part 1 - hal biasa

34 1 0
                                    

Gerimis membungkus kota daeng.

Bulan november, musim hujan menyapa kota makassar. Sejauh mata memandang terlihat rintik tetes hujan tak terhitung jumlahnya. Membuat gemercik di genangan air kecil pelataran parkir kampus, sisa hujan tadi malam.

Pagi ini, suasana kampus lengang daripada hari biasanya. Gemercik hujan di atas atap, udara dingin, membuat mahasiswa lebih memilih meringkuk di balik selimut.

Aku menatap pelataran parkir yang masih lengang. Beberapa kendaraan milik mahasiswa jurusan lain yang terparkir disana. Berkali menatap ponsel di tangan. Aku menghela napas, kecewa.

Aku yang menunggu dosen dan teman lainnya dari tiga puluh menit lalu, protes dalam hati. Masuk kembali ke dalam kelas. Memutar musik di ponsel, aku menguap. Menenggelamkan kepala di tengah lipatan lengan di atas meja. Mungkin kuliah umum hari ini dibatalkan, pikirku.

"Assalamu'alaikum, yang paling rajin ke kampus." Radit, berseru memecah hening.

Radit berseru mengejekku, Arga ikut tersenyum dibelakangnya. Mereka baru sampai di bawah bingkai pintu kelas. Wajah mereka basah terkena hujan tadi, bekas butiran rintik hujan di pakaian mereka juga terlihat jelas. Radit duduk di sampingku, sedangkan Arga memilih duduk di belakang kursi ku.

Radit mulai membuka suara, membahas mengenai tugas dan berakhir dengan lelucon-leluconnya. Aku terkekeh mendengar. Arga dibelakangku sibuk dengan game di ponselnya, juga menggunakan earphone di telinga. Diam.

"Halo ratu dan raja." Rara, berseru membuyarkan percakapanku dengan radit.
Kepalaku mendongak menoleh.
Aku tertawa. "Jangan lebay, ra."
"Cie, Fatin dan Arga ji" Radit ikut menimpali, tertawa.

Arga tidak menghiraukan kami, hanya diam. Masih sibuk dengan ponselnya.

Rara membuat julukan aneh untuk aku dan arga, raja dan ratu. Karena hanya kami berdua yang rajin mengerjakan tugas, katanya.

Percakapan semakin ramai sejak Rara datang. Aku lebih banyak diam mendengarkan, tidak banyak komentar. Sesekali melirik ke arah belakang. Melihat Arga yang tidak menghiraukan kami.

Ruangan kelas dipenuhi dengung ramai, sejak setengah jam yang lalu setelah kedatangan rara.

"Dit, kuliah kbl jam berapa?" aku bertanya.

Radit melirik jam tangan. "Jam sem...".
Radit menepuk jidat. " guys, duluan ya. Kuliahnya sudah mau mulai." mengambil tas, berlari keluar kelas. Aku dan Rara saling tatap sejenak, lantas tertawa.

Kelas yang tadinya penuh dengan dengung suara keramaian berangsur mereda. Sebagian mahasiswa struktur dan arsitektur, sudah meninggalkan ruangan kelas. Pindah ruangan. Tertinggal kami berlima, mahasiswa transport. Menunggu jadwal kuliah selanjutnya, pukul satu siang. Sembilan lainnya belum datang. Mungkin setelah tahu jadwal kuliah umum dibatalkan, mereka memilih kembali meringkuk di tempat tidur.

"Fatin, tugas albert bagaimana?" Arga membuka suara.

Aku menoleh. "Sedikit lagi rampung, ga."

Arga berdiri meninggalkan kursinya. Pindah ke sampingku. Aku tersenyum tipis.

"Ehm." Rara berdehem.

Arga menatapku sejenak, lantas tersenyum. Aku hanya mengangkat bahu. Rara beralih sibuk dengan ponselnya.

"Kalau kamu, ga?"

"Sudah sampai di grafik."

"Sedikit lagi, selesai." Aku tersenyum, mengangguk.

Percakapan ku dan Arga lebih banyak membahas tugas dan berakhir dengan menggangu ku. Rara tidak mau kalah, ikut menimpali. Mereka berdua kompak menggangu ku. Aku melotot, memajukan bibir. Mereka tertawa membiarkanku dengan wajah memerah.

PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang