Detik demi detik berlalu, rintik hujan sudah berhasil membasahi sang Ibukota. Terlihat orang-orang berlari ketempat lain untuk berteduh. Tapi tidak untuk Nathan. Dia tetap menerobos hujan agar cepat sampai rumah. Dia tidak perduli hujan tersebut membasahi seluruh tubuhnya. Ketika sampai rumah, Nathan langsung masuk dan bergegas untuk mandi agar tidak sakit. Tiba tiba, hape Nathan berdering. Tertera sebuah nama di layar hapenya. Dinda. Dinda adalah sahabat kecilnya sejak dulu.
"Halo Nathan, sudah sampai rumah?"
"Sudah, ada apa?"
"Ah tidak apa apa, aku hanya khawatir. Hujan deras soalnya di luar"
"Iya. Nanti malem bisa keluar? Ada yang mau aku bicarakan"
"Ada apa?"
"Nanti saja aku ceritakan"
Setelah itu, Nathan beristirahat di kamar untuk tidur sejenak. Jam 7, Nathan menjemput Dinda di rumahnya. Terlihat Dinda keluar dari rumah dan masuk ke mobilnya Nathan. Nathan membawa Dinda ke sebuah tempat di pusat kota Jakarta. "Kamu mau ngomong apa sama aku, Nath?"
"Jangan tinggalin aku ya, aku tau aku bukan pacar kamu. But, seriously, you are half of me"
"Kok kamu tiba tiba ngomong gitu? Kebentur apa gimana?"
"No, aku serius. Jangan tinggalin aku ya, dalam keadaan apapun"
"Iya, aku janji kok"
2 jam berlalu, Nathan mengajak Dinda untuk pulang ke rumah. Keesokan paginya, Dinda yang biasanya mengirim pesan selamat pagi kepada Nathan hari ini nihil. Tak ada satu pesan pun ia terima. Nathan awalnya merasa biasa saja. Tapi hari demi hari ia lewati, masih sama. Nathan sudah lost contact dengan Dinda sejak itu. Dia tidak tau ke mana Dinda pergi. Nathan merasa kehilangan. Dia benar benar merasa jiwanya hilang. Nathan tidak ada mood untuk melakukan apapun. Dia hanya terbaring di kasur, sambil melihat langit langit kamarnya. Nathan tidak tau lagi harus apa. Dia sudah menghubungi semua temannya Dinda, tetapi tidak ada yang tau di mana keberadaan dia. Hari demi hari, Nathan mulai terbiasa tanpa kehadiran Dinda. Lalu, Nathan mendapat e-mail dari seseorang. Dia tidak tau itu siapa. E-mail tersebut berisikan tentang menanyakan kabar Nathan. Nathan sedikit terkejut, yang mengirim e-mail tersebut adalah Dinda. Dinda mengajak Nathan untuk bertemu, tapi Nathan tidak bisa melakukan permintaan Dinda. Karena dia sudah ada janji dengan klien kantornya. Nathan meminta maaf kepada Dinda. Dinda tidak membalas lagi e-mail dari Nathan. "Ah, mungkin dia kecewa padaku" ucap Nathan dalam hati. Sehari sebelum hari meeting, Nathan membatalkan nya dan langsung menge-mail Dinda untuk mengajaknya bertemu. Namun, Dinda tidak kunjung membalas pesan tersebut. Dinda menghilang tanpa kabar (lagi). Nathan tidak mengerti, entah apa maunya Dinda.