Kesunyian

26 4 0
                                    

Jarum jam berdetak sangat cepat. Angka 9 pun telah dilewati oleh jarum jam membuat hari sangat gelap.Malam yang begitu dingin. Inilah suasana yang Neina rasakan malam sekarang.
~ Neina Zahra Diara ~
Neina hanya bisa duduk ditemani dengan angin yang bertiup membuat tubuhnya kedinginan dengan memakai baju cukup tipis dengan celana jeans. Awan yang sangat gelap seolah olah awan berkata kepada Neina 'pulanglah'. Dia menatap awan itu. Dilihatnya awan yang mendung tanpa ada bintang yang bertaburan. Sepotong brownies kesukaannya yang selalu dibawa kemanapun dia pergi.

Memakan sepotong brownies saja sudah cukup menemani tubuhnya yang kedinginan. Tak terasa Neina sudah satu jam berada di taman yang lumayan sepi. Tanpa ada seseorang pun yang memperdulikannya.

Dilihatnya seorang cewek dan cowok sedang duduk bersama. Membuat hatinya terasa ingin menangis agar seluruh dunia mendengarnya dan tahu bahwa dia sangat kesepian. Menunggu adalah hal yang sangat muak dan benci. Bagaimana tidak ? Seorang cewek itu adalah sahabat satu-satunya ~ Aira Anindi Kinara ~ dan cowok yang duduk berdampingan itu temannya yang membuat Neina terlihat begitu sedih. Neina tidak cemburu. Bahkan tidak sakit hati. Neina hanya tidak suka menunggu. Apalagi duduk sendiri ditemani dengan brownies yang ia bawa.

'Enak saja mereka berdua malah asyik ngobrol, terus aku di sini jadi kambing congek. Aku benci hal ini. Kalau saja dia bukan sahabatku pasti udah aku tinggal dari tadi. Pasti mreka berdua ngomongin masalah cinta. Terus aku ini apa? Aku ngomong sama siapa coba? Apa aku harus ngomong sama angin yang dari tadi menemaniku ?' Neina ngedumel sendiri. sahabatnya tidak memperhatikannya. Bahkan menoleh ke arah Neina saja tidak. Aira tak pernah memikirkan gimana Neina yang sedang sendirian sekarang.

"Hai Nei, lo ngapain di situ ? Sendirian aja. Sambil makan brownies lagi. Nanti gemuk jadi gemuk lo. Haha..." ejek fandy dengan penuh tawa dengan berjalan menuju Neina bersama Aira.

"Apa'an sih loh fan, sok tau banget sih lo jadi oarang. Suka suka gue dong gue makan apa itu terserah gue. Bukan urusan lo."
Neina berkata sangat cuek dan tidak enak didengar

Kata yang diucapkan dengan cuek tadi ungkapan kesendiriannya menunggu Aira dan Fandy. Aira hanya terdiam mendengarnya tanpa merasa kasihan dengan Neina. Neina berharap Aira bisa merasakan kesunyian dalam hatinya. Tapi harapan itu sia sia saja

"Ihh..jutek amat sih lo. Jadi cewek jangan jutek, nanti nggak ada yang suka sama lo Nei." Kata fandy dengan sedikit nasehat yang membuat wajah Neina sangat marah dan ingin meluapkan kemarahannya lewat pukulan tangan.

"Lo bisa diam nggak sih. Untung aja amarah gue masih gue tahan. Jadi kepalan tangan gue ini nggak jadi gue arahin ke muka lo." Neina sangat marah.

"Udah stop. Kalian bertemu malah berantem. Dulu ngapain aja? Seneng seneng dulu. Terus sekarang gitu baru berantemnya." Candaan Aira mampu membuat mereka diam.
Neina dan Fandy dulu pernah sekelas , tapi Fandy pindah sekolah karena dia tidak betah yang setiap harinya selalu mendapat selembar kertas berupa tulisan peringatan dari guru. Meskipun Fandy tak pernah sekelas dengan Aira, buktinya ia bisa mencintai Aira. Tetapi jarak yang memisahkan mereka yaitu beda sekolah. Bisa dibilang mereka itu cinta monyet karena masih SMP dan berumur 14 tahun.

Aira beranjak mendekati Neina yang tadi duduk sekarang berdiri dengan kedatangan mereka seakan Aira mengajaknya untuk pulang karena sudah malam.

"Ai, mau ke mana? Sini aja dulu temenin aku. Katanya kamu mau nemenin aku" Fandy menarik tangan Aira dengan penuh perasaan. Melihat mereka berdua sangat romantis, Neina hanya cuek melihatnya karena mereka nggak merasakan kesunyian dalam hati Neina yang tadi sendirian.

"Mau pulang lah. Ini udah malem. Yuk Nai kita pulang".
Ajak Aira kepada Neina yang sebelumnya melepaskan pegangan tangan fandy

"Ai.."

Love Is Never DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang