Surprise Ikbal. . .

7 0 1
                                    

Detik berganti, hari-hari selanjutnya Ikbal selalu bertemu dengan Anisa. Anisa menularkan prilaku baik pada Ikbal. Sedikit demi sedikit Ikbal merubah gaya hidupnya. Dari mulai sholat yang sudah begitu lama ia tinggalkan sampai belajar mengaji. Sudah begitu lama ia tidak menjalankan ibadah sehingga ia menjadi lupa tata cara mengambil air wudhu dan bagaimana rukun sholat. Kini, ia seperti mualaf yang baru masuk islam. Anisa mengajarkan segala hal yang baik padanya. Anisa mengajarkan segala hal baik pada Ikbal. Ia mengajari dan menuntunnya secara sabar. Setiap harinya selalu mengingatkan Ikbal agar senantiasa menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Ikbal mulai meninggalkan perilaku-perilaku buruknya dari masa lalu yang kelam. narkoba, minuman beralkohol semua larangan yang di larang Allah telah ia tinggalkan. Ia menjadi manusia yang baru yang memohon taubat dan pintu ampunan dari Allah.

Sore itu terlihat Anisa sedang duduk dibawah pohon rindang didepan rumahnya. Ia menikmati kesendiriannya sambil menikmati segarnya udara yang mengisi paru-parunya. Tiba-tiba ia teringat akan lelaki yang hadir dari masa lalunya. Sontak ia terbagun sambil mengucap Istigfar berkali-kali.

"Anisa?" Panggil Ikbal yang kala itu tengah memperhatikan Anisa secara diam-diam.

Anisa terkejut mendengar suara Ikbal yang telah ada disampingnya. Ia menoleh ke arah suara yang ia dengar.

" Kamu kenapa?" Tanya Ikbal halus.

Anisa mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kemudian menghirup udara dan menghela napasnya dengan panjang.

" Delapan tahun yang lalu..!! Delapan tahun yang lalu, aku punya kekasih. Saat itu usia kami masih sangat muda, masih belia!! Aku sekitar berumur 17 tahun, dia sekitar 19 atau 20 tahun. Saat itu egoisku masih terlampau tinggi dan dia juga demikian. Kami sering banget cekcok, beda pendapat, berantem itu hampir tiap hari namun kami mudah berbaikan. Dia anak yang begitu bandal, urak-urakan, suka tawuran, merokok semua yang buruk-buruk ada pada dia. Awal kenalan dari teman ke teman tapi lama kelamaan dia jadi cinta samaku. Ia menceritakan segala perbuatan buruknya samaku dan dia ingin banget berubah total menjadi anak yang baik-baik dan meninggalkan semua prilaku buruknya. Aku bilang sama dia kalau mau berubah niatmu harus dari hatimu sendiri bukan berubah hanya karena aku. karena kalau kamu berubah hanya karena aku, kemungkinan besar kalau kita putus, kamu akan menjadi dua kali lipat ancurnya dari saat ini. Ternyata ucapan aku itu benar, kami putus. Dia dua kali lipat tragisnya dari saat itu. Ia mulai pake obat-obatan, minum-minum, tawuran bahkan membunuh. Aku jadi benci sama dia. Dia selalu menyalahkanku karna aku udah meninggalkan dia. Dia ingin move on dari aku dengan cara yang salah. Di lampiaskan rasa kekecewaannya itu dengan make obat-obatan. Aku benci sama dia! Dia berubah menjadi sangat brutal"

Ikbal terus mendengar kisahnya delapan tahun yang lalu. Ia tak kuasa menahan pedihnya masa itu. " Anisa! Sudah lah.. jangan kamu ingat lagi kejadian masa itu!" Pinta Ikbal menghentikan pembicaraan Anisa. Ia tak sanggup mendengar masa lalunya yang begitu kelam namun Anisa tetap melanjutkan memorinya masa itu.

"Anisa, andai kamu tahu siapa yang sedang duduk bersamamu saat ini, barangkali kamu tak mengijinkanku untuk menjadi temanmu lagi. Seandainya saja kamu melihat orang dari masa lalumu itu ternyata aku? mungkin kamu enggan mengajarkan aku ilmu agama sampai aku menjadi lelaki muslim seperti sekarang ini? Kamu mengajarkanku dengan kasih sayang. Kamu memberikan kasih sayang layaknya seorang ibu yang membimbing anaknya. Kamu membuat aku merasakan belaian kasih sayang dari seorang ibu. Walau kamu bukan ibuku tapi nalurimu seperti ibu dan aku selalu nyaman bila di dekatmu." Batin Ikbal pedih. Air matanya pecah saat membayangkan masa suramnya dan pelukan terakhir dari ibunya.

Cerita pun berlanjut "Sampai pada suatu malam, ketika kedua orang tuaku hendak mengantarkan aku ke bandara. Tiba-tiba saja mobil kami menabrak truk dan malam itu menjadi malam yang begitu mengerihkan bagiku. Malam yang mengubah keceriaanku, malam yang merenggut nyawa kedua orangtuaku, malam yang mengambil kedua bola mataku. Malam itu hanya ada gelap, hanya ada hitam. Satu malam namun mengubah segala waktuku baik dari masa laluku sampai dimasa yang aku jalani saat ini. Perjalanan hidupku yang membuat aku seperti ini. Apa kamu pikir aku masih bisa tertawa gembira setelah bertahun-tahun begitu menyakitkan yang aku lewati? Apa kamu pikir aku masih bisa mengumbar senyum bahagia setelah begitu banyak luka dan air mata yang membasahi hari-hariku? Ya, aku masih kuat. Aku masih dapat bertahan hingga hari ini karena pertolongan Allah."

T E R T I N G G A LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang