"Zara Natasha!!!" panggil Ina dengan suaranya yg melengking dari balik meja kasir, seorang wanita yg belum terlalu tua berusia sekitar 30-an yg berstatus janda dan juga pemilik toko buku tempat Zara bekerja, seorang wanita yg sangat tegas dan cerewet namun sangat baik karena mau mempekerjakan Zara ditoko buku miliknya padahal waktu itu Zara masih sekolah.
"Iya mom, sebentar," sahut Zara yg saat itu tengah membereskan buku buku, ia memanggil Ina dengan sebutan mommy.
"Kemarilah cepat, Ra!" panggil Ina lagi.
Karena tidak mau membuat Ina marah, Zara pun meletakkan buku buku yg belum disusunnya diatas meja lalu berjalan menuju meja kasir dimana Ina berada.
"Ada apa mom?" tanya Zara saat sudah berada didepan Ina.
"Tolong jaga kasir sebentar, aku mau bertemu dengan seseorang dulu diluar, dia sudah menungguku. Oke sweetheart?" Ina mengedipkan matanya sebelah dengan genitnya kepada Zara.
"Oke mom," jawab Zara sambil menggeleng gelengkan kepalanya karena ia sudah tau Ina akan menemui siapa, sudah pasti seorang pria yg bisa dikatakan punya hubungan khusus dengan Ina tapi tidak berlangsung lama karena sejak menjadi janda Ina suka sekali bergonta ganti pasangan.
Zara pun sudah berdiri dibelakang meja kasir menggantikan posisi Ina. Toko belum terlalu ramai, karena baru saja buka. Hanya ada beberapa orang pengunjung saja. Sebenarnya bukan hanya Zara yg menjadi karyawan toko ini, tetapi ada dua orang lagi, Salsa dan Liam, dan hanya dua orang tersebutlah teman dekat Zara. Mereka sedang menyusun buku buku juga seperti yg dilakukan Zara tadi, tapi karena Zara yg paling lama bekerja dengan Ina sehingga Ina lebih percaya kepada Zara. Toko buku milik Ina ini tidak terlalu besar makanya ia hanya memperkerjakan tiga orang saja dan ia sendiri yg menjadi kasirnya.
Sembari menunggu orang yg ingin membayar bukunya, Zara membaca novel yg berada dimeja kasir.
"Nona, aku ingin bayar," suara seseorang membuat Zara menghentikan aktivitas membacanya.
"Iya seben...tar," Zara menjadi gugup karena yg dihadapannya ini adalah seorang laki laki yg menjadi pujaan para perempuan dikampusnya sekaligus seniornya, Harold Edward Styles atau biasa dipanggil Harry.
Walaupun Zara mengenal Harry, tapi Harry sama sekali tidak mengenal Zara. Apalagi Zara bukanlah termasuk golongan kelas atas seperti Harry, jadi jangan harap Harry akan mengenalnya. Dan Zara tidak mau berurusan dengan Jessica karena sudah mendekati Harry, walaupun tidak jelas apakah Harry dan Jessica berpacaran atau tidak karena Harry terkenal suka bergonta ganti pasangan dalam waktu yg singkat tetapi sepertinya Jessica sangat terobsesi dengan Harry. Tentu saja bukan hanya Jessica saja yg terobsesi dengan si tampan Harry, tetapi hampir seluruh perempuan yg ada dikampus mendambakannya bahkan mereka rela menyerahkan tubuh mereka asal bisa dekat dengan Harry. Dan ya seperti kutukan rasanya Zara bisa bertemu lagi dengan Jessica saat sudah kuliah, padahal Zara sudah sangat bersyukur saat tamat sekolah bisa bebas dari nerakanya Jessica. Terkadang rasanya Zara ingin berhenti saja dari kuliahnya saat Jessica sudah beraksi, tapi Zara sadar kalau ia tidak bisa menyerah begitu saja hanya karena Jessica, apalagi ia sudah memasuki semester kelima sekarang.
"Hello Nona, aku ingin membayar," Harry menjetikkan jarinya didepan Zara.
Zara tersadar dari lamunannya dan masih gugup, bisa bisanya ia melamun didepan Harry. "Eh iya Tuan, sebentar," jawabnya dan matanya terbelalak saat melihat buku yg dibeli Harry, ia memberanikan diri melirik Harry yg ternyata sedang melihatnya.
"Kenapa Nona? Ada yg salah dengan bukunya?" tanya Harry dengan senyuman mautnya, ia membenarkan rambut keritingnya tapi itu membuat ketampanannya bertambah.
"Eh eng...tidak," jawab Zara dengan terbata sembari membenarkan posisi kacamata yg bertengger dihidung mancungnya, dengan cepat ia memencet tombol tombol mesin kasir dengan tangan yg bergetar.
Yg membuat Zara terkejut adalah Harry membeli buku humor berisikan seks, karena ini adalah untuk pertama kalinya ada orang yg membeli buku seperti itu saat ia yg menjadi kasir. Memang Zara tau jika Harry juga terkenal dengan laki laki berotak mesum, genit dan juga suka dengan perempuan seksi, makanya terkadang para perempuan mau saja dengan sukarela menyerahkan dirinya kepada Harry. Ekspresi terkejut Zara tadi membuat Harry menahan senyumnya.
"5,3$ Tuan," ucap Zara yg masih gugup, ia menyerahkan buku yg sudah dibeli Harry setelah memasukkannya kekantong plastik.
Harry pun mengeluarkan sejumlah uang dan meletakkan diatas meja. "Oke terimakasih, ambil saja kembaliannya," ia mengambil buku yg diserahkan Zara. "Oh iya, ada yg ketinggalan," ujarnya lagi, lalu ia tibatiba mencodongkan tubuhnya kearah Zara namun bagaikan tersihir dengan ketampanannya Zara tidak bergerak sama sekali, ia berbisik ditelinga Zara dengan suara menggodanya membuat darah Zara berdesir. "Lain kali kalau kau sedang menjaga toko seperti ini kenakanlah bajumu dengan baik jangan sengaja membuka kancingnya seperti itu, beruntunglah kau aku dalam keadaan sadar. Kalau tidak sudah kugauli kau disini."
Setelah mengatakan itu, Harry melihat kearah bawah tepatnya kearah dada Zara yg memang dua kancing atas kemejanya terbuka sehingga memperlihatkan sedikit bra berwarna hitam yg dikenakannya. Dengan polosnya Zara mengikuti pandangan mata Harry, namun ia belum tersadar juga.
"Atau kau mau aku yg mengancingkannya hem?" Harry berkata lagi sambil menjauhkan tubuhnya dari Zara.
Spontan Zara menutupi dadanya setelah Harry berkata seperti itu, ia sangat malu sekarang. Harry pun pergi keluar dari toko dengan kekehannya. Untungnya hanya ada dirinya dan Harry yg berada dimeja kasir, jika ada orang lain pasti Zara sudah tidak tau lagi harus bagaimana menanggung malunya. Dengan gemetaran ia mengancingkan kemejanya.
"Bodoh sekali sih kau, Ra," Prilly merutuki dirinya sendiri dan memukul pelan dahinya.
Tidak lama kemudian, Ina kembali dengan wajah berseri, namun ia bingung melihat wajah Zara yg aneh.
"Kau kenapa?"
Zara mengangkat kepala. "Tidak apaapa mom, kalau begitu aku kembali bekerja dulu ya karena setengah jam lagi aku harus kekampus."
"Oh oke," jawab Ina yg masih bingung dengan Zara.
Dengan menunduk Zara berjalan melewati Ina dan menuju tempatnya menyusun buku tadi.
"Zara, awas menabrak!" suara Salsa yg berteriak membuat Zara menghentikan langkahnya dan melihat rak buku didepannya.
Zara menghela nafasnya lega, jika temannya itu tidak memberitahunya mungkin ia akan terus berjalan menunduk dan menabrak rak buku besar didepannya. Salsa pun menghampirinya.
"Kau ini selalu saja begitu Ra, kalau sedang jalan itu kepalamu jangan menunduk saja," omel Salsa.
"Mau bagaimana lagi Sa, sudah menjadi kebiasaanku," ujar Zara dengan lesu, ia berjalan mengambil buku buku yg tadi diletakkannya lalu mulai melanjutkan pekerjaannya dengan pikiran yg terganggu oleh kejadian memalukan beberapa menit yg lalu dimeja kasir.
Salsa mengikuti Zara dan memperhatikan wajah Zara yg terlihat beda. "Kau kenapa Ra? Sepertinya ada yg berbeda darimu pagi ini."
Karena mendengar pertanyaan Salsa, Zara pun mencoba memperbaiki ekspresi wajahnya yg tadi mungkin terlihat menyedihkan dan ia tidak mau Salsa mengetahui kejadian memalukan yg dialaminya. "Aku tidak apaapa Sa, aku hanya sedikit malas saja karena mengingat aku hari ini harus kekampus."
Dan kebohongan Zara itu dapat dipercayai oleh Salsa, karena Salsa tidak menuntut jawaban apaapa lagi dari Zara.
'Maafkan aku Sa sudah membohongimu tapi aku juga tidak mungkin menceritakan kejadian tadi, itu sama saja membuka aib diriku sendiri,' batin Zara melihat kearah Salsa yg sudah berlalu dari hadapannya.
-----------------------------------------------
Jangan lupa votenya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
PEOPLE CHANGED // H.S
RandomMenjadi culun, lugu dan kurang pergaulan sangatlah tidak berdampak baik bagi kehidupan seorang Zara Natasha, tapi mau bagaimana lagi sudah dari kecil ia memiliki sifat itu. Bahkan sampai ia sudah kuliah. Namun ternyata pada akhirnya Zara mengalami k...