OYDK 1

717 5 2
                                    

Dimana rasa itu, rasa kita yang menyatu dulu. Hambar kulihat dirimu terhadapku. Apa ini, kau bahkan membawa perempuan lain ke kamar kita.

Bagaimana kau bisa sejahat itu kepadaku.

---------------------/-//

Tania POV.

Matahari siang memasuki jendela-jendela ruanganku menerangi semua yang di lewatinya. Menyinari semua yang gelap dengan begitu terlihatlah semua benda di ruanganku. Lemari pakaian, lampu tidur di atas nakas, tempat tidurku, meja riasku, dan ah itu meja panjang tempat untuk memajang foto-fotoku dan suamiku.

Suamiku?

kemanakah ia?

kenapa ia tidak ada di sini?

kenapa semuanya berdebu dan kenapa figura semuanya terbalik tertutup tak menunjukan pandangan dari foto-foto yang ada di dalamnya dan ketika ku buka itu tak ada foto satupun yang bertengger di sana. Kemana semuanya itu? mungkinkah ia.

Aku terlalu lelah untuk memikirkan itu, aku ingin berbaring sebentar di kasurku. tapi, kasurku,

Ku berjalan keluar kamar melewati tangga yang terletak di depan kamarku. menuju ruang perapian, di depannya ada sofa kecil. Kujatuhkan tubuhku merebahkan tubuhku sejenak.

Terlintas slide-slide memori di masa hari-hariku bersama suamiku. Ketika kusiapkan kebutuhannya tuk berangkat kerja. Kusiapkan kopi susu di atas meja panjang, ia yang baru keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap langsung menuju ke meja panjang tuk meminum kopinya sambil berdiri, ini adalah kebiasaannya setiap pagi.

Kupakaikan dasi untuknya, dengan wajah dan tatapan datarnya itu aku tak berani menebak apa isi pikirannya. Tapi aku tak memperdulikannya ini adalah bakti seorang istri untuk suaminya. Kupasang senyum di wajahku, kuharap ia tidak marah dan aku senang melakukan ini. Karena aku bisa dekat dengannya setiap pagi walaupun hanya sebentar. Setelah selesai memasangkan dasi untuknya ku ambil tas kerjanya dan kuberikan kepadanya ketika ia sedang memakai jasnya. Tanpa mengucapkan kata dan salam perpisahan apapun ia pergi kerja meninggalkanku di rumah sendirian seperti biasa.

***

flashback

Di rumah kami ini kubersihkan lantai, menyapunya mengepelnya. Semua perabotan kubersihkan hingga mengkilap. Cermin rias di kamar kami ku bersihkan hingga bayanganku dapat memantul jelas di sana. Tempat tidur kami ku pasangkan seprai polos putih tuk menutupi kasur kami dan kupasangkan selimut di bawah bad cover, cuaca sekarang sangat dingin. Kurapihkan kasur kami sekali lagi, ku kebas-kebas, ku tarik-tarik lipatan yang masih nakal hingga semua lurus dan rapih.

Kalau begini dia pasti betah di rumah.

flashback end.

***

Tap tap tap..

Ku masih duduk di atas sofa kecil depan perapian. Kudengar suara kaki melangkah di atas tangga, Aku memperhatikan mereka yang melewatiku tanpa memperdulikanku yang masih duduk di sofa kecil depan perapian.

Suamiku ditarik lengannya oleh seorang perempuan berambut panjang hitam bergelombang, pakaiannya yang ketat menunjukan lekukan-lekukan tubuhnya yang sintal. Perempuan itu tersenyum kepada suamiku dan menariknya ke kamar kami. Kulihat tak ada penolakan dari suamiku.

Miris kulihat diriku di atas cermin depan tangga. Aku tak tahan seperti ini, ku ambil tempat lilin silver yang ada di atas meja kecil depan cermin dan membantingnya keras ke arah cermin di depanku. Pecah berkeping-keping cermin itu.

Ku ambil potongan cermin yang masih berbentuk setelapak tanganku. Ku arahkan ke kamarku dan suamiku, pintu kamar kami yang tak tertutup sempurna membuatku dapat melihat semua kejadian yang terjadi di sana.

Dari cermin kulihat perempuan itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur kami. Ia hanya memakai lingerie hitam untuk menutupi tubuh sintalnya. Lekukan dan tonjolan yang ada di tubuhnya terpampang sempurna di depan suamiku.

Dia menarik suamiku ke atas kasur dan mendudukinya. Kulihat dia mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan suamiku. kurasakan air mataku menetes tanpa ijin.

Suamiku hanya menerima apa yang dilakukan oleh perempuan itu, Kuperhatikan ia sesekali terlihat menikmatinya. Aku tak tahan melihat itu semua. Kusimpan serpihan cermin yang kupegang sedari tadi di lantai.

Air mataku tak berhenti mengalir menemaniku yang kesakitan akan itu semua. Hatiku rasanya seperti pecah berkeping-keping seperti cermin yang kupecahkan tadi.

***

flashback

Aku memanggil sahabatku Rina ke rumah. Tubuhnya sintal berambut panjang hitam bergelombang, setiap lelaki yang memandanginya pasti memiliki hasrat untuk menjadikannya sebagai miliknya.

Dia selalu ada untukku, dan saat ini pun. Ketika suamiku meninggalkanku di rumah sendirian . Suamiku bilang ia ada kerjaan di luar kota, tapi teman-temanku bilang kalau mereka melihat suamiku itu bersama perempuan lain di sana. Hati istri mana yang tahan akan semua itu.

Saat ini kumasih berada dipelukan hangat sahabatku rina. Setidaknya ada yang menemaniku untuk meredamkan hatiku yang panas. Air mataku pasti sudah membasahi pakaiannya, tapi ia tak mengeluh sekalipun. Ia masih mengelus punggungku menenangkanku yang masih bergejolak dengan batinku.

flashback end.

***

Kudengar bunyi pintu kamarku terbuka. Kulihat suamiku keluar dari situ. Ia memakai pakaian lengkap, kulihat raut mukanya yang berantakan dan di wajahnya kulihat air mata mengalir di pipinya.

Ada apa dengannya?

Kenapa ia menangis?

Ia berjalan ke arahku, tatapannya lurus kebelakangku. Ia semakin dekat denganku, dua meter, satu meter, lima puluh sentimeter, dua puluh sentimeter dan lima sentimeter di depanku. dan,

Dug,

flash,

Ia melewatiku, menabrakku lebih tepatnya menembusku.

Apa ini? kenapa begini? bagaimana mungkin ia bisa menembus tubuhku begitu saja.

Adakah yang bisa menjelaskan kepadaku apa ini sebenarnya yang terjadi?

***

TBC

...

...

Vote please..

ONLY YOU DON'T KNOWWhere stories live. Discover now