Senyuman terakhir. . .

15 0 2
                                    

Malam itu sekitar pukul sembilan lewat tiga puluh menit, Ikbal yang tengah berjalan sendiri, tiba-tiba dihadang, dikepung dan disekap paksa oleh lima lelaki bertubuh tegap. Ia berusaha melawan dari kelimanya namun tidak berhasil. Mereka membawa Ikbal kesuatu tempat dengan mata tertutup dengan kain hitam.

"Siapa kalian???" Teriak Ikbal berontak.

Kain penutup matapun dilepas dengan paksa.

"Selamat datang Ikbal!!" Sapa lelaki paruh baya.

Ikbal begitu terkejut melihatnya.

"Mau apa kau?" Tanya Ikbal marah

Lelaki paruh baya itu tertawa mendengar pertanyaan Ikbal.

"Ikbal.. Ikbal!! Jangan marah-marah begitu dong. Apa lagi sama orang tua. Itu bukan prilaku yang baik!" Tuturnya gemas.

"Lepas!!" Hentak Ikbal pada kedua bodyguard yang dari tadi memegang lengannya dengan kuat.

Lelaki tua itu memberikan kode pada kedua anak buahnya untuk melepaskan lengan tawanan mereka.

"Mau apa kau orang tua?" Tantang Ikbal geram sambil menarik kerah lelaki paruh baya itu. Anak buahnya kembali menahan lengan Ikbal seketika dan menyikapnya dengan kuat.

Pria itu kembali tertawa. "Apa kau sudah melupakan semuanya Ikbal? melupakan semua jasa budiku padamu?"

"Cuih...!!" Ikbal meludahinya.

Perlakuan Ikbal membuat lelaki tua itu geram. Ia mengerutkan dahinya kemudian mendekati Ikbal. "Kau bayar semua hutang-hutangmu Ikbal! aku hanya memberimu waktu dua hari. kalau kau tidak membayarnya. Maka habislah kau Ikbal..!! Habis..!!" Ancam Jamal, lelaki tua itu dengan mengacung-acungkan tongkatnya ke wajah Ikbal.

" Aku tidak takut dengan ancamanmu Jamal!! Aku tidak takut..!!" Balas Ikbal emosi.

Lelaki paruh baya itu kembali tertawa. "Kau lihat saja nanti Ikbal, kau lihat apa yang bakal aku perbuat kalau sampai kau tidak membayar hutang-hutangmu..!! Nyawa dibayar dengan nyawa..!! jangan kau lupakan semua itu Ikbal? Jangan secepat itu kau melupakan kejadian 7 tahun silam..!! kau akan bayar hutang-hutangmu selama dua hari ini atau....," Ancaman Jamal menggantung.

" Atau apa Jamal??" Teriak Ikbal emosi dengan dahi berkerut.

"Anisa jadi jaminannya!! Hahahahaa....." Ucap Ikbal melanjutkan ancamannya dan berjalan meninggalkan Ikbal sendiri. Bodyguard Jamal melepaskan cengkramannya dan meninggalkan Ikbal sendiri. Menyusul bossnya dari belakang.

Spontan Ikbal terdiam mendengar pernyataan Jamal. Tubuhnya mendadak lemas tak bertenaga, dadanya menjadi sesak saat Jamal menyebutkan nama Anisa.

"Jangan pernah kau sentuh dia Jamal..!! Jangan kau ucap nama Anisa dari mulut kotormu itu. Jangan pernah kau ganggu dia Jamal..!! ku bunuh kau nanti..!! Akan kubunuh kau Jamal..!! kau lihat saja lah nanti. Aku tidak takut dengan semua ancamanmu itu" Teriak Ikbal emosi. Ia menendangi semua benda yang ada di dekatnya. Dadanya kembang-kempis, emosinya tak terbendungnya. Matanya merah seperti banteng lepas. Ia terduduk ditempat sambil membelah rambutnya dengan jemari. Mengepalkan kedua tangannya sambil menumbuk-numbuk kecil ke lantai.

" Ya Allah, tolonglah aku. Tolonglah Anisa. Tolonglah jaga dia untukku ya Allah" Ucap Ikbal lirih.

"Anisa!!"Panggilnya lirih tergugah saat teringat akan ancaman Jamal. Ia beranjak dan kembali mencari cara untuk membayar hutangnya kepada rentener itu. Ikbal terus berusaha dan memikirkan cara agar terlepas dari Jamal. Sehari berlalu namun ia belum mendapatkan hasil. Jamal terus mengirimkan pesannya lewat ponsel. Mengingatkan waktu yang terus berjalan dan ancaman yang serius bagi Ikbal. Ikbal terus uring-uringan. Selama sehari semalam ini ia tidak pulang ke rumah. Ia terus memikirkan dan mencari jalan keluarnya. Wajah cantik Anisa semakin dekat di pelupuk matanya. Ia harus dapat akal. Kalau tidak, Anisa akan jadi korban.

T E R T I N G G A LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang