Hari telah berganti dan malam mulai beranjak pagi. Walau gelap malam belum pergi namun hal itu tak menyurutkan niatku untuk terus melangkah menyusuri jalan setapak ini. Mungkin orang akan heran jika melihatku berjalan di pagi buta seperti ini. Apalagi jalan yang ku tempuh saat ini menuju ke arah hutan. Namun sayangnya aku tak memedulikan semua itu.
Waktu bergulir dengan cepat dan aku telah menempuh jalan begitu jauh dari rumah. Bahkan cahaya lentera yang ku bawa pun mulai meredup, tanda bahwa bahan bakarnya telah habis dan aku akan segera sampai di tempat yang aku tuju. Tak berapa lama aku melihat tumpukan batu yang tersusun layaknya tangga. Diatasnya tampak beberapa ranting terjuntai begitu saja.
Hupp
Aku memijak susunan batu itu dan memegang erat salah satu ranting yang dapat ku raih dengan tangan kananku. Masih dengan lentera di tangan kiri, aku berusaha memanjat tempat tersebut. Dan berhasil. Ini membuatku tersenyum senang. Bukan. Bukan karena aku berhasil memanjat yang membuatku senang tapi bayangan akan surga dunia yang sebentar lagi dapat ku lihat. Hal itu sudah terbayang di pelupuk mataku, membuatku tak sadar telah melangkah sedikit cepat dari biasanya.
"Akhirnya!" Seruku dengan sangat gembira saat aku tiba di tempat yang aku tuju. Perlahan ku hamparkan kain selimut yang sengaja ku bawa sebagai alas. Tiba-tiba aku mendengar seseorang bicara tepat sebelum aku mendaratkan tubuhku untuk duduk.
"Oh, jadi ini yang membuat Lady selalu pergi pagi buta. Dan jangan lupa dia selalu meninggalkanku sebelum aku melihatnya disaat bangun pagi." Ucap suara itu dengan nada ketus.
"Aahhh, rupanya kau mengikutiku bocah kecil." Kataku dengan senyum kecil yang terkembang di bibir.
"Jangan menyebutku bocah kecil My Lady. Karena aku bukan bocah dan umurku sudah 14 tahun. Oh, satu lagi. Aku marah padamu!" Ucap bocah laki-laki itu dengan garang tanda ia sedang marah padaku. Lebih tepatnya ia sedang merajuk.
"Baik. Baik. Aku minta maaf. Sekarang kemarilah dan duduk bersamaku." Sambil menepuk tempat kosong disebelahku. Aku hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalaku saat ia mencebikkan bibirnya padaku.
"Kau benar-benar jahat Lady telah merahasiakan hal seindah ini padaku. Sungguh, saat ini aku marah dan kesal padamu." Ia mulai meluapkan emosinya.
"Hey, aku kan sudah minta maaf. Lagi pula kau tak pernah bertanya kemana aku pergi. Dan berhenti memanggilku Lady, adik kecil. Saat ini kita hanya berdua." Seruku dengan lembut berusaha membujuknya.
"Dan berhenti menyebutku kecil. Aku bukan anak kecil." Ia mendengus padaku.
"Sudahlah, berhenti saja merajuk. Lebih baik kita nikmati pemandangan indah saja adikku sayang." Ia tak menjawabku. Tapi aku tahu ia menuruti ucapanku. Hal itu terlihat dari binar matanya yang menampakkan kekaguman akan apa yang ia lihat saat ini.
Ya benar. Saat ini kami sedang memandangi karya cipta Tuhan yang sangat indah. Siapa pun tidak akan percaya bahwa dibalik hutan rimbun nan gelap ada bukit yang memiliki keindahan panorama alam yang menakjubkan. Seperti sebuah taman surga yang ada pada cerita dongeng. Benar-benar indah. Air terjun dengan ketinggian 108 meter yang mengalirkan air bagaikan seluruh air hujan tumpah hanya disatu tempat. Danau besar dengan air jernihnya yang dapat memantulkan bayangan secara sempurna layaknya cermin. Taman indah dengan bermacam bunga yang sedang bermekaran. Juga bukit-bukit yang berjejer rapi mengelilingi tempat ini seolah melindungi keindahan ini dari gangguan luar. Ah, dan jangan lupakan pemandangan matahari terbit yang saat ini sedang ku nikmati bersama adikku.
Ckckck, sungguh besar kuasa Tuhan. Aku tidak akan pernah bosan memuji segala keindahan yang Tuhan ciptakan di dunia ini.
"Kakak, lain kali jika kakak ingin kemari jangan lupa untuk mengajakku. Tempat ini sangat indah." Ia menoleh padaku.
"Lalu bagaimana dengan latihan dan juga sekolahmu?" Tanyaku.
"Aku tidak keberatan merelakan waktu latihan atau sekolahku jika aku tahu akan mendapakan pemandangan seindah ini." Ucapnya keras kepala.
"Baiklah, lain kali aku tak akan lupa untuk mengajakmu." Ucapku pasrah.
Setelah itu kami menikmati udara pagi yang sejuk beserta keindahan alam ini dengan mengobrol santai, bercanda dan tertawa bersama.
Tak terasa kami telah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berdiam ditepi bukit ini. Hingga kami melupakan orang-orang yang mungkin sedang kelimpungan mencari kami berdua.
"Hey, Daniel. Sebaiknya kita kembali sekarang. Bibi pasti sedang bingung mencari kita." Ucapku, mengajaknya segera pergi dari tempat itu.
"Benar juga, Kak! Kalo begitu ayo cepat. Dia pasti sedang panik saat ini." Balasnya membenarkan.
Aku dan adikku melangkah tergesa-gesa meninggalkan panorama alam itu. Menyadari akan kekhawatiran seseorang yang berada dirumah.
"Ah, selamat tinggal surga duniaku. Aku harus pergi sekarang. Tenang saja, aku pasti kembali kemari. Aku janji." Ucapku dalam hati.
~~•°°•°°•~~
Di lain tempat
"Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ucap seorang laki-laki dengan posisi badan berlutut dan menundukkan kepalanya. Tanda hormat pada lawan bicaranya.
"Tidak perlu khawatir. Aku sudah memikirkan semuanya. Aku memiliki rencana yang sangat pas untuk melenyapkan mereka!" Jawab suara itu dengan dingin.
"Lalu rencana apakah itu, Yang Mulia?" Tanya orang yang berlutut itu masih dengan suara dan sikap hormatnya.
"Akan ku beritahu kau nanti saat waktunya telah tiba. Saat ini biarkan saja mereka bersenang-senang. Pasti mereka berpikir mereka telah berhasil dengan niat busuknya!" Masih dengan dingin ia menjawab. Bahkan aura kekejaman telah melingkupi dirinya.
"Baik, Yang Mulia. Hamba mengerti. Kalau begitu hamba mohon pamit Yang Mulia."
Pria itu hanya mengangguk tanda mengijinkan. Tak ada lagi kata yang ia ucapkan. Hanya pandangan mata yang menyalak kemanapun ia menatap. Pandangannya sangat tajam. Aura dingin bersamaan dengan kekejaman menguar dari tubuhnya. Entah apa yang membuat pria itu mengeluarkan aura seperti itu. Namun satu hal yang pasti, pria itu saat ini sedang marah. Dan jika ia marah, maka bersiaplah bagi orang yang membuatnya marah untuk menemui ajalnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/61283922-288-k916582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Mask
FantasiaWahai rakyatku semua. Dengan ini aku umumkan bahwa aku mengundang seluruh gadis yang berusia 16-25 tahun untuk hadir di pesta topeng yang ku adakan di istana kerajaan. Diwajibkan bagi gadis yang belum memiliki pasangan dan belum pernah menikah. Sela...