Pernyataan Cinta

23 2 3
                                    

Neina's POV

Lagi lagi aku harus menjadi kambing congek antara Fandy dan Aira. Mereka so sweet. Jalan berdua beriringan mengekoriku. Pandangan semua orang tertuju padaku saat aku di Mall. Mungkin mereka kasihan denganku yang harus dijadi'in kambing congek.

"Aww.." suaraku menjerit.

Ada seseorang yang menjambak rambutku. Tarikan tangannya membuatku langsung mengikuti ke mana ia pergi. Langkah kakiku tak bisa berhenti karena tarikan tangannya cukup erat.
Langkah kakiku mulai bergerak agak lambat karena harus melewati anak tangga. Nafasku yang mulai terengah - engah. Ku lirik dia sekilas. Sebaliknya, dia menunjukkan semangat 45. Tangannya masih erat menarikku. Entah apa yang ingin dia lakukan. Aku makin takut. Tapi hatiku memerangi rasa takutku. Hatiku tak bisa menolak tuk mengikutinya. Apa yang terjadi padaku ?

"Lo ngapain bawa gue ke sini ?" Tanyaku.

Dia membawaku ke lantai teratas Mall yang masih tahap pembangunan. Tak ada corak warna di sini. Yang ada hanya lantai yang belum sepenuhnya diberi keramik. Aku bisa melihat dengan jelas pemandangan yang ada di depan mataku. Jalan kota Jakarta yang cukup padat. Langit cerah di sore hari seolah olah memberi kesempatan padanya tuk mengajakku ke sini dan berdua denganku.

Hening. Tak ada jawaban darinya. Dia mengacuhkan pertanyaanku. Dia melangkahkan kakinya agar lebih menjauh dariku tanpa menatapku. Aku bergerak mendekatinya sehingga aku berada di belakangnya.

"Sebenarnya mau lo apa sih ? Kalau lo benci sama gue jangan bunuh gue di sini. Gue belum pengen mati dan..."

Belum sempat aku melanjutkan kata-kata tang terlontarkan dari mulutku, kelima jari tangan kanannya kini membekap mulutku. Dan apa yang terjadi padaku ?

Deg..

Satu langkahnya cukup untuk mendekatiku. Kini jarak kami sangat dekat. Dia masih diam. Sejuta pertanyaan muncul di benakku. Dia mau ngapain ? Apa dia mau membunuhku ? Oh My God aku masih ingin hidup. Masih ingin merasakan jatuh cinta tuk yang pertama. Masih ingin tuk bikin keluargaku bahagia. Dan masih ingin tuk meraih cita - citaku. Titik fokus kehidupanku adalah jalan menuju kesuksesan.

"Dari tadi lo nggak bisa diem. Jadi terpaksa gue bungkam mulut lo." Ucapnya dengan nada lembut.

Suara khas miliknya kini memasuki ruang kecil hatiku yang kini menyebar sampai denyut jantungku ikut bereaksi dengan suaranya.

"Gue nggak bisa bunuh orang yang udah terlanjur masuk ke dalam kehidupan gue dan udah jadi bagian dari hidup gue. Nggak akan pernah bisa. Udah terlanjur dalam banget masuk di hati gue." Ucapnya.

Perlahan dia melepaskan tangannya yang tadi membungkam mulutku. Kalimat yang sulit ku artikan, otakku masih berputar mencerna kalimat yang diucapkannya.

"Ma..ma..maksud lo ?." Tanyaku.

Kenapa hatiku serasa ada yang mengisi ? Penuh dengan kata - kata manis Valdo. Apa ini yang namanya cinta? Ada apa dengan diriku ?

Satu langkah kakinya mundur membuatku lega. Jantungku yang terus berdebar debar sekarang sudah mulai berhenti.

Lima detik kemudian ia mendekatiku lagi. Dengan langkah yang lambat aku mulai melangkahkan kakiku mundur. Dengan sigap tangannya menarik tubuhku sehingga jarakku dengannya kini semakin dekat. Dia menatapku sangat lekat. Tatapan yang sangat sulit ku artikan maknanya. Tatapan yang membuatku diam seribu kata. Mungkin sekarang pipiku sudah merah merona.

"I Love You." Ucapnya berbisik di telingaku yang sukses membuatku salah tingkah.

Suara khasnya kini menggema di telingaku yang kini mulai menyebar di seluruh tubuhku. 3 kata 8 huruf membuatku lemah tak berdaya. Rasa cintanya tlah melemahkanku. Kakiku yang semula kuat tuk menopang tubuh tegakku kini mulai tak kuat lagi. Aku membeku, lidahku kelu tak bisa berkata apa - apa. Jantungku berdegup kencang, darahku yang tadinya mengalir kini telah berhenti.

Love Is Never DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang