"Hai Nis, mau menemaniku gak untuk ya sekedar makan siang aja?"
"Wah, boleh tuh Nath"
Lalu, mereka berdua bergegas ke tempat makan padang dekat kantor
"Kamu pesen aja Nis, masalah bill, aku yang bayarin deh"
"Wow, ada yang abis dapet rezeki nih hehehe"
"Ah tidak juga, kebetulan memang lagi ada rezeki lebih"
"Asik lah kalo gitu, aku pesen yang banyak ya"
Setelah Nisa memesan, giliran Nathan.
"Mas, saya pesen nasi ya pake ayam bakar sama perkedel. Sambelnya jangan lupa"
"Oke bos, tunggu ya"
Setelah 10 menit menunggu, akhirnya makanan Nathan datang. Nisa sudah makan duluan, laper banget dia katanya hahahaha.
"Nath, umur kamu berapa sih kalo aku boleh tau?"
"Masih umur anak muda kok. Tahun ini ulang tahun yang ke 23 bulan Agustus. Kado ya hahahaha"
"Bisa aja kamu. Masih muda juga ya. Target nikah umur berapa nih?"
"Hmm, mungkin 25 atau 26. Target aku sih umur segitu udah mapan. Jadi ya tinggal mempelai perempuannya aja hehehe"
"Cie, sudah menemukan calon istrinya?"
Tiba tiba, Nathan terdiam. Kepalanya sakit. Pikiran dia seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras. Ada bayang bayang seorang perempuan. Cantik, dan tinggi. Seperti Dinda. Lalu, Nathan jatuh pingsan. Nisa langsung teriak meminta tolong untuk mengangkat Nathan. Sesampainya di rumah sakit,
"Kamu gak apa apa kan Nath?"
"Aaahhh, aku tidak apa apa. Hanya tiba tiba pusing saja tadi. Dan, aku melihat sesosok perempuan cantik dan juga tinggi"
"Waaaah, jodoh kamu kali ya hahahaha"
"Ah kamu bisa saja"
Jam menunjukkan pukul 7 malam, Nathan bergegas untuk pulang. Sesampai di rumah, Nathan langsung membaringkan badannya di kasur. Ia tertidur. Nathan bermimpi. Dalam mimpinya, ada seorang perempuan cantik meminta kenalan padanya.
"Halo, aku Dinda. Siapa namamu?"
"H-h-halo, Aku Nathan"
"Hai Nathan, senang berkenalan denganmu"
"Aku juga Din hehe"
Ternyata, di mimpi itu adalah masa lalu. Masa di mana, Dinda dan Nathan baru saja berkenalan. Dan, Nathan terbangun. Dia tersadar, itu hanyalah mimpi. Mimpi yang membawanya ke masa lalu. Masa di saat dia dan Dinda masih. Raut wajahnya yang terlihat sedih. Seolah, wajahnya berbicara kalau Nathan sedang merindukan sesosok Dinda.