, melihat pepohonan yang hijau. Semua keindahan dibumi yang diciptakan Allah. Ia begitu sangat mendambakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E R T I N G G A L
RandomAwalnya hanya ada sepi, tanpa disadari semuanya berlalu begitu cepat "tanganku berdarah" Gumam Ikbal terbangun dari sadarnya dengan tubuh gemetar ketika melihat kedua tangannya yang telah berlumpuran darah dan melihat lawan pertikaiannya telah terge...