HANTU BALLERINA

5.6K 343 15
                                    

Haii aku kembali membawa cerita evelina. Semoga kalian ga bosen nunggu dan ngikutin kisahnya yaa. Jangan lupa follow om birulaut_78 karena cerita ini punya dia. Hehehhe.

Happy reading :)

***

Evelina memandang wajahnya di hadapan cermin sambil memijat-mijat kepalanya yang terasa sakit. Ia menjambak-jambak rambutnya pelan berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dideritannya. Setiap sakit kepala menyerangnya ia merasa kepalanya begitu berat dan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Setiap itu, ia hanya bisa meringis sambil menahan rasa sakit. Terkadang untuk membunuh rasa sakit itu ia menenggelamkan kepalanya dibawah bantal sambil menggigit bibirnya kuat-kuat. Tak jarang ketika ia menahan rasa sakit air mata meleleh dari sudut matanya.

Seminggu sesudah ia melakukan visit ke dokter Chiara, kondisi Evelina makin tidak menentu. Ia sering mimisan, belakangan, bahkan ia sering mendapati lendir kental dan segar keluar dari hidungnya. Seperti sedang terserang penyakit flu. Anehnya, lendir itu hanya keluar dari lubang hidung sebelah kiri, sedangkan lubang hidung sebelah kanan ia rasa tidak ada masalah. Baunya anyir dan sering membuat Evelina ingin muntah mencium baunya.

Kondisi itu pun diperparah dengan benjolan bergerigi yang menyumbat hidungnya. Evelina merasa seperti terkena penyakit polip yang tumbuh di lubang sinus sehingga makin membuatnya makin tidak leluasa untuk bernafas. Dalam kondisi-kodisi tertentu, di saat ia mengalami kesulitan bernafas ia sering bernafas dengan menggunakan mulutnya. Semakin hari nafasnya semakin susah. Sehingga, membuat ia makin merasa tidak nyaman. Lebih kagetnya lagi ketika ia merasa indera penicumannya berkurang dan menyebabkan hidungnya tidak peka lagi terhadap bau-bauan. Apa yang terjadi denganku Tuhan, aku hanya bisa memasrahkan semua ini kepadaMu karena Engkau mengetahui yang terbaik untukku, gumamnya pelan.

Betapapun berat ujian rasa sakit yang diderita Evelina. Ia berusaha untuk tidak mengeluh, ia berusaha menyimpannya sendiri. Ia tidak mau Raechan mengetahui penderitaan yang selama ini ia rasakan, apalagi anaknya, Tania. Karenanya, semua keluhan yang ia rasakan itu tidak pernah sampaikan kepada suaminya, Raechan. Di hadapan Raechan, ia selalu berusaha tampil biasa, seakan-akan sehat, dan tidak mempunyai masalah apa-apa dengan kesehatannya.

***

Pagi itu Evelin tengah sibuk menata makanan untuk sarapan pagi keluarga kecilnya. Tak seperti biasanya, Evelin nampak khusyuk menghidangkan menu sarapan pagi hari itu. Ia membuat jus buah ditambah dengan beberapa lembar roti selai. Sembari membuatkan sarapan pagi untuk suami dan anaknya, pikiran Evelin terbang entah kemana. Ia berpikir apa sebenarnya yang terjadi dengan dirinya. Ketika tengah sibuk membuatkan roti isi, tiba-tiba tangan Raechan menjamahnya,

"Bagaimana perkembangan kesehatan bunda?" tanya Raechan sambil menatap wajah isterinya. Evelin menyinggungkan senyum termanis di pagi itu sambil menatap suaminya. Ia berusaha menutupi semuanya dari suaminya. Entah untuk alasan apa.

"Ayah tidak usah kuatir. Aku baik-baik saja kok. Sudah jarang mimisan, hanya sedikit flu aja yang kadang mengganggu. Don't worry, ayah." Ucapnya sambil mendaratkan ciuman di pipi Raehcan.

"Nanti malam kita kontrol lagi ke dokter bunda, kuyakin sakit bunda ini bukan karena faktor cuaca," ujar Raechan sambil menatap wajah cantik isterinya. Wajah Evelin yang bersemu merah hari itu terlihat pucat dan kurang bersemangat. Sepandai apa pun Evelin menyembunyikan rasa sakitnya, apa yang dirasakannya terlihat jelas dari gurat wajahnya.

"Ke dokter Chiara lagi?" tanya Evelin.

"Mungkin kita coba ke dokter THT aja bunda, untuk memastikan apakah sakit mimisan dan flu bunda itu mimisan dan sakit flu biasa."

Until My Last BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang