6: dreaming.

20 3 0
                                    

The best dreams happen when you're awake.

---------

Sekarang aku duduk bersebrangan dengannya, siapa lagi kalo bukan Evan. Sedikit lagi seharusnya akulah yang duduk samping Evan. Ilenee jangan banyak berharap.

Aku melirik sedikit kearah kiriku, aku melihat dia sedang memainkan ponselny.

"Elah merhatiin dia mulu, ga cape?." Tanya Felicia.

"Kapan deket sama dia?." Sambungnya.

"Si Karren udah tau?." Tanyanya lagi, aku sama sekali belum menjawab pertanyaan-pertanyaan darinya yang sebelumnya.

"Sudah tau." Jawabku.

"Ohh, oh ya tadi gua liat si Karren ketawa-ketawa sama Evan mereka it-."

"Mereka hanya temen Felicia, lo jangan manas-manasin gua napa?." Potongku dengan kesal.

Felicia memang suka begitu, selalu bikin telinga kita menjadi panas jika dia berbicara.

"Hm... baiklah, sepertinya gua mau nanya jawaban ke Karren bentar deh." Dasar alibinya.

----------

Aku berjalan ke arah tempat dudukku, baru saja membuang sampah di depan mejaku sudah ada sampah lagi.

"Fel." Ucapku.

"Apaan? Tolong elah buangin." Jawabnya.

"Gak, lo sana." Jawabku singkat.

"Tinggal buang aja napa sih?!. Ga banget deh." Bentakknya. Ni anak aih.

"Kan ini sampah lo, aih, lo yang ga banget." Jawabku dan menggambil sampah dengan kasar.

Aku membuang sampah Felicia tadi. Dasar tuh anak, sukanya-makan-banyak-kalo-udah-selesai sampahnya-pasti-diletakkan-dimejaku.

Saataku kembali ke tempat dudukku aku melihat kearah Evan yang sedang sibuk dengan ponselnya dan tiba-tiba ada laki-laki dan perempuan yang berlari-lari kearahku.

Serontak aku tertabrak oleh dua orang itu. Dan aku melihat kearah botol minum Evan yang jatuh, aku dengan refleks membantu menggambilkan botol minumnya. Botol minumnya tumpah sehingga airnya tumpah kearah tas Evan.

"Woi!! Sialan tas gua basah! Elah!." Marahnya.

"Elah Van alay banget lo tas basah aja mau marah-marah." Ejek Karren yang sambil terkekeh.

Aku mengembalikan botol minumnya ketempat duduknya. Dan Karren melihat kearahku.

"Liat noh baikkan temen gua ke lu?." Tanya Karren. Karren membuatku menjadi keringet dingin.

"Len lo bisa bantuin gua kaga? Temenin gua ambilin kain pel. Basah nih." Pinta Evan dengan terburu-buru.

"Elah manja amat lo dih. Ambil aja sendiri napa. Jangan nyuruh-nyuruh temen gua dong." Bentak Karren. Lagi-lagi Karren terkekeh.

"Sial, kan kain pel ada di toilet cewek."

"Jangan Ilenne." Bisik Karren.

"Ah lama sini lo Len." Evan menarik tanganku keluar dari kelas dan sayangnya saat keluar dari kelas ia melepaskan cengkraman tangannya dari tanganku.

Sedari jalan tadi salah satu dari kami tidak ada yang membuka pembicaraan. Dan akhirnya saat sampai di toilet.

"Tolong ye Len ambil kain pelnya." Pinta Evan.

"Iya iya." Jawabku.

"Gua tunggu disini oke?."

"Iya." Jawabku.

There's No Second Chance.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang