Minggu pagi di kediaman Devord, hampir semua keluarga tengah duduk di ruang makan sambil menyantap sarapannya. Kenapa hampir?karena Mr. Alexander Devord, selaku kepala keluarga sedang tidak ada di rumah,lagi.
"Besok kalian sudah mulai masuk sekolah kan?" Mrs. Amanda Devord memecah keheningan
"Yeah, mom." Allyn menjawab, sedangkan kembarannya masih sibuk memakan sarapannya.
"Besok mom ga bisa nganter kalian ya, mom harus udah di cafe pagi-pagi."
"It's okey mom. Biar Allyn berangkat bareng aku." Matheo Adimas Devord berbicara, pada akhirnya.
"Iya mom gapapa kok aku ngerti." Allyn tersenyum
"Oh syukurlah, thank you." Mrs. Amanda tersenyum mendengar jawaban dari anak-anaknya.
"Mom, aku udah selesai. Aku keatas duluan ya? Bye mom." Allyn pun pergi ke kamarnya.Dilihat dari percakapan ringan di keluarga Devord sepertinya mereka sangatlah bahagia, ibu yang baik, keluarga yang rukun, oh jangan lupakan bahwa mereka termasuk golongan orang berada, u know what i mean, right? Sesungguhnya mereka memang bahagia, namun kebahagian itu kurang lengkap, karena ayah mereka yang jarang berkumpul bersama. Businessman, cih.
Di dalam kamar, Allyn sedang melakukan aktivitas rutinnya, yaitu membaca novel. Bukan, bukan berbentuk buku, melainkan berbentuk aplikasi di ponselnya. Kau tahu?sekarang ada aplikasi dimana kau bisa membaca dan membuat cerita yang dapat kau publish melalui wattpad, ya itu nama aplikasinya. Allyn selalu baper a.k.a bawa perasaan (itu yang dikatakan anak zaman sekarang) jika membaca sebuah cerita. Terkadang dia menangis, berteriak, bahkan sampai melting hanya karena sebuah bacaan. Berlebihan bukan?tapi itulah Allyn.
Tok... tok..
Allyn mendengus ketika kegiatan yang baru dimulainya itu terusik.
"Masuk aja, gak di kunci."teriak Allyn dari atas kasurnya. Bahkan dia sangat malas hanya untuk membuka pintu kamar jika sudah memulai kegiatannya itu.
"Al, ada temen lo dibawah." Theo, sang saudara kembarnya ternyata yang mengganggunya.
"Siapa?"Allyn mengernyitkan dahinya.
"Itu temen lo si Auryn"
"Auryn?demi apa?"Allyn lompat dari kasurnya lalu berlarian menuruni anak tangga, sepertinya dia sangat menunggu kedatangan sahabatnya itu.
"Allyn jangan lari-larian di tangga!!" Theo berteriak dari atas.
"Iya Matheo-ku sayang, udah engga kok."Allyn terkekeh mendengar jawabannya sendiri. Dan Theo hanya mendengus mendengarnya."Auryn?! Omg, i miss you so muuucchhhhh." Allyn langsung memeluknya sehingga tubuh Auryn sedikit mundur ke belakang.
"Calm, girl"Auryn terkekeh "miss you too, sorry ya gue liburan ga bareng lo. Biasa bokap nyokap ngajak ke luar, yaudah gue ikut hehe. Btw ini buat lo." Auryn menyerahkan beberapa bingkisan kepada Allyn, sepertinya oleh-oleh liburannya dari luar.
"Thank you ma bestie, mwah. Banyak banget iniii, aaa lavyuuu." Allyn histeris
"Gak cuma buat lo, buat Mom Amanda sama Theo juga sih, wlee." Allyn mendengus.
"Mom dimana?ada Auryn nih bawa oleh-oleh." Allyn berteriak, membuat yang dipanggil terkekeh.
"Gausah teriak-teriak, mom disini. Eh hai Auryn"Mrs. Amanda tersenyum menatap Auryn, lalu Auryn mencium tangannya.
"Hai, mom. Ini aku habis liburan ke Paris, aku bawa oleh-oleh buat mom juga."
"Thank you darling, kamu gausah repot-repot bawain mom oleh-oleh." "It's okey mom, gak ngerepotin kok beneran hehe." "Yaudah kalo gitu kalian ke atas aja, mom mau keluar dulu, kalo butuh apa-apa panggil Bi Sarni aja,bye girls have fun" kemudian mrs. Amanda berlalu. Sepertinya ia akan pergi ke cafe miliknya.
"Bye mom"ucap mereka berdua bersamaan.Perlu kalian ketahui kalau Auryn adalah sahabat dari Allyn, mereka sudah sangat lama bersahabat sehingga keluarga mereka pun sangat dekat. Oleh karena itu, Auryn memanggil Mrs. Amanda dengan sebutan mom. Dan jika dia berkunjung kerumah Auryn dia juga memanggil Mrs. Clara-ibunya Auryn- dengan sebutan Bunda.
"Kata lo ini ada yang buat Matheo, kasih gih ke orangnya pasti dia ada di kamarnya ketok aja." Kata Allyn menyuruh Auryn
"Kembaran lo rada dingin males gue, itu Bunda sih yang ngingetin gue supaya beli buat Theo." Auryn berbicara pada Allyn setengah berbisik, Allyn pun terkekeh.
Memang banyak yang bilang kalau Matheo bersifat dingin. Namun, pada kenyataannya ia tidak seperti yang mereka banyangkan.Kemudian, cklek..
Tepat saat didepan pintu kamar Theo, ia membukanya dan berdiri dengan satu tangan disandarkan ke pintu."Matheo, nih. Kebetulan banget lo buka pintu, Auryn ngasih oleh-oleh buat lo juga." Allyn menyerahkan 2 bingkisan kepada Theo
"Thanks, Auryn." Theo tersenyum, kemudian dibalas dengan anggukan dan juga senyuman dari Auryn.
"Ohiya, besok bangun pagi, gue mau kita dateng pagian biar gak kena macet." Allyn hanya mengacungkan jempolnya, kemudian melanjutkan perjalanan ke kamarnya.Sesampainya di kamar Allyn, mereka berbincang-bincang sambil menikmati snack yang sudah dipersiapkan Bi Sarni
"Lo liburan kemana aja, Al?"
"Sempet ke Bandung doang gue, sisanya bantu Mom di cafe sama ya you know lah ya." Jawab Allyn
"Baca wattpad?omg lo ga bosen gitu?"
Allyn menggeleng dengan wajah polosnya
"Ck, dasar."
"Udah ceritain aja gimana liburan lo di Paris."
Auryn pun menceritakan bagaimana serunya berlibur di Paris, kemudian mereka saling bercanda dan tertawa. Minggu terakhir di liburan kenaikan kelas mereka habiskan dengan saling bercengkrama.
***Saat makam malam telah usai, Allyn mengantarkan Auryn sampai ke depan pintu utama rumahnya
"Semoga kita sekelas ya, Al. Gue balik dulu, bye." Ucap Auryn
"Iya amin deh, hati-hati Ryn."setelah memastikan mobil Auryn telah keluar dari halaman rumahnya, ia pun masuk dan menuju kamarnya tercinta."Matheo?! Lo abis darimana?" Allyn sedikit kaget karena saat akan menaiki tangga menuju kamar ada yang menyenggol bahunya.
"Taman belakang,biasalah."ucap Theo. Kemudian mereka berjalan beriringan menuju kamar mereka yang bersebelahan.
"Good night, Al. Sleep tight ya, jangan pacaran sama wattpad mulu"Theo terkekeh setelahnya, ia mencium kening dari kembarannya sebelum memasuki kamarnya.
"Iya Matheo-ku, lo juga yaa. Nice dream ma boy"Allyn pun masuk setelah membalas ucapan Matheo.Dalam hati Allyn berharap bahwa ayahnya juga mengucapakan selamat malam untuknya, tapi itu mustahil mengingat ayahnya yang jarang di rumah. Mengingat itu hanya membuatnya tersenyum miris.
Night, Dad.
KAMU SEDANG MEMBACA
(My)Fiction
Teen FictionAku menyukai cerita fiksi. Karena, aku dapat menemukan semuanya disana, seperti seorang ayah yang selalu menemani dan seorang lelaki idaman. Kenapa hanya di fiksi? Entahlah, karena sampai sekarang aku belum menemukannya disini, di duniaku. Dunia nya...