ORIONA POVHari ini adalah hari terakhir papa dan mama di Indonesia. Aku dan Lean berencana untuk memberi kejutan untuk mereka. Kue, kartu ucapan, dan hadiah. Setelah membeli buku bersama Meta sepulang sekolah tadi. Selagi aku menunggu Lean yang ada tambahan pelajaran di sekolahnya, aku mampir ke toko kue untuk membeli kue coklat kesukaan papa dan mama. Aku juga tidak lupa membeli hadiah kecil untuk papa dan mama. Sempurna.
Aku mendengar suara gelembung dari saku rokku. Ada SMS!.
Lean : Kakak jemput ;)
Riona : Siap bos!
--
"Kejutan!!"
"Kejutan!!"
Aku dan Lean kompak mengagetkan papa dan mama yang sedang mengepak barang-barang mereka di kamar. Aku membawa kue coklat dan memakai rambut palsu berwarna hijau lengkap dengan ikat kepala khas jepang. Sedangkan Lean memakai rambut palsu berwarna merah ditambah bando kelinci yang membuat dia terlihat imut sekarang. Papa dan mama terlihat kaget melihat dandanan kami berdua.
"Wahhh! Apa ini ? memang kamu ulang tahun ya ma ?"
Papa melihat mama bingung."Enggak pa, mama gak ulang tahun hari ini."
Mama menggelengkan kepalanya membalas tatapan bingung papa.Aku tidak mengerti semarang papa dan mama sedang pura-pura tidak tau atau mereka memang tidak peka. Yang jelas dari ekspresi mereka, papa dan mama sepertinya memang tidak tau maksud kue yang aku bawa dan dandanan kami berdua.
"Ya ampun mama sama papa gak peka banget deh! Kak Riona sama Lean kan lagi bikin kejutan perpisahan buat papa sama mama"
"Iya ni papa sama mama gak peka"
Aku mencoba mengulang kata-kata lean plus gaya lean yang meletakkan tangan kirinya di kepalanya. Terlihat Lean kesal melihat aku menirukan gayanya.Aku dan Lean akhirnya meletakkan kue di meja dekat sofa di kamar papa dan mama. Aku segera menyuruh Lean untuk mengambil hadiah yang aku sembunyikan di balik pintu kamar papa dan mama sedari tadi.
"Pa, ma! Lean sama kak Riona punya hadiah buat papa dan mama!"
"Sungguh ? mana ? mama mau lihat sayang!"
Lean memberikan hadiah yang sudah terbungkus kertas bermotif bunga-bunga yang ada ditangannya kepada mama yang terlihat sangat antusias. Papa hanya melihat dan terus saja mencolek kue coklat yang ada di dekatnya.
"Wah! Apa ini ya ? boleh mama buka ?"
"Boleh dong ma! Masa iya ngasih hadiah ngak di buka"
Dari tadi hanya Lean dan mama yang berbicara. Aku dan papa hanya menjadi penonton. Mama terlihat merobek kertas pembungkus hadiah itu dan mata mama sukses membulat besar.
"Pemijat punggung ?"
--
"Ini dia! Suka suka suka?"
Aku mencoba mengedarkan pandangan ke kanan dan ke kiri untuk melihat rumah di depanku ini. Rumah berlantai dua dengan taman kecil diluarnya ditambah rimbunnya tanaman ini semakin membuat rumah ini terlihat nyaman. Ditambah lagi gaya rumah yang alami tapi tetap modern membuatku semakin semangat untuk tinggal di lingkungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOARDER
Teen FictionKeluarga yang selalu ada dan sahabat yang bisa diandalkan. Apa lagi yang kurang ? Cinta ?. Aku tidak yakin. Kekuranganku selalu membuatku takut untuk mencintai seseorang. Aku takut cinta tidak bisa mengerti keadaanku. Tapi, aku melihat ada yang berb...