Part 3

1.6K 51 3
                                    

1 minggu kemudian

Papa sudah membayar seorang psikiater untuk membuat ben normal. tentu saja ben tidak mau menemui dokter itu, jadi setiap konsultasi aku hanya sendiri. mendengarkan nasehat sang dokter dan berusaha membuat ben normal.

pernikahan kami tidak mendramatis. biasa saja. ben tidak dingin, dia baik. dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. kami jarang bertemu.

seusai dari kantor aku sudah merencanakan untuk pergi ke supermarket. bahan bahan dirumah sudah mulai menipis.

aku melihat jam di handphoneku. ah masih setengah jam lagi aku harus menunggu. aku menggelengkan kepalaku agar rasa lelah ini berkurang.

drrrrt.... drrrrt....

aku melihat hapeku, nomor yg tak dikenal. nomor siapa kah ini? aku mengangkatnya dengan fikiran siapa tau ini telfon penting.

"haloo"

"halo yura ini aku Dimas"

"kak dimas..."

"iya ra, kamu apa kabar? aku lagi di Jakarta nih. bisa ketemuan ga?"

"ah bisa kak, pas banget aku lagi free nih"

"oke, kita ketemua di cafe biasa ya?"

"oke kak"

***

aku melihat sekelilingku, aku melihat ka dimas duduk di meja yang biasa kita duduki. Ah aku jadi mengingat masa indah ku bersama kak dimas. tapi tidak kali ini. pemandangan yang kulihat juga berbeda kali ini. kak dimas tidak sendirian lagi, di bersama dengan wanita, dan kali ini status kami berdua sudah berbeda.

aku berjalan tersenyum, kak dimas dan wanita itu juga melihatku dan tersenyum ramah. mereka berdiri. kak Dimas memelukku.

"Yura, kangen banget sama kamu"

"ah kakak bisa aja"

"ka bian apa kabar?" aku menyapa wanita itu, memeluknya lalu kami bercipika cipiki.

"baik raa"

"tunggu dulu deh..."

"ka bian hamil ya? ihh kok kakak ga kabarin aku sih?"

"ini kita mau kasih tau kamu sayang" ucap ka bian

"kita mau kasih tau ke kamu secara langsung, iyakan bi"

ka bian mengangguk.

"umurnya berapa bulan kak"

"tebak dong"

"6 bulan?"

"salah baru 3 bulan kok"

" serius kak? tapi kok udah gede banget?"

"gatau nih, hahaha"

aku tersenyum menatap pasangan bahagia di depanku.

seharusnya... seharusnya aku yang berdiri disamping kak Dimas.

penyesalan memang selalu ada di akhir. jika mengingat masa lalu banyak hal yang kusesali. Kak Bian adalah sosok wanita manis yang tinggal bersamaku. kami sangat dekat. saat kak Dimas pergi ke luar negeri, Ka bian juga sudah berada di luar negeri. ka bian mendapat beasiswa ke negeri kincir angin, begitu juga dengan Kak Dimas. satu tahun setelah kak Bian bersekolah di sana Ka dimas juga mendapat beasiswa.

Sampai saat ini aku gatau sejak kapan kak dimas dan kak Bian selingkuh. entah bagaimana. yang kutahu setelah mereka pulang dari Belanda. mereka memakai cincin yang sama. aku menyadari itu. lalu mereka juga langsung menceritakan hubungan mereka. Kak bian nangis saat mengatakan kejujuran yang menyakitkan itu. Kak Dimas laki-laki yang kucintai tidak berani menatapku. dia selalu mengatakan maaf. hatiku saat itu terasa hancur. aku berusaha memaafkan mereka. sampai detik ini. aku berusaha memaafkan kalian.

CranniedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang