03

447 34 2
                                    

Abigail tengah membelakanginya ketika dia berjalan memasuki dapur. Dia tengah memotong beberapa buah untuk di buat smoothies super sehat yang selalu dia buat untuk sarapan. Rambut wanita itu diikat, beberapa helai rambut gelap jatuh ke dahinya. Dia tengah mengenakan kardingan berwarna coklat terang dan celana hitam, diikitu dengan sepasang sepatu berhak hitam yang tampak mematikan. Dia adalah seorang wanita pembisnis hingga ke tulang. Dan dia benar-benar tampak berbeda dengan gadis yang tengah duduk di meja dapur, tepat di sebelahnya.

Adelaide tengah mengangkat semangkuk cereal ke mulutnya, dengan lahap meneguk isinya. Kakinya yang panjang tengah diangkat dan disilangkan di bawah kaus hitamnya yang longgar dan rambut pirangnya mengalir menuruni punggungnya seperti cairan emas. Dia terlihat sangat muda. Layaknya seorang anak, seperti halnya dia yang memang hanya seorang remaja.

Tampang polosnya hanya bertahan cukup bagus dalam tiga detik.

Ketika dia menurunkan mangkuk dari mulutnya dan menyeka susu yang ada di bibir bawahnya, dia mendongkak dan melihat Harry yang tengah berdiri tepat di pintu masuk.

"Lihat, dia hidup." Gadis itu menyeringai, dan Abigail segera menoleh.

"Ahh, kau sudah bangun. Aku tidak ingin membangunkanmu, kau terlihat begitu tenang dalam tidurmu." Ucap Abigail dan tersenyum. Dia tahu bahwa dia baru saja berbohong; wanita itu tidak membangunkannya karena dia ingin agar dia tetap tertidur selagi mereka keluar dari rumah, cukup baik bagi Abigail untuk mencoba menutupinya. "Kupikir kau belum bertemu dengan putriku, Adelaide." Wanita itu memberikan isyarat kepada gadis disebelahnya, dan tersenyum. Oh ya, mereka sudah bertemu, tapi dia berharap kepada tuhan bahwa Adelaide tidak akan mengungkitnya.

"Tidak, kami belum bertemu." Ucapnya. Dia memutuskan untuk tidak membiarkan Adelaide yang memutuskan apakah harus memberitahu ibunya apa mereka sudah bertemu atau belum. Dia bisa merasakan, bukannya melihat, bahwa gadis itu tengah mengangkat alisnya. Kenapa dia tidak ingin agar ibunya tahu bahwa mereka sudah bertemu semalam? Dipikir-pikir, dia tahu mengapa. Jika ibunya mengetahui bahwa dia telah bertemu dengan pemuda itu di tengah malam, hanya dengan boxer, ibunya pasti akan menjadi curiga.

Adelaide berdiri dari kursi yang sedang dia duduki, mohon izin pergi untuk segera bersiap-siap dan berpakaian. Selama empat detik, semuanya tampak normal, tapi ketika gadis itu sampai di pintu masuk dimana Harry tengah berdiri, gadis itu malah berhenti. Harry bersumpah bahwa dia bisa merasakan bahwa dunia berhenti berputar selagi dia menatap ke dalam mata birunya, mata biru. Gadis itu pastinya bukan dari dunia ini, dia pastinya adalah jenis dari dunia lain. Di tempat dimana huldra ('gadis hutan' dari mitologi di Skandinavia) dan putri duyung mencoba untuk memikat para lelaki menuju ke kematian mereka, dan sekarang Harry yakin bahwa dia tidak akan keberatan jika hal tersebut memang benar.

Momen itu tidak berlangsung lebih lama dari tiga detik, tapi bagian dari mereka tetap berada di sana, menatap satu sama lain, selamanya.

Gadis itu menyelinap melewatinya, tangan kecilnya mengusap ringan perut pemuda itu, layaknya udara hangat musim panas kala musim dingin di wonderland, yaitu hidupnya. Dan seketika gadis itu telah lenyap, di lantai atas di balik pintu kamar yang tertutup. Menghilang dari jangkaun penglihatan, tapi tidak di pikirannya.

"Akhirnya." Abigail mendesah. "Gadis itu mengambil terlalu banyak tempat, rasanya aku tidak bisa bernafas dengan bebas ketika dia berada disini". Ucapan wanita itu membuatnya merasa syok, bagaimana mungkin dia mengatakan hal tersebut tentang putrinya sendiri, bukannya wanita itu semestinya mencintai putrinya lebih dari hidupnya sendiri?

Dia mengerutkan alisnya dan menatap wanita itu dengan pandangan aneh.

"Oh, jangan menatapku seperti itu. Aku mencintainya, tapi terkadang dia bisa membuatku merasa kesal dengan tingkahnya." Wanita itu tertawa dan bersandar pada konter dapur. "Jangan katakan kepadanya apa yang sudah kukatakan."

Satu hal yang Harry tidak pernah mengerti tentang wanita ini adalah, keinginannya untuk tampak seperti ratu tanpa perasaan layaknya batu yang sedingin es.

"Kemari" Wanita itu membuka lengannya dan dia pun berjalan kearahnya, merasakan ketika tangan wanita itu mengusap punggungnya selagi mereka berpelukan. Ada sesuatu yang dia rasa spesial ketika memeluk Abigail. Rasanya seakan-akan wanita itu keras dan lembut secara bersamaan, seolah-olah ada sesuatu di dalam diri wanita itu yang dia coba dengan baik untuk ia lindungi. Itulah mengapa dia menyukai ketika dia memeluknya, itulah saat ketika dia dapat melihat secercah kelembutan di dalam diri wanita itu. Bagian yang mungkin dulu adalah dirinya sepenuhnya. Bagian itulah yang dulu membuat wanita itu sempat mempercayai seorang lelaki untuk mengambil keperawanannya ketika dia hanya berusia 13 tahun. Dan bagian itu menghilang perlahan-lahan ketika dia harus membesarkan seorang anak sembilan bulan kemudian.

Harry sudah tahu cerita itu. Dia tahu bahwa wanita dihadapannya saat ini sangatlah kuat. Dia tahu mengapa dia tampak seperti sekarang ini. Dan itulah mengapa dia memutuskan untuk tetap tinggal bersamanya.

Bibir wanita itu terasa lembut dan kokoh, bergerak dengan pola yang familiar dengannya. Menciumnya sudah seperti rutinitas, seperti halnya menggantung jaket di tempat gantungan yang sama setiap saat, dia menyukainya. Karena menggantung jaket merupakan hal yang kau lakukan ketika sampai di rumah, menciumnya terasa seperti pulang ke rumah.

Apakah dia mencintai wanita ini? Ya.

Atau paling tidak itulah yang dia harapkan.

++++++++++++++++++++++++

A/N : Tell me what do you think :)

gimana menurut kalian soal hubungan harry dan abigail?

Daddy issues || h.s (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang