Senja menjadi saksi

12 2 2
                                    

Dengan langkah kakiku ku berjalan ke depan rumahku. Terlintas di benakku. Apakah dia bosan menungguku ? Ku melangkah dengan langkah yang malu - malu. Berharap Valdo menghilangkan rasa kesalnya karena menungguku terlalu lama. Semburat cahaya di matanya menampakkan dia tak punya rasa kesal padaku. Sepasang matanya kini menatapku lekat. Ku mulai mendekatinya, jarakku dengannya kira kira dua langkah kakiku. Ku masih terdiam.

Hening. Tidak ada yang memulai percakapan di antara kami. Dia masih menatapku tapi lebih lekat lagi. Melihat penampilanku dari bawah kaki sampai ujung rambutku. Dia seperti polisi yang sedang mencurigai buronannya.

"Gue jelek ya? Ya sorry emang dandanan gue kayak gini." Ucapku.

Dia melamun sambil menatapku. Dia masih menatapku. Entah apa yang dilamunkan. Aku bicara tapi tak dihiraukan. Apa yang ada di pikirannya? Andai saja aku peramal. Mungkin aku bisa membaca pikiran Valdo.

"Hei ada orang ngomong malah diem aja." Kataku seraya tanganku dengan sengaja menepuk pundaknya.

"Ehhh eng...enggak kok. Udah naik. Keburu malem nih."

Motor ninja milik Valdo kini membelah kota yang sangat padat saat sore. Kebanyakan saat sore banyak orang kerja pulang setelah seharian membanting tulang demi keluarga mereka.

Terlihat saat aku menatap spion kaca, dia juga menatapku. Tubuhku kini gemetar di atas motor yang saat ini ku tumpangi. Berharap semoga Valdo tidak melihatku lagi jika tubuhku kini gemetar.

Sekitar dua puluh lima menit kami sampai di taman. Ku tak pernah melihat taman seindah ini. Indah, luas, hijau, menarik. Mungkin itu deskripsi untuk taman yang sedang ku datangi bersama Valdo.

Valdo mengajakku duduk di kursi taman. Aku berdecak kagum setelah melihat pemandangan menarik di sekelilingku. Banyak juga pengunjung taman ini. Memang sosok Valdo bisa bikin otakku menjadi fresh lagi.

"Bagus nggak ? Lo suka nggak gue ajak ke sini ?."tanya Valdo.

"Haa..eh iya suka. Suka banget malah. Thanks ya lo udah baea gue ke tempat ini." Jawabku.

"Di sini ada keajaiban dunia loh. Mau tau nggak ?." Ucap Valdo

"Emang apa ?." Tanyaku penasaran.

Lima detik berikutnya Valdo menutup mataku dengan kedua tangannya. Aku tak tahu apa yang dia lakukan padaku.

"Val, lo nggak macem macem kan sama gue? Sebenarnya lo bawa gue ke mana sih ?." Tanyaku.

"Udah diem. Gue nggak mungkin lah macem macem sama lo. Udah jalan aja, nurut sama gue. Lo pasti suka keajaiban ini."

"Kalau gue kesandung terus jatuh nanti gimana? Kan tangan lo nutupin mata gue. Gimana gue bisa lihat ?."

"Kalau lo jatuh, jatuh aja di hati gue. Gitu aja susah."

Deg

Seperti ada bom yang menghantam jantungku. Mungkin bom kurang keras. Aku tak mengerti. Apa ini ? Kenapa jantungku berdetak kencang ?.

"Udah belum ? Capek nih gue."

"Sekarang gue akan lepasin. Dari hitungan 3 lo baru boleh buka mata lo."

"Hmm."

"1...2...3."

Perlahan tapi pasti, aku membuka mataku. Silauan cahaya jingga kini berada di depan mataku. Aku melihatnya dengan jelas. Memang ini adalah keajaiban dunia.

Love Is Never DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang