Aku, Xian. Di umurku yang ke 16 ini, tanpa kuduga kalau aku memiliki perasaan yang tidak bisa kuungkapkan kepada sahabatku sendiri, Kai.
Kai yang terlalu sempurna jika di bandingkan denganku yang tidak apa-apanya itu memang tidak pantas mencintai diriku ini.
Aku yang tidak berani mengatakan juga karena takut kalau dia akan menjauhiku.
→•←
Krinngg!! Kringgg!!
"Ngh... Sudah jam berapa sih ini?" gumamku kepada diri sendiri.
Aku terkejut bukan main, saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 6.50, segera aku bangkit dari ranjangku ke kamar mandi.
Setelah semua sudah siap, aku lari-lari keluar dari rumahku menuju sekolah dengan duduk bus.
Sesampainya di sekolah, aku berlari seperti orang kesetanan ke kelasku.
Saat sampai ke kelasku, aku mencuri lihat ke dalam. Ternyata pelajaran pertama sudah mulai. Aku melambaikan tanganku ke Kai agar dia melihat ke arahku.Kai akhirnya menoleh ke arahku. Kumohon dia agar dia membantuku masuk ke kelas.
Pintu kelas di buka tiba-tiba. Memunculkan seorang wanita yang tatapannya sedang menatapku dengan tajam.
"Apa yang kamu lakuan, Tuan Xian?" Tanya Bu Rika kepadaku sambil menaikkan salah satu alisnya.
Aku hanya tersenyum kepadanya.
"Masih bisa senyum! Kamu tahu kamu sudah terlambat berapa lama! Berdiri di luar sana sampai pelajaran Ibu selesai!" Tegas Bu Rika.
Aku hanya bisa menuruti perintah Bu Rika.
→•←
"Kenapa lo bisa terlambat, bodoh banget," kata Kai saat kita sama-sama makan di kantin.
Sialan! Selalu saja ngatain aku bodoh! Gitu-gitu aku juara 7 di kelas!
"Kan bangun kesiangan! Salah siapa semalam gue pulang malam, hah!" Kataku tak mau kalah.
"Iya, iya. Maaf, puas kan?"
"Eh! Xian! Aku dapat masuk club kendo!" Seru Shina dengan heboh yang tiba-tiba datang duduk di sebelahku.
"Benaran?!" Seruku tak kalah hebohnya.
"Kalian dua, kecilin suara kalian," tegur Kai sambil menggelengkan kepalanya.
"Ah... Maaf," kataku. "Tapi benar, kamu hebat, Shina! Tidak salah aku mempunyai teman sepertimu."
Shina mencibir. "Yeee... Enak saja! Kamu hebat apa!"
"Psst... Xi!" Panggil Kai dengan bisikkan.
Aku menoleh ke arahnya. "Kenapa?"
Kai menunjuk ke arah kananku dengan dagunya. Aku mengikuti arah yang dia maksud.
"Dia lah cewek yang gue suka. Gimana? Cantik kan?" Tanya Kai dengan mata binarnya. Tapi tidak untukku.
"Gimana, Xi?" Tanya Kai lagi.
Aku tidak menjawabnya, pura-pura minum es teh manisku.
"Eh! Gue lagi ngomong sama lo. Balas kek!" Kata Kai dengan tak senang.
"Mata lo di mana, Tuan? Tidak nampak kalau gue itu lagi minum?!" Kataku dengan kesal kemudian bangkit dari kursi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Meet You
Teen FictionTerima kasih telah bertemu denganmu. Terima kasih pernah datang ke kehidupanku. Terima kasih membiarkan aku menjadi sahabatmu.