Malang, Kota yang Bintang seumur hidup berjanji tidak akan kembali lagi ke Kota penuh dengan kenangan itu.
Bintang tidak akan mau kesana kalau tidak karena adiknya, Bulan yang kabur ke kota ini.
Bagi Bintang kota ini penuh dengan kenangan yang tidak seharusnya kembali saat mereka berdua sudah melupakan dan meninggalkan semuanya disana.
"halo, Han bisa kau temukan dimana Bulan?" Bintang mendengar jawaban diseberang telepon, Bintang terbelalak saat mendengar dimana Bulan berada.
"baik, terima kasih. Aku akan menghubungimu lagi jika butuh". Setelah menutup telepon, Bintang segera menyusul Bulan.
Bintang terus menerus mengucap dalam hati "aku tidak akan terpengaruh oleh kota ini, apapun yang terjadi disini tidak berpengaruh padaku".
Bintang ingin marah karena Bulan yang keras kepala untuk ke Kota ini. Bulan tidak tahu apa yang pernah terjadi disini, atau lebih tepatnya Bulan lupa akan semua hal yang terjadi disini. Bintang yang berusaha menguatkan diri untuk menghadapi semua kilasan balik akan kota ini.
***
"Bulan! Bulan! Berhenti" Bulan yang sebelumnya tahu bahwa sang kakak menyusulnya kesini segera berlari menjauh.
"Bulan, kenapa kau berlari?" cekalan di tangan Bulan menguat. Bulan menunduk melihat tatapan tajam sang kakak.
"Bulan, lihat kakak" Bintang melembutkan tatapan dan nada bicaranya.
Bulan yang mendengar nada bicara kakaknya lantas mendongak, menatap Bintang.
"Kenapa kau berlari?" tanya Bintang sekali lagi.
"aku takut kakak akan marah dan menarikku pulang" jawab Bulan dengan takut. Bintang menutup matanya frustasi saat mendengar jawaban adiknya.
Ini yang Bintang takutkan, rasa penasaran yang membuat Bulan tidak akan pulang sebelum mengisi kekosongan dalam ingatannya yang hilang.
"Bulan kita harus pulang" Bintang hampir memohon pada bulan.
"apa yang sebenarnya kau sembunyikan dari ku, kak?" Bulan mulai marah melihat kakaknya yang memaksanya untuk pulang.
"aku hanya ingin tahu semua jawaban yang muncul di benakku, kak" Bulan tetap gigih bertahan di kota ini. Bintang menghembuskan hafas panjang.
"oke.. oke.. kita akan tetap disini. Kakak tidak akan memaksamu untuk pulang"
Bintang mengalah pada adiknya. Bintang hanya tidak ingin Bulan tersakiti lagi seperti dulu.
***
"apa kita hanya akan berdiam diri di hotel kak? Aku bosan" keluhan Bulan memecahkan retetan hal yang memenuhi pikiran Bintang sejak dia dan adiknya kembali ke hotel.
"memang kenapa kalau kita diam disini? Kau ingin kemana? Ayo kakak antar" mendengar perkataan Bintang, Bulan berbinar.
"emm, bagaimana kalau kita berkeliling kota?"
Bulan melihat kakaknya itu menolehkan kepala cepat ke arahnya. "apa?! Kau ingin keliling kota? Bulan apa kau tahu jam berapa sekarang?"
Bintang berusaha menolak permintaan sang adik.
Dia sejujurnya ingin menuruti keinginan sang adik, hanya saja dia tidak ingin mereka bertemu oleh orang-orang yang dulunya pernah ada dalam hidup mereka.
Bulan melihat kakaknya denga memohon "kak, ayolah aku bosan disini. Apa kau tidak merasa bosan disini terus? Aku mohon"
Bintang mengalihkan pandangannya dari adiknya itu, dia tahu dia tidak akan mengalah jika sang adik memohon seperti sekarang.
"kemana tempat pertama yang ingin kau datangi?" Bulan berjingkrak senang melihat sang kakak berdiri dan mengambil kunci mobil sewaan mereka diatas meja makan.
"emm, bagaimana kalau kita ke Read and Eat Cafe, Bulan tahu kalau kakak suka baca jadi kita bisa kesana. Aku melihat cafe itu di internet, banyak blog yang membahas cafe itu katanya cafe itu ramai dan enak dalam segi makanan" Bulan bercerita panjang lebar.
Bintang yang sejak pertama mendengar nama kafe itu, tertegun dan mematung.
"Kak, ayo, kakak kenapa hanya berdiri disana?" Bulan menarik lengan kakaknya dengan semangat.
Selama perjalanan kesana, Bintang hanya diam dan menatap lurus jalan di depannya.
Dia pun hanya menjawab dengan "hmm" "iya" "ooh" saat Bulan bercerita ini itu.
***
Itu Francisco lachowsci as Bintang.Aku gak maksa buat cast itu yaaa jadi terserah mau bayangin siapa aja.
ini bab pertama from my story yeeeeeeeeyyyy
i hope you enjoy
selamat membaca yaaa semuanya
oke ini gak jelas *abaikan
- Saski