Brenda terbangun dalam tidurnya. Ia terbangun dengan guyuran air dingin yang membasahi tubuhnya. Brenda mengejap-ngejapkan matanya, ia melihat kesekeliling ruangan gelap dengan penerangan yang sangat minim. Ia melihat keadaan tubuhnya, pakaiannya masih lengkap namun ia terikat disebuah bangku, dengan tangannya dibelakang sandaran kursi. Brenda mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Terakhir sehabis Brenda dari makam kedua orang tuanya dia menuju cafe untuk menenagkan diri. Namun tiba-tiba ada yang membungkam mulutnya dan kesadarannya menghilang. Mungkinkah Brenda diculik?
"Sudah bangun tuan putri?" ucapan seorang pria menyadarkan lamunan Brenda. Ia mengangkat kepalanya, ia melihat pria sedang berdiri menjulang didepannya. Dengan samar-samar Brenda melihat wajah pria itu. Betapa kagetnya Brenda melihat siapa yang ada di depannya itu, James. James sahabatnya.
"James....." ucap Brenda.
"Iya Brenda ini aku, James sahabatmu." ucap James yang sekarang sudah berjongkok di hadapan Brenda. Brenda ketakutan dengan tatapan James. Tatapan yang mengerikan, ada kilatan tidak suka dalam tatapan James kali ini.
"James, kenapa kita ada disini? Kenapa aku terikat seperti ini, James?" ucap Brenda melihat kesekeliling ruangan dengan takut. Brenda menggigit bibir bawahnya menahan tangisnya karena ketakutan.
Alih-alih menenangkan Brenda, James malah menampar dengan kencang pipi sebelah kanan Brenda. Brenda dengan kaget dan kali ini air matanya sudah jatuh tidak tertahan lagi merasa sakit dipipi dan sudut bibirnya yang sudah mengeluarkan darah akibat tamparan James.
"James....." ucap Brenda dengan mata berlinangan air mata menatap James yang sedang tersenyum sinis.
"Kenapa Brenda? Kenapa menangis, hem? Sakit?" tanya James tanpa ada perasaan bersalah.
"James, kenapa? Kenapa kamu menamparku? Kenapa aku diikat seperti ini?" tanya Brenda dengan heran menatap sahabat didepannya. Kenapa James yang ia kenal bisa berubah sangat drastis. Sahabat yang penuh kelembutan dan kasih sayang, bisa beruah menjadi sangat mengerikan.
"Kenapa? Kamu tanya kenapa? Kamu belum mengerti ya? Baik akan aku jelaskan." James menarik bangku kosong disampingnya dan duduk sejajar dengan Brenda didepannya.
"Aku ingin balas dendam, Brenda. Kau tau kedua orang tuaku meninggal, semua karena kelakuan papamu yang bersikap curang. Papamu meminjam uang cukup besar kepada papaku, dan papaku meminjamkannya. Itu karena papaku sudah menganggap keluarga Rudyard sudah seperti keluarganya sendiri. Suatu saat keluargaku sangat membutuhkan uang, papaku lalu ingin meminjam uang pada keluarga Rudyard. Namun apa yang keluargaku dapat, hanya hinaan dari keluarga Rudyard. Bahkan ketika aku yang memohon pada papamu, dia juga tidak menggubrisnya." ada jeda dalam cerita James, Brenda tidak percaya kalau papanya bisa bertindak kejam pada keluarga James.
"Saat itu usaha keluargaku benar-benar diambang kehancuran, Brenda. Tapi apa, papamu tidak mau membantu keluargaku. Sampai pada akhirnya kedua orang tuaku memilih bunuh diri karena usahanya sudah hancur, itu semua karena papamu. Mulai dari situ aku sudah bertekat akan membalas dendam, Brenda. Sayang papamu ternyata meninggal lebih cepat dari perkiraanku. Maka satu-satunya keluarga Rudyard yang tersisa hanyalah kau, Brenda. Yah, sebenarnya kamu tidak ada sangkut pautnya oleh ulah papamu, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah bersumpah pada almarhum papa dan mamaku, aku akan membaskan dendam pada keluarga Rudyard."
"Ta-tapi kita berteman, James. Aku, kamu, Mila kita bersahabat." ucap Brenda dengan air mata yang berjatuhan.
James terkekeh mendenganr ucapan Brenda, "Teman? Sahabat? Kemana kamu sewaktu aku terpuruk? Hanya Mila saat itu yang aku punya."
"Mila tau semuanya?" tanya Brenda tidak percaya.
"Mila tau semuanya. Tapi sepertinya dia sangat sayang padamu, buktinya dia tidak menceritakan semua sikap bejat papamu terhadap kelurgaku, Brenda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rudyard House
General FictionRudyard House, merupakan rumah yang sangat mewah milik keluarga Rudyard. Sudah banyak orang yang mengincar rumah mewah ini. Alvin Rudyard, kepala keluarga yang sudah meninggal meninggalkan rumah mewah itu dan banyak hutang kepada putri semata wayang...