{5} Curahan

1K 117 2
                                    

Semenjak kejadian itu, aku tidak pernah berhenti memikirkanmu, gadisku. Aku tidak melihatmu dengan pandangan yang berbeda. Semua masih sama. Kau selalu istimewa di hatiku. Dengan kau yang bertanduk, semua bukan masalah. Menurutku kau masih tetap sama. Ada atau tidaknya tanduk itu, kau tetap sesosok hawa yang cantik rupawan. Aku tahu kau sesosok manusia. Dan aku tetap menyukaimu.

Tapi aku benci ketika tanduk itu menyakitimu.

Jadi, di sinilah aku sekarang. Memastikanmu baik-baik saja. Menunggumu di balik semak-semak. Dan berniat untuk menemuimu hari ini. Tepat pada jam istirahat. Aku melewatkan jam makan siangku hanya untukmu. Kau, gadisku. Tanpa peduli akan ocehan protes Chaz, Ryan dan teman-temanku yang lain. Mereka mulai menyadari aku yang berubah, aku yang berbeda. Mereka mulai menyadarinya seiring dengan dirimu yang selalu terpatri di otakku. Kau yang cantik, siluetmu yang bertanduk. Semua terlihat begitu indah.

Kau datang, kembali menghentak kaki ke atas dedaunan jingga kekuningan yang bertaburan. Kemudian kau terduduk lunglai dengan bersandar pada pohon maple tua. Dan kau kembali menangis. Tanpa ada sekotak bekal, diary. Kau lagi-lagi tidak membawa itu semua dan memulai perangai manismu seperti biasanya.

Apalagi yang terjadi padamu, gadisku? Air matamu terlalu berharga. Lagi-lagi kau terisak, menyakitiku yang bersembunyi di sini. Bahumu tersentak, tubuhmu gemetar dan kau kian terisak. Saat aku baru mengetahui kau yang bertanduk, aku tahu itu bukan saat yang tepat untuk melakukannya. Dan kini, aku akan kembali mencobanya. Ini saatnya.

Dengan cepat aku bangkit dari tempat persembunyianku seraya membersihkan debu di sekitar celanaku. Lalu aku mengangkat wajah untuk memastikanmu yang berada di bawah naungan pohon maple. Kau masih terisak. Aku sudah siap melangkah melewati semak-semak. Berniat untuk memulai. Menelusurimu lebih dalam, mengenalmu lebih jauh. Aku berniat membuka diriku untukmu. Bersedia untuk menjadi penopangmu.

Dan aku mendecak ketika aku merasa terlambat. Ada seseorang datang. Dia berderap dengan gelisah menghampirimu. Mendekatimu yang kini menunduk di kedua lututnu yang tertutup rapat. Aku terpaku di tempat, namun sejurus kemudian aku merasa lega ketika tahu bahwa yang menghampirimu adalah seorang gadis.

Namun aku kembali tersentak ketika aku menyadari bahwa gadis itu adalah Cailsey. Cailsey, mantan kekasihku. Cinta pertamaku yang sudah kulupakan karena kehadiranmu. Kau berjengit ketika ia mulai mengelus pundakmu dengan iba seraya bertanya soal apa yang terjadi padamu. Perlahan, kau mengangkat wajahmu yang terbenam. Aku sempat merasa sesak ketika melihat wajah cantikmu yang tampak lembab. Kau menoleh pada Cailsey lantas mulai membuka mulut. Mengeluarkan suara, menautkan kata demi kata menjadi satu kalimat. Satu kalimat yang saling menyatu menjadi sebuah cerita.

Ini pertama kalinya bagiku mendengarmu berbicara. Dan suaramu..benar-benar terdengar indah. Halus dan lembut sesuai dengan wajah cantikmu. Tutur kata yang kau gunakan begitu teratur. Kau berbahasa dengan baik. Bercerita dengan lembut pada Cailsey yang setia mendengarkanmu. Untunglah, Cailsey gadis yang baik.

Dan kini aku tahu. Hidupmu, kau bercerita sedikit pada Cailsey bahwa kau kesepian. Lalu kau menceritakan soal Sean dan gerombolannya yang selalu menggangumu akibat tudung yang kau kenakan. Aku terpaku, rasanya aku begitu bodoh begitu menyadari semua hal tolol yang kuperbuat. Aku merasa terlambat.

Aku terlalu bodoh menyimpulkan semuanya sendiri. Begitu egoisnya aku. Menyimpulkan dirimu yang tidak mau didekati padahal kau kesepian. Merasa waktu yang kuambil untuk mendekatimu belumlah tepat padahal aku mengulurnya. Seharusnya aku menyadari dari awal, kau butuh perlindungan. Dan kini aku merasa marah pada diriku sendiri dan juga Cailsey.

Kau memeluknya, begitu erat. Mulut manismu tak henti-hentinya menggumamkan kata terima kasih. Aku semakin merasa sesak ketika Cailsey membalas pelukanmu dengan sama eratnya. Merengkuh tubuh indahmu dengan lembut seraya mengusap helaian rambutmu yang terjuntai indah di punggung.



Seharusnya aku yang memelukmu. Aku, gadisku.

Horn [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang