meti memanggil lala.
"La la la.." ketukan ketiga kalinya sepasang mata dengan manik hampir memenuhi bola matanya menyebul dibalik pintu.
"La lihat deh gue cantik gak?" Lala sedikit mendengus kesal melihat kelakuan little sisternya yang hanya beda empat tahun dari usia nya mengganggu tidur siangnya. Dia sedang mengibas ngibaskan rok jin yang sebenarnya gak cocok untuknya. Lala melirik dan menjatuhkan pelan kepalanya ke sisi kiri membentur pelan ke daun pintu kamarnya, memanyunkan bibir mungilnya,
Lalu melambaikan tangannya.
"Gak bagus."
"Kok?" Meti berhenti menatap heran ke wajah lala yang baru bangun tidur.
"Hu uh." Lala sambil menguap menganggukan kepalanya memantapkan pendapatnya.
"La, kamu tuh belum kumpul kali nyawanya, masa gue yang secantik ini dibilang gak pantes pake rok seperti ini. Ini dipakai sama oki lukman aja bagus masa sama gue enggak!" Duh wajah meti kalo lagi marah tuh gak bisa dilukiskan dengan kata kata jeleknya.
"Kan lu tanya ya jawabannya itu."
Lala menjawab dengan tenang tanpa merasa bersalah, rambut panjangnya yang hampir sepinggang ia biarkan tergerai.
"Iya sih, tadi mamah bilang juga katanya gak bagus, tapi aku butuh second opinion la, pliis dukung gue, katakan ini bagus buat gue."
"No!" Lala kembali menutup pintu, matanya yang masih sayu kembali keperaduannya melukis mimpi lagi.Chesa karmela sumarko, seorang blasteran indo india ini tinggal dirumah adik ibunya om fikri namanya, setelah kecelakaan pesawat terbang yang ditumpanginya ketika mudik lebaran enam tahun yang lalu, waktu itu chesa karmela masih sekolah menengah tingkat atas. Dia termasuk korban yang selamat. Sudah hampir enam tahun ia tinggal di rumah adik ibunya dan bekerja di sebuah bank daerah yang dipimpin oleh om nya.
Lala panggilan akrabnya hanya lulus sma ketika dia bekerja dibank daerah itu, dia memilih bekerja sambil kuliah.
Lala dilahirkan sebagai cewek penyuka manis,ladu kalo diindia, hanya saja ia tak lagi suka karena di indo gak ada dan masih sukar nyarinya, lalu ia lebih memilih keju dan coklat saja sebagai gantinya.
Lala cewe bermanik hitam bulat besar, rambut lurus lebat sepinggang berwarna kecoklatan, tinggi tubuhnya 165 selalu mengenakan kacamata tanpa lensa, ada lesung di pipi kirinya.
usia lala 22 tahun masih betah menjomblo, belum berniat mencari cowo, dengan modal hidung bangir senyum manis dari bibir mungilnya, harusnya sudah berpuluh puluh cowo yang ingin antri untuk menjadi kekasihnya. Lala lebih memilih berkawan dengan banyak orang, ia lebih menghargai cinta yang datangnya alami, bukan dibuat buat,
Lala hanya mencintai keju dan coklat ia sudah bertekad untuk menunggu jodoh sambil memantaskan dirinya menjadi lebih baik.
"La ada salam tuh dari temennya om fikri."
Kata tante sania disela sela makan malam, lala menatap om nya yang sedang asik menyantap rendang buatan tante nia.tante nia bergegas kekamarnya entah kenapa setelah berbicara tadi malahan pergi menjauh.
"Oh iya la, si Raya di bagian pemasaran umum itu lhoo."
Lala diam sambil mencari wajah dan nama yang sesuai dengan yang disebutkan oleh om nya, beruntung tante nia sudah membawakan sebuah foto close up ukuran 10R dari kamarnya, sehingga tak membuat otaknya harus bekerja keras untuk mengingat rekannya sendiri. Maklum lala seorang hard worker yang jarang tengok tengok ke hal yang dirasa tak penting. Cowo dalam foto itu terlihat gagah, dengan stelan jas slim fit yang dikenakannya, belum juga selesai lala membayangkan sosok difoto itu sebuah tangan telah merebutnya.
"udah gak usah banyak mikir diterima aja, kan sayang kalo di tolak." Jawab meti ikut nimbrung. Om fikri sama tante nia malahan senyum senyum sambil menatap ekspresiku.
"Apaan sih met, kamu tuh gak usah ikutan deh , ini urusan lala sama mamah nih." Tante nia berujar pada anak gadisnya yang baru memulai kuliahnya.
"Meti kan pengin berpendapat juga kali mah!" Ujar meti memanyunkan bibirnya.sambil meringis lala hanya berkata." Eh, enggak dulu deh tan, lala blm pengin pacaran. "
"Mah, pah, buat meti aja deh, barang bagus begitu ditolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Untuk LALA
RandomWanita bisa bertanya puluhan kali pada pasangannya,"apa kamu mencintaiku?" Meskipun dalam sehari itu sudah dijawab "ya aku mencintaimu." sebanyak pertanyaannya, esok harinya pasti akan ditanyakan berulang. Ketika lelaki menganggapnya lebay, kurang...