bagian 3

21 2 0
                                    


'Sosok ganteng' dihadapanku sudah menyalami tangan om fikri tante sania, meti juga tanganku. Jabatan erat nya membuat diriku merutuki diri sendiri "oh my godness oh my god."

"Lama nunggunya ya ray?" Tanya om fikri,
"Enggak kok, ini juga baru sampai, maaf juga lho pak, takutnya nanti saya malahan mengganggu acara keluarganya bapak."
"Jangan Panggil pak deh kalo sedang diluar kantor, panggil saja om."
"Duh, gak enak aja pak, eh om." Sambil sesekali mengangguk tanda ketidak nyamanan dengan permintaan barusan.
"Pah, siapa sih nih cowok kok gantengnya kebangetan, pengin deh nggigit kuku kakinya. "

"Bwhahaha.." om fikri terkekeh mendengar selorohan anak semata wayangnya diikuti kami berempat.

"Meti, ini kak Raya namanya."

"Oooh, yang ada difoto tapi ditolak langsung sama lala ya mah?" Bisik meti sedikit nyaring.

"Ssst." Mamahnya menginterupsi anaknya sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh raya, namun dugaannya meleset suaranya yang pelan ternyata sampai ke telinga seisi saung .

"Kenapa tante?"tanya raya dengan muka yang masih sama, tak berubah padahal lala sendiri mendengar bisikan meti yang sedikit keras tadi merasa tidak enak hati.

"Ah, ini lho ray, si meti ngomentarin foto yang diminta kemarin itu lho?"

"Iiya sebenarnya saya kelihatan seperti pecundang kalo berlindung dan mengikuti perjodohan ini." Raya membenarkan posisi duduknya, lala masih terus menatap gerak bibirnya si raya, sepertinya semua yang ditampilkan menarik menurut lala hanya saja, ia baru menyadari kenapa banyak poin yang hilang dari penilainnya, mungkin karena hatinya merasa dipaksa.

"Ya sebenarnya saya sedang memikirkan bagaimana, kalo saya dengan lala berteman saja dulu, itu saja kalo lala bersedia menerima uluran tangan persahabatan dari saya."
Om fikri manggut manggut menerima advise dari seorang pemuda dihadapannya sekaligus bawahannya.

"Setuju! " seru meti mengiyakan,
"Meti setuju dengan kak raya, yang akan memberikan kesempatan pada lala agar tak langsung menerima hatinya kak raya, lagian siapa coba yang mau jatuh cinta pada pandangan pertama, apalagi jalannya jatuh cinta itu gegara perjodohan.bigNo menurut meti."

"Duh anak mamah udah dewasa sepertinya, Gimana la, diterima gak nih."

Lala masih terbengong, wajah cantiknya kemudian berbinar beralih menatap wajah tante nia, tante nia hanya mengangguk, sedari dulu memang mereka tak pernah memaksakan kehendak mereka kepada lala meskipun hanya keponakan tapi mereka sangat tinggi toleransi nya terhadap anak anak mereka.
Lala mengehembuskan nafasnya lirih sebelum keluar kata kata dari bibirnya.

"Ya gak papa lah om."

"Yeaah, gitu dong la, kalo kamu sia sian nih manusia ganteng ini, saya siap menampung." Seloroh meti lagi lagi membuat kami tertawa.




Lala masih menatap dengan seksama wajah disampingnya, yang sesekali ia curi dari kaca spion dalam mobilnya.
Sebenarnya banyak pertanyaan bergelayut dibenak lala, hanya saja tak pantas jika harus dibombardir hari ini juga, mungkin harus ia simpan beberapa untuk pertemuan berikutnya."apaan ini, berarti gue ngarep bertemu dia lagi? Musim apaan nih kok galaunya kebangetan."

Setiap mengingat kebahagiaan yang satu persatu dihadiahkan tuhan hatinya sebenarnya meratap. Ah, seandainya mamah papah masih hidup. Tapi tuhan telah memberi ganti orang tua seperti om fikri dan tante nia yang baik hati.
" Kenapa, ada yang mau ditanyain?" Raya melihatku dari kaca spion juga, sambil terus memegang kemudinya.
"Enggak," lala mengggeleng membuang muka ke arah jendela.
"La, kamu cewek paling aneh yang pernah gue Temui."
"Banyak dong berarti ceweknya."
Lala nyeletuk.
"Ya nggak juga, aneh. Masa gue harus nyetir, kamu nya malahan duduk manis dikursi belakang, kok jadi terkesan saya kok kaya supirnya non lala."
Lala geli juga ngedengernya,lalu menarik garis bibirnya untuk tersenyum.
"Ya udah berhenti aja ray."
" lhoo gak gitu juga, gak papa beneran, udah gini aja aku nggak apa apa ko, maaf jika menyinggung perasan kamu.
"Nggak ko, berhenti saja, dan buka pintunya. "
"Gak bisa la, gini loh, aku kan sudah di beri amanah sama pak fikri gak mungkin dong nurunin kamu disini, terus kalo kamu diculik gimana?, kalo kamu kenapa napa gimana?"

"Stop." Kata lala memang membuat raya menghentikan mobilnya dan terpaksa membuka knop kunci pintunya.
Tubuh lala beringsut keluar, tubuh dan wajah raya sudah kaku aja seperti papan penggilasan, seperti hampir saja luruh semua tulang tulangnya, bagaimana ia ngomong sama atasannya nanti ya.
"Blep." Pintu dikunci kembali, gadis di kursi belakang kini telah berpindah di kursi sebelahnya sedang memakai seat belt nya.
"Huuuft." Nafas ia hembuskan dengan berat tanda sebuah ujian telah berhasil ia lewati.
"Tuhan, hampir saja kamu ngerontokin jantung aku, gila! hos hos." Mungkin kalori yang terbakar hampir sama dengan push up seratus kali."raya bergumam lirih tetapi masih bisa didengarkan oleh lala.

"Kenapa emangnya? " tanya lala menatap tajam, pemilik manik mata hitam penuh itu, membuat raya seperti terkunci dan tak berkutik.
"Eenggak."raya mengemudikan lagi dengan perlahan menginjak gasnya.
"Selamat, selamat." Hatinya merasa mulai lega. Tapi tidak dengan jantungnya yang berdetak kencang, ditatap oleh gadis indo india ini, lesung pipitnya. "Mana tahan tuhan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepotong Hati Untuk LALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang