"Ini semua gara-gara lo tau gak sih?" kata Zevi, "coba kalo lo gak ngerusuh pas di ruang janitor tadi. Mungkin gue gak bakal ketahuan sembunyi disitu sama Bu Tet," gerutu Zevi sembari menonjok bahu Veon.
Kini keduanya berjalan beriringan di Koridor Kelas setelah keluar dari Kandang singa, alias ruang BP.
Seketika Veon berjalan mendahului Zevi dan kemudian menghentikan langkahnya dihadapan Zevi. Lebih tepatnya menghalangi akses Zevi untuk berjalan.
"Apa? Gue gak salah denger?"-Veon mengecak pinggang-" yang ada lo tuh, yang bikin gue ikutan terlibat dalam masalah lo," gerutu Veon dengan nada yang masih kalem.
Zevi memutar bola matanya karena kesal.
"Ya...ya...ya..." ucap Zevi sembari menutup telinga seakan pura-pura tak mendengar ocehan Veon.
"Lo seneng kan di hukum Bu Tet nyuruh mentorin gue, secara lo bisa seenaknya nyuruh gue ini itu," kata Zevi yang membuat Veon mengerutkan keningnya.
"Hmm... gue gak tau mesti seneng atau sedih karena dikasih amanat buat mentorin lo," ucap Veon sembari tersenyum jail.
"Arrghh... jangan harap deh lo bakal betah mentorin gue selama semester ini, liat aja gue yakin lo bakal kapok mentorin gue," gerutu Zevi sembari menghentak-hentakan kakinya karena kesal.
"Kita liat aja nanti," ucap Veon yang kini berjalan mendahului Zevi untuk masuk ke kelas.
"Aneh," desis Zevi melihat tingkah aneh Veon.
****
Zevi masuk kedalam kelas dengan santainya. Jam pelajaran sudah dimulai 20 menit yang lalu, dan kelas Zevi mendapat keuntungan karena guru yang mengajar sedang sakit.
Zevi berjalan kearah dayang-dayangnya. Mereka berempat memang duduk berkelompok.
"Lo ketangkep Zev?" tanya Dian setelah Zevi duduk ditempatnya, "Sorry gue gak bisa nolong lo tadi."
"iya gue ketangkep," jawab Zevi malas, "gak apa - apa, Yan. Ini salah Veon."
Ketiga pasang mata dayang-dayangnya atau temannya itu menatap dirinya seakan berkata, Veon- siapa? - jelasin!.
"Veon anak kelas 11-IPA-A," seru Zevi malas, "dia ada di ruang Janitor. tempat gue ngumpet, terus dia bikin keributan. Bacot gila, jadinya gue ketangkep."
Ketiga dayang-dayang Zevi hanya ber oh ria.
"Kok kita gak tau ya, kalo di sekolah ini ada yang namanya Veon?" kata Salma, "anaknya gimana cakep gak?" sambungnya yang nyerocos dengan nada centilnya yang kini tengah duduk di hadapan Zevi sembari sibuk menghias kuku tangannya dengan kutek yang baru ia beli kemarin.
"Terus... terus... pas ketangkep lu di apain sama Bu tet?" celetuk Dian yang tak kalah keponya. Begitu juga dengan Mira yang ikut memberikan serbuan pertanyaan tentang apa yang terjadi antara Bu Tet, Veon dan sahabatnya itu.
BRAK
Seketika Zevi menggebrak mejanya. Yang membuat semua pandangan terarah padanya. "Apa liat-liat?" kata Zevi dengan membalas pandangan anak kelas yang melihatnya.
"Aaaa... kutek gue berantakan," pekik Salma dengan nada centilnya.
"Arrgg...kalian bisa diem gak sih, bikin gue tambah bete aja," gerutu Zevi sembari keluar kelas gitu aja meninggalkan ketiga dayang-dayangnya itu.
***
Zevi kini berada di Rooftops Sekolah, tempat favoritnya jika ia memiliki banyak masalah.
"Masalah lagi," gumam Zevi pelan, "gue butuh mama. Mama yang selalu ngasih semangat dan nasihat buat gue. Tapi, dimana mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Br(ok)en Life
Novela JuvenilEvent AWI Sebuah kisah tentang masa lalu kehidupan seorang gadis yang terlantar dan terbuang dari dunia kebahagiaannya. Kini berubah 360 derajat, setelah kehadiran sesosok lelaki yang mampu mengubah sikap gadis ini. Dan mampu membawa gadis ini men...