"Ay, aku gendut ya?"
Pertanyaan atau pernyataan yang amat sangat membuat setiap laki-laki memutarkan bola matanya, tak terkecuali Dia.
"Kamu bandinginnya sama badan aku sih, ya gendutan kamu lah." Jawab Dia membuat sang gadis mencebikkan bibirnya.
"Ish, pokoknya aku mau diet!"
"Nooo! Jangan dong, kamu lucu kok gendut begini, aku makin sayang deh. Suer!" Dia menunjukkan 2 jari yang membentuk 'v' dengan menjulingkan kedua bola matanya.
"Wahahaha, Ay kamu kaya kebo guling, dah!" sang gadis tertawa senang, sambil mencubit kedua pipi si laki-laki.
"Tuh! Berarti aku aja yang gemukkin badan! Nice kan?" Dia lagi-lagi berekspresi konyol, menaikturunkan kedua alis secara bersamaan.
Sang gadis hanya tersenyum, dengan makna yang sulit ditebak.
"Berarti, kamu harus lomba makan bakso sama aku!!"
"Ayok! Siapa takut, kebo guling,"
"Heh--" dijitaknya kepala Dia oleh sang gadis, "--kamu yang kebo guling, kan!"
"Oiya, He-he." Dia hanya nyengir kuda.
*
Malam itu, Si Dia pergi ke rumah sang gadis, hanya sekedar ngapel not ngepel. Sekalian silaturahmi, katanya.
'tok.. tok..' (bunyi ketokan pintu, ceritanya.)
"Assala-mu-alay-kum," salamnya terdengar seperti anak tk seusai berdoa mau pulang."Waalaykumsalam," pintu di hadapan si Dia dibuka oleh sang pemilik pintu. Keluarlah sang saka Merah Putih *hm maaf, coret* sang pemilik rumah, perempuan paruh baya yang masih cantik diusianya.
Dia membungkukkan badan selayaknya prajurit hormat kepada rajanya. "Selamat Malam Ibunda Ratu Khayangan, Apa sang Bidadari ada di dalam?"
"Kamu ini, ada-ada saja. Udah, ayo masuk," Ibu sang bidadari menepuk lengan Dia seraya mengajak untuk masuk ke dalam.
"Kamu tunggu disini ya, Nak. Ibu panggilkan bidadari dulu." sang Ibunda berkata seakan menyindir si Dia yang hanya menanggapi dengan senyum p**s*dent .
"Bidadari, bersegeralah, Nak. Pangeranmu sudah menunggu sejak tadi."
"Ya ampun, Ma, diajarin sama Dia ya makanya sok formal?" si gadis mendengus dan memalingkan muka, "oiya, aku kan lagi pake pensil alis!"
"Bidadariku, tidak perlu lah engkau memakai pensil alis, tanpanya kamu sudah manis, kok." sang gadis yang ingin berbalik ke kamarnya, malah berbalik ke arah si Dia yang tadi menggodanya.
"Ma, nih liat. Aku digombalin, iyuh,"
"Ya wajar, lah. Namanya juga anak muda, kamu mah kolot."
"Heleuh heleuh, si Mama. Malah anaknya dikatain." sang gadis duduk di sebelah Dia dengan decakan sebal.
"Udahlah, kamu marah-marah terus, sih," Dia akhirnya berbicara, tapi dibalas dengan lirikan setajam katana oleh sang gadis.
"Kamu juga, kesini mau ngapain?!"
"Ish, galak banget dah, kebo guling!" dijitaknya sang gadis oleh Dia.
"Kamu yang kebo guling woy!"
"Iya iya aku yang kebo guling. Sekarang 10 hopes aja, yuk?" Dia tampaknya sudah menyerah berdebat dengan gadisnya.
"Hm, yaudah. Me first! Aku mau diet!"
"Aku mau gemukkin badan, biar kamu ga diet,"
"Aku mau putih!"
Dia melihat warna kulitnya yang memang agak lebih putih dari sang gadis. "Nggak usah, aku aja yang itemin kulit!"
"Ih kamu mah, yaudah aku pengen kaya aja!"
"Sayang, bahagia itu nggak selalu tentang harta. Aku sama kamu aja udah bahagia kok," Dia merangkul si gadis di sisinya. sang gadis membalas memeluk si Dia.
Terlihat klise, ya memang. Itulah salah satu kebahagiaan kecil. Hanya bersama kekasih hati, tak perlulah mencari jalan rumit untuk bahagia.
"Aku sayang kamu, Ay."
Terdengar dengkuran halus dari atas kepalanya, ternyata Dia tidur dengan polosnya.
"Yee, kebo guling abis godain aku malah tidur!" si gadis mencubit perut Dia. "Udah kesini ga bawa apa-apa!"
"Ehehe, kamu mau apa, sih?" Dia terbangun dari tidurnya lalu menjawil pipi sang gadis gemas.
"Ya, ini kan Valentine! Kamu nggak mau kasih coklat atau bunga gitu?"
Dia hanya berbalik badan untuk mengambil gitarnya yang ia simpan di belakang sofa.
"Lah, malah mau ngamen," si gadis mengernyitkan alisnya heran.
Bunyi petikan gitar terdengar merdu di penjuru ruang tamu itu.
Hey gadis bermata coklat
Di hatiku kau akrobat
Jantungku berdegup cepat
Setiap senyummu terlihatKau bagai sebuah candu
Membuatku selalu rindu
Ku menggubah nada syahdu
Maaf bila kurang merdu
Begini liriknya,Sang gadis tersenyum, merasa terhibur dengan lagu konyol yang dibuat oleh kekasihnya.
Kau ingin diet
Tapi ku bilang aku saja yang menggemukkan badan
Kau ingin putih
Tapi ku bilang aku saja yang menghitamkan kulit
Kau ingin kaya
Tapi ku bilang bahagia tidak selalu tentang hartaKau ingin merayakan Valentine tapi ku bilang,
"Wahahaha, kamu kocak banget sih, Ay. Ya ampun makin gemes!" sang gadis melonjak senang dan tangannya menarik rambut Dia yang memang agak panjang itu.
"Adooh, sakit-sakit. Dengerin dulu nih belom selesai,"
Dia kembali memetik senar gitar digenggamannya. Dan sambil tersenyum ia mulai bernyanyi,
Sayang,
Valentine untukmu
365 hari dalam setahunku
Bukan tentang bunga dan coklat
Tapi tentang siapa yang tak pernah pergi
Saat kau terluka
Aku orangnyaSi gadis sudah siap untuk memotret keduanya dengan ponsel ditangannya. "Sini selfie dulu sini, aku mau masukkin ke instagram." Namun ditahan untuk diam oleh Dia, "Sstt..."
Tak perlu repot berdandan
Atau selfie agar kekinian
Tak usah pakai pensil alis
Bagiku kau yang termanisKau ingin diet
Tapi ku bilang aku saja yang menggemukkan badan
Kau ingin putih
Tapi ku bilang aku saja yang menghitamkan kulit
Kau ingin kaya
Tapi ku bilang bahagia tidak selalu tentang hartaKau ingin merayakan Valentine tapi ku bilang,
Sayang,
Valentine untukmu
8760 jam dalam setahunku
Bukan tentang perayaan
Tapi tentang siapa yang tak pernah pergi
Saat kau terluka
Menemanimu
Suka dan duka
Setiap hari
Bukan hanya 14 FebruariSetelah menuntaskan lagunya, Dia hanya nyengir konyol menggoda gadisnya.
"Gimana? Bagus nggak?"
Sang gadis hanya tersenyum manis semanis manisnya gula aren, dengan kedua lesung pipi yang menghiasi di kedua pipinya.
Dan mereka berdua, berpelukan. Saling mengucapkan kata cinta yang tulus dari hati, tidak perlu diumbar kemana pun, dan bukan hanya pada satu hari yang dinamakan Valentine.
Karena, kasih sayang yang tulus itu bukan hanya sehari, tapi setiap hari.
-Fin-
a/n
Inspired by :
Fiersa Besari - Bukan Lagu Valentine
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Sebuah Lagu
Cerita PendekLantunan sendu nan menyentuh kan mengiringi kisah cinta mereka. [Bukan cerita bersambung, apalagi novel. ]