Pak, asapnya melahap banyak nyawa jiwa yang tak berdosa
Kabutnya gelap, merabunkan mata dan harapan setiap jiwa
Tersengal nafas bercampur darah merah, semerah ketamakan si penguasa
Hijau dedaunan begitu kusam dan buruk rupa karena asapnya
Terik matahari menyengat lebih hebat menampar di bawah payung asap ulah si penjarahPak, sekolah anak-anak tunas bangsa harus di perjuangkan
Jiwa-jiwa generasi nyawanya hilang, padahal sekarang bukan zaman penjajahan
Sang tua menahan batuk dan sesak, mimpinya hanya kuburan
Apakah tidak ada harapan? Salahkah merangkai impian? Haruskah berperang kekuasaan??
Padamkan pak!!Pak, seberapa persen keuntungan dari penguasa di atas kedzaliman?
Sampai banyak jiwa yang harus kehilangan dan kesakitan
Berapa banyak pemberitaan yang mengabarkan kematian?
Jiwa-jiwa itu berharap ketegasan dan bantuan bukan blusukan pak!!Pak, jangan senyum lagi!!
Mereka belum siap mati
Mereka punya mimpi
Mereka rakyat ibu pertiwi
Mari beraksi bukan berjanjiRenungan
Sudan khartoum, 7 oktober 2015
Kami disini panas tak berasap saja sesak, apalagi mereka!!
Rindang dan gelap segelap cita mereka saat ini..
Kami do'akan semoga riau, jambi, dan daerah berasap tebal lainnya segera di guyur hujan deras dan cepat ada tindakan dari pemerintah.
Ini adalah tentang kedzaliman
(Peristiwa Asap waktu itu)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Cinta
PoetryMenulis adalah bagian dari Dakwah dengan pendekatan dengan kata per kata, bait per bait bahkan paragraf per paragraf. Dan tentunya penuh Cinta ❤❤