(Sudut Pandang Luisa)
"Luisa, aku harus meninggalkanmu. Sekarang"
Kalimat terakhir yang diucapkan Greg selalu saja terngiang dipikiranku akhir-akhir ini. Kepergian Greg memang merupakan cobaan terberat bagi diriku. Terlebih lagi aku harus menahan kelaparan setiap harinya dan tidak ada seorang pun yang berbelas kasih kepadaku. Dulu ada Greg, menahan lapar asalkan bersamanya pun tidak masalah. Dia merupakan sosok kakak yang sangat bertanggung jawab. Kepergiannya kali ini aku harap dapat merubah nasib kami. Sungguh, kami tidak ingin selamanya jadi pemulung. Setidaknya kami ingin menunjukkan kepada orangtua kami di surga, bahwa kami mampu bertahan di dunia ini.
Delapan jam sudah aku mengelilingi setiap rumah dan memeriksa isi tong sampah untuk mencari sesuatu untuk makanku hari ini. Hasilnya aku mendapatkan sebuah kentang dan apel yang masih layak makan. Akupun kembali ke gubuk dan melahapnya dengan rasa syukur.
"Greg, semoga kamu disana sudah makan"
Aku hanya bisa berdoa untuk Greg setiap harinya. Dia berjanji akan kembali ketika sudah menemukan titik terang bagi kehidupan kami. Dan aku harap Greg segera kembali. Dia sudah pergi selama dua bulan lamanya. Dan aku akui, aku kesepian disini.(***)
(Sudut Pandang Greg)
"Apakah kau sudah menyiapkan stok roti untuk hari ini Greg ?"
Pertanyaan itu tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Dengan sigap aku segera menyiapkan stok roti agar chef Hammish dapat segera menyajikannya di toko untuk dijual. Yap, kini aku bekerja serabutan di sebuah toko roti di pinggiran kota Dublin. Kebaikan hati chef Hammish yang menemukanku dijalan dan melihat ketekadan hatiku untuk bekerja akhirnya bisa membuahkan hasil setidaknya untuk merubah nasibku dan Luisa. Sudah dua bulan aku bekerja disini dan belum ada kembali untuk menemui Luisa. Chef Hammish memberikan libur seminggu apabila masa kerjaku sudah melewati 3 bulan. Sungguh aku sangat merindukan Luisa. Aku ingin membawanya ke Dublin setelah libur nanti untuk tinggal bersamaku. Walaupun hanya rumah kecil dibelakang halaman toko roti, setidaknya tempat tinggal itu lebih layak dibandingkan gubuk kami didesa, dan kabar baiknya, aku bekerja di toko roti, maka kami tidak akan pernah kelaparan lagi karena chef Hammish memberikanku keleluasaan untuk makan roti dalam porsi wajar setiap harinya. Luisa, akhirnya nasib kita berubah, aku harap kamu bisa lebih bersabar sedikit lagi disana untuk menungguku.
(***)
"Nanny, aku ingin roti kismis !!!!"
Teriakkan itu sangat memekakkan telinga hingga terdengar ke dapur. Aku sangat hapal, teriakan itu berasal dari seorang anak perempuan seumuran Luisa yang sangat manja, mungkin dia merupakan anak orang kaya. Dia selalu berteriak di toko kami apabila keinginannya tidak terpenuhi. Hari ini kami memang sedang tidak membuat roti kismis karena stok kismis dikota sedang kosong. Namun anak orang kaya tersebut tetap memaksa pelayannya agar menyediakan roti kismis untuknya.
"Mohon tenang nona Stacy, mari kita cari ditoko lainnya saja" ujar pelayannya menenangkan. Mereka pun langsung bergegas pergi keluar toko dengan perasaan kecewa. Tak lama kemudian Chef Hammish langsung mendatangiku dengan muka memerah,"Bisakah kau keluar dan mencarikan untukku kismis, Greg ?"
(***)
YOU ARE READING
Bleeding Bread
General FictionGreg, seorang remaja yatim piatu yang berjuang menghidupi adiknya, Luisa tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah realita pahit yang membuat tangan sucinya harus berlumuran darah