Part 5

1.6K 48 7
                                    

Sarapan sudah siap, aku mau mandi sebelum memakan sarapan ku. Melihat ben masih berbaring di kasur mengingatkan ku dengan kebiasannya yang selalu sarapan sebelum mandi.

Sesudah mandi dan berpakain rapih aku melihat ben yang sedang asik mengucek matanya menuju wastafel dapur kami. Dia mencuci muka dan tangannya.

Aku berjalan dan langsung duduk di meja makan sambil melihat ben, sepertinya ben belum menyadari kehadiranku di sini atau dia masih tidak ingin berbicara denganku? Dan benar saja Ben benar benar menyuekan aku. dia duduk persis didepanku tanpa sepatah kata pun.

Ah entahlah memikikan itu membuat aku pusing, lebih baik aku makan saja. suapan pertama nasi goreng pataya yang aku buat dapat merubah sedikit moodku. ini enak sekali. bukannya aku memuji makanan ku tapi ini benar benar enak. Rempah rempah yang terasa dan balutan telur tipis ini memberi taste yang sempurna. Sudah siap dengan suapan kedua tapi aku merasa aneh dengan orang yang dihadapanku . aku meliriknya. dan yang aku dapat adalah tatapan sinis darinya. sepertinya dari awal dia duduk dia sudah menatapku sini tanpa menyentuh nasi gorengnya sama sekali.

"Sejak kapan kamu bekerja di sana?" Ben bertanya dengan nada sinisnya.

"Sebelum nikah sama kamu aku udah bekerja disana" jawabku dengan nada biasa yang sangat kuusahakan. Jujur saja rasanya aku sebal sekali dengan laki-laki di depanku ini.

"Dan kamu ga ngasih tau aku?"

"kamu kan ga nanya"

"Kamu boleh kerja, tapi bukan kerja di kantor papah dengan status rendah seperti sekarang. Aku bisa ngasih kamu kerjaan yang lebih baik, bahkan aku bisa ngasih company kecil ke kamu. Bukan kayak sekarang ini! pegawai rendahan! gimana kalau klienku tau?! gimana kalau karyawaan yang lain tau?! CEO perusahaannya punya istri yang bekerja sebagai staff rendahan? apa yang bakal mereka pikirin tentang ini?"

apa... pegawai rendahan... aku menarik nafasku dalam dalam menahan rasa sakit yang aku rasain setiap ngedenger apa yang Ben ucapin.

"Bener kata mami perempuan rendah seperti kamu, ga pernah memikirkan tentang konsekuensi dalam kehidupannya!"

APA DIA BILANG?!?!
perempuan rendah? seperti aku? astaga aku mengepalkan tanganku dengan kuat! sabar ra sabar. Ben berdiri dari meja makannya langsung pergi menuju kamar. Dan tentu saja aku meneteskan air mataku saat ben pergi.

Aku ga habis pikir dengan perkataan ben tadi. Apa aku salah? apa aku salah bekerja hanya sebagai karyawan di perusahaannya?

Ya Tuhan...

apa aku bakal bisa bertahan dalam rumah tangga ini? rasanya sekarang ini aku ingin menyerah. Menyerah degan rumah tangga ini.

***

"RA!" teriakan wilma membangunkan ku dari lamunan.

"Apasih wil? teriak teriak gitu, kupingku masih normal tau"

"Abisan kamu, aku daritadi ngomong didiemin! kamu kenapa sih ra lagi ada masalah ya?"

"Ga kok wil, tadi kamu ngomong apa?"

"aku lagi bm banget nih, lagi ingin makan sushi, udon, rujak sama ice cream yogurt"

"astaga bm kamu banyak banget sih kayak orang hamil!"

"apasih wil, emang kamu kira orang hamil aja yang bisa bm"

"ih kok kamu jadi sensian sih"

"Wil aku serius, kalau kamu gamau aku sendiri aja deh"

"Yaampun ra, iya iya aku bakal nemenin kamu kemanaa pun"

"yaudah ayok"

Aku beranjak dari kursi kerjaku dan mulai berjalan bersama wilma, tanpa kusadari sepertinya aku akan pms karena belakangan ini aku cepat sekali marah. Atau ini efek ben tadi pagi? entahlah.

CranniedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang