Kucilkan

68 6 3
                                    

Malam yang sejuk mengiringi kesepianku. Angin malam turut membelai lembut rambutku. Menemaniku yang tengah sendiri menatap indahnya bumi. Sebagai teman paling setia dikesendirianku dalam ketidakadilan ini.
"Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah?" tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
"pasti bi Imah." Tebakku
"iya, sebentar!" sahutku sembari berjalan dari serambi kamar.
"Maaf non, waktunya makan malam. Yang lain sudah ngumpul dibawah." Ucap Bi Imah saat pintu kamarku terbuka.
"ok bi, Dera juga udah lapeer banget." Candaku padanya.
Bi Imah adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Bi Imah yang peduli dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot menyiapkan obat, hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Dara. Hanya ia yang tahu betapa aku ingin seperti kak Dara, saudara kembarku.

"wah ada ayam bakar nih. Heem maknyus" ucapku seraya menduduki kursi favoritku.
"dasar gak sopan..." sindir Ayah padaku.
"makanya, jangan nyerocos aja dong jadi cewek." Timpal kakakku, Virgo.
"Dera....ssttt" perintah kak Dara sembari meletakkan telunjuknya didepan mulut.
"iya Dera, betul tuh kata Dara. Contoh dia." Tambah Ibu lagi.
"ok, aku pergi. Silahkan makan!!" ucapku dengan sinis.
Akupun bergegas naik menuju kamarku tanpa sedikitpun menyentuh makanan disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.

Out !!Where stories live. Discover now