Sirius

32 2 1
                                    

"Hidup adalah pilihan, dan pilihanmu harus kau pertanggungjawabkan"

Genap sebulan sudah Putri berkutat dengan hidup barunya. Sesuatu hal yang tak pernah terpikirkan olehnya. Semua berubah, tak lagi sama. Sekolah lamanya menjadi neraka, mereka yang dulu memujanya, kini menginjaknya. Putri yang 'dulu' sang sekretaris OSIS, gadis manis berlesung pipi di kedua pipinya yang selalu mendapat tepuk tangan setelah berhasil tampil memukau dengan permainan piano klasiknya, kini apa? Tak tersisa! Hanya butiran debu yang bersiap untuk tertiup angin kapan saja, dan menghilang.

Sahabat?
Hanya beberapa yang bertahan, sisanya telah menunjukkan sikap aslinya. Binar dan Dewi, mereka berdua yang sampai akhir menemaninya di sekolah ini.

"Put, kamu yakin pindah sekolah?"

Putri masih diam terduduk di bangku biru, depan ruang tunggu kepala sekolah, menunggu giliran masuk karena sedari tadi banyak tamu yang memiliki keperluan di ruangan kepsek di lantai 3 ini. Pertanyaan Dewi di sebelah kirinya terabaikan.

"Put..." sekali lagi Binar mencoba menyadarkan Putri dari keterdiamannya dengan mencolek lengannya dan cukup ampuh hingga kini Putri tampak tak bergeming.

"Eh, iya, kenapa Nar?"

"Hmm, kami nanya daritadi, kamu mah bengong aja Put. Kok mesti pindah sih? Kan masih ada kita berdua."

Sebenarnya Putri juga tidak ingin semua ini terjadi. Semenjak kematian Papanya, keluarganya harus berhemat. Sekolah swasta tempat Putri menimba ilmu ini terbilang memiliki biaya untuk kalangan menengah keatas. Sementara dia masih perlu lebih dari setahun untuk menamatkan sekolahnya disini, mau mencari dimana biaya kedepannya? Sudahlah, Putri juga ingin pergi dari sini, harga dirinya sudah tidak ada lagi disini, semua memandangnya dengan tatapan yang mengasihani. Dia sudah muak melihat teman-temannya yang bermuka dua.

"Kan kalian tahu, aku tuh udah jadi hantu di sini. Gak terlihat, bahkan jadi keset yang diinjak injak. Gak kuat Nar, Wi. Biaya juga, gue ga mau nyusahin ibu tiri gue juga" Terangnya dengan senyum kecut.

"Lo masih punya kita Put, masalah biaya nanti gue tanya bokap gue, biar-"

"Wi, gue tau kalian bakal bantu gue bagaimanapun caranya. Tapi jangan buat gue jadi benalu yang udah cacat tapi nyusahin." Potong Putri cepat saat Dewi mengutarakan keinginan menolongnya.

"Lo sahabat kita bukan benalu Put. Kalo lo ada apa, bilang aja ke kita ya. Gue hargai keputusan lo buat memulai hidup baru di tempat lain. Walaupun kita ga satu sekolahan lagi, lo tetep sahabat gue. Kita masih bisa sering jalan bareng, nginep bareng di luar sekolah kan."

Ucapan Binar membuat diam kedua sahabatnya, mereka tak tahu mesti berkata apa lagi karena Binar yang paling dewasa dan rasional dalam mengambil keputusaan. Takut melukai Putri yang notabenenya masih berduka dengan bersikap egois atas nama persahabatan. Dewi hanya bisa menatap prihatin pada Putri yang kini memandang ke depan dengan tatapan kosongnya. Gadis ceria itu telah pergi, tak ada Putri yang berbicara ceplas ceplos lagi. Tak ada Putri si tukang bossy yang ngalahin Cindy, mantan sahabat mereka. Cindy yang ternyata hanya ingin menjadi eksis, dipandang, dan parahnya hanya ingin dekat dengan Robi. Kakak kelas 12 yang paling cakep, atlit karate SMA Bunga Bangsa, cowok yang dari kelas 11 gencar mendekati Putri. Terutama semenjak ospek, Putri telah menjadi incaran beberapa senior OSIS yang tepe tepe pada murid baru, dan Robi merupakan salah satu anggota OSIS bidang 4 yang menangani mengenai keolahragaan.

"Terus gimana sama Robi, Put?" tanya Dewi begitu Putri mulai terlihat bosan menunggu.

"Gimana? Dari awal kita cuma deket sesama OSIS kok. Nothing special. Kan kal-

"Eh, tuh udah keluar tamunya, yuk giliranmu Put." ujar Binar yang menyadari lebih dulu pintu ruangan kepala sekolah terbuka dan menampilkan beberapa orang tamu yang kini bersalaman dengan kepala sekolah Pak Sanjaya di depan pintu. Dan Putri segera mengetuk pintu segera setelah pintu di tutup, menyisakan Dewi dan Binar yang menunggu Putri di kursi tadi dalam kebisuan. Binar kembali memperingati Dewi untuk tidak bertanya dan mengungkit kenangan di sekolah ini melalui gestur tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Name of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang