Authors POV
Pandangan gadis itu jauh menerawang ke depan namun tatapannya begitu kosong.
Dia hanya mengayun-ayunkan kakinya dia atas kursi taman tempat dia menenangkan dirinya.Setelah kejadian tadi pagi, Lunar tidak mau bertemu dengan siapa-siapa di sekolah. Dia hanya mengurung dirinya di kelas tanpa izin keluar walau hanya untuk pergi berbelanja di kantin.
Steven ingin memasuki kelasnya Lunar tetapi keinginannya dicegat oleh Bian, ketua kelas di kelas Lunar.
Lunar sengaja meminta bantuan Bian agar menahan Steven masuk ke kelas menemuinya.
Menerima penolakan, Steven menggeram frustasi pergi meninggalkan kelas Lunar.Elina yang melihat sikap Lunar seperti itu hanya bisa berdiam diri. Tak berani berkata apa-apa kepada Lunar. Bahkan sedari tadi mereka saling mendiami walau dalam hati Elina tertawa licik.
Author's POV end.
"Lunar" panggilan itu menyadarkanku dari lamunanku. Aku tau itu suara siapa.
Aku mengarahkan pandangankuke sumber suara.
Dibelakangku, sudah ada Steven dan Elina dengan wajah bersalah. Tapi tidak untuk Elina."Apa?" Tanyaku hampir tak terdengar. Dari tadi aku menahan isakan tangisku.
Aku segera menghapus air mata yang masih tersisa di wajahku."Kamu marah? Ini gak seperti yang kamu bayangin" kata Steven. Dia mendekat kearahku dan duduk di sampingku.
"Yang dibilang Steven bener Nar!" Timpal Elina. Bahkan itu bohong! Sangat bohong!
"Kenapa kamu tinggalin aku?" Tanya Steven lagi. Kini dia menggamit tanganku dan menatapku.
"Ini gak seperti yang kamu kira"Aku menghela nafas panjang sebelum aku memulai kata-kata yang akan keluar dari mulutku.
"Maaf" lirihku. Aku menunduk tak sanggup menatap wajah Steven.
"Aku yang salah" kata Steven. Dia langsung memelukku.
Elina yang berada di belakang Steven menatapku dengan pandangan yang murka. Aku bisa lihat dari sorotan matanya yang tajam, bahwa dia akan benar-benar merebut Steven dariku.
"Ini salah aku juga" kata Elina berjalan mendekatiku.
"Tidak ada yang salah. Ini kecelakaan. Maaf aku terlalu naif" kataku sembari tersenyum lirih.
"Ayo pulang. Aku antar kalian berdua" ajak Steven.
Aku hanya mengangguk mengikuti langkahnya.
Elina juga mengikuti dari belakang.
Hari itu memang terlihat membaik. Tapi tidak untuk nantinya.
Dan itu mungkin saa terjadi.
"Aku menangis bukan karena mu. Aku juga marah bukan karena mu. Aku hanya takut menerima kenyataan bahwa apa yang dikatakan Elina itu benar. Dia akan merebutmu dariku Steven."
******
Hancur hancur hancur
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNAR
Teen Fiction"Ketika perasaan harus terbagi" PROLOG Aku mengorbankan semuanya. Aku berikan semuanya demi kebahagian saudara tiriku. Papaku,sahabatku bahkan pacarku sendiri. Dia merebutnya dariku! Tapi aku hanya bisa diam menerima kenyataan. Rasa sayangku terlalu...