{2} Diary

1.6K 141 19
                                    

Aku ingin bertemu dengan kau lagi, dengan dirimu. Gadis yang selalu menarik perhatianku. Dan kali ini, aku memilih untuk datang lebih cepat dari jam biasanya. Lagi-lagi aku tidak memedulikan teriakan Chaz yang menanyakan kepergianku yang terlalu terburu-buru.

Aku datang dengan napas yang menderu keras dan dada yang terasa sedikit sesak karena aku berlari dengan laju yang kencang. Setelah sampai di taman belakang sekolah, aku segera berderap menghampiri semak-semak yang akhir-akhir ini menjadi tempat yang sering kusinggahi. Tempat yang tepat dan cukup nyaman untuk memperhatikan kau. Kau yang kusukai.

Kuseka sedikit keringat yang menitik di sekitar dahiku. Nyatanya, musim gugur tidak terlalu buruk dari pada musim dingin karena kini aku sedikit berkeringat. Aku mengarahkan pandanganku tepat ke pohon maple tua yang masih tegak berdiri. Kau belum datang. Tempat itu masih terlihat lengang tanpa kehadiranmu. Hanya daun jingga kekuningan yang bertaburan mengotori tempat itu. Kau terlambat. Tapi aku tetap menunggu dengan iris mataku yang tetap mengarah ke pohon maple tua. Memerhatikan dengan kepekaan.

Sampai akhirnya kau datang. Gadis bertudung merah. Kau datang sembari berlari dengan terburu-buru. Sama sepertiku sebelum datang ke taman ini. Rambut pirangmu bergoyang-goyang. Mataku mulai berbinar melihat kehadiranmu. Memerhatikan dengan cekatan ketika kau menendang kecil dedaunan jingga yang berguguran. Aku menemukan kejanggalan ketika sekotak bekal yang ada di genggamanmu, kau melemparnya dengan sembarangan. Lalu tiba-tiba kau membungkuk dengan kepala yang bergerak-gerak. Seperti mencari-cari sesuatu.

Di sini aku terkejut melihatmu yang kini tampak terlihat panik. Dahimu berkerut, matamu yang memiliki iris cokelat yang indah kini terbuka lebih lebar. Kau seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Sesuatu yang sepertinya sangat berharga bagimu. Dapatkah aku tahu, apa itu?

Namun aku enggan menghampirimu dan bertanya mengenai keadaanmu yang tengah merasa kehilangan. Aku merasa..belum siap. Aku hanya ingin memerhatikan dari jauh sini. Di balik semak-semak ini. Memerhatikan perangaimu yang manis.

Sampai akhirnya aku merasa bodoh dan menyesal saat melihatmu mengerang kecil lalu menitikkan air mata. Kau merosotkan tubuhmu ke balik pohon maple. Bersandar dengan sendu lalu memejamkan mata kuat-kuat seraya terisak. Astaga, kau benar-benar menangis. Bahkan kau melupakan kotak bekalmu yang tergeletak menyedihkan di atas rerumputan. Aku yakin kau tidak akan memakannya, dan sejujurnya aku mengkhawatirkan hal itu. Kau akan sakit dan lapar jika tidak memakan bekalmu.

Sebenarnya, kau kehilangan apa? Apakah itu sesuatu yang penting? Apa mungkin, kau kehilangan uang? Aku bersedia mengganti uangmu yang hilang asalkan kau tidak menangis. Kini aku bisa melihat wajahmu yang memerah. Kau tampak benar-benar sedih dan hatiku sesak karenanya.



Sampai akhirnya, aku tersadar. Kau tidak membawa diarymu. Apa benda itu yang hilang, gadisku?

Horn [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang