2 - But I Still Love Him

5.8K 383 8
                                    

Aku mengguling ke sana ke sini di atas ranjang seperti orang gila.

Boleh tidak aku pindah sekolah saja?

Tapi... Tapi aku pasti bisa rindu dengannya.

Aku menghelakan napas beratku.

Ting Tong!

Aku mengernyitkan keningku. Siapa sih yang datang?

Dengan malas aku bangkit dari ranjang untuk membuka pintu.

"Xi! Lo tidak apa-apa kan?" tanya Kai yang membuatku menganga.

"Lo tidak sekolah?" tanyaku bingung sambil memberi jalan untuk dia masuk.

"Gue takut lo kenapa-kenapa," balasnya santai.

Tapi itu dapat membuatku senyum bahagia. Seketika kesalku, marahku lenyap tak berbekas.

"Gue sudah sembuh, kok. Lo pergi sekolah sana."

"Usir gue ya ceritanya?"

Aku terkekeh. "Siapa juga yang tega usir lo."

Dia mengelus rambutku macem anak kecil. "Kalau gitu, sekolah saja kalau sudah sembuh."

"Tidak mau ah! Sudah mau terlambat juga," kataku males sambil masuk ke dalam rumah.

"Masih ada setengah jam. Sempat kok kalau sekarang lo siap-siap."

"Lo harap banget ya gue sekolah?" tanyaku.

"Ya, iyalah. Lo kan sahabat gue, tanpa lo bosen kali deh."

Senyumku kembali muncul di wajah tampanku ini.

"Ok deh! Lo tunggu di sini," kataku.

→•←

Seperti biasa aku naik sepeda dan Kai duduk di belakangku. Rumah kita memang sejalan. Jadi sekaligus saja.

"Cepetan dong! Sudah mau terlambat!" seru Kai di belakangku.

"Gue tidak cukup tenaga, lo terlalu berat."

"Yee... Enak saja. Lo yang terlalu kecil."

"Sudah ah! Turun saja lo kalau ribut terus," ancamku yang membuat Kai diam seketika.

Sesampainya di kelas, seorang cewek yang berwajah pas-pasan itu datang menghampiriku.

"Xian!!" seru Shina menghambur ke pelukanku.

"Dasar pasangan tak waras," gumam seorang di belakangku itu, yang pastinya itu Kai.

Shina menjulurkan lidahnya. "Sirik saja bilang!"

Aku berjalan ke tempat dudukku dan meletakkan tas ranselku.

"Kamu tahu, Xi. Semalam aku lewat lapangan sepak bola. Ada cowok tampan yang tersenyum kepadaku," kata Shina dengan mata binarnya.

"Kepedean kamu kayaknya," sahutku malas.

"Xi! Xian!" panggil Kai dengan membalikkan tubuhnya.

"Kenapa?" tanyaku tanpa menolehnya dari ponselku.

"Menurut lo ini bagus tidak? Dia bisa suka tidak ya?" tanya Kai sambil menunjukkan cincin berhiasan berlian yang berbentuk love dan terdapat mutiara kecil di tengah-tengahnya.

Seketika mood-ku hancur.

"Tidak tahu! Tanya saja sendiri sama dia," balasku sambil meletakkan cincin itu ke tangannya.

Until I Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang