CHAPTER 1

211 11 0
                                    

Sepanjang jalan raya masih tampak basah. Semalam hujan deras mengguyur sebagian besar daerah ibukota. Hingga pagi ini pun langit masih menurunkan sedikit sisa air hujan yang beraturan bagain irama. Dedaunan dipenuhi tetes tetes air hujan.

Dijalan raya banyak pengendara bermotor mengenakan jas hujan. Di trotoar juga banyak murid berseragam sekolah serta orang kantor berlalu lalang dengan memakai payung. Mereka semua tampak terburu buru.

Sebuah angkot berwarna biru berhenti di depan Perapatan Raya. Beberapa orang pekerja kantoran turun dari angkot. Tidak ada lagi anak sekolahan. Mayra yang juga baru turun dari angkot itu langsung menggerutu kesal. Ia melihat sepatunya basah karena menginjak genangan air. "Ah sial!"

Mayra beralih menatap jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 6:28. Ini artinya sebentar lagi jam pelajaran akan segera dimulai, dalam waktu 2 menit. "Mampus telat deh gue."

Tanpa pikir panjang Mayra langsung berlari secepat kilat menuju sekolahnya. Jarak dari Perapatan Raya-tempatnya turun dari angkot-ke sekolah memang lumayan jauh. Sehingga membutuhkan waktu cukup lama bagi Mayra untuk sampai di sekolahnya.

Kakinya terus melangkah dengan cepat. Jantungnya sudah berdegup tak karuan. Sesekali Mayra berhenti berlari untuk mengatur nafasnya. Kini ia tak peduli lagi dengan sepatunya dan juga rambutnya yang basah akibat terkena guyuran gerimis kecil.

Ia hanya fokus pada satu tujuan ;ia harus cepat cepat sampai di sekolah.

Mayra melihat jam tangannya lagi. Sudah pukul 7:40. Sudah terlambat 10 menit dan ia baru sampai tepat di depan gerbang sekolahnya. Di depannya terdapat plang besar bertuliskan SMP Mayangsari 1. Ia pun mengatur nafasnya yang masih tidak karuan, sambil memegang dada nya yang terasa begitu berat. Ia merasakan tangannya gemetar hebat. Keringat dingin meluncur di sekujur tubuhnya.

Dengan wajah yang masih pucat pasi, Mayra memberanikan diri melangkah masuk ke dalam sekolah. Pikirannya dibalut dengan sejuta halusinasi negatif. Ia membayangkan apa yang akan terjadi padanya karena sudah terlambat. Dihukum? Diomeli? Dapat skor? Ia siap menghadapinya. Kakinya terasa sangat berat.

Biasanya, di sekolah ini, siapapun yang terlambat walaupun hanya 5 menit, maka akan dapat hukuman dan skor. Dan Mayra adalah anak yang paling anti akan hal itu. Hari hari biasanya yang selalu Mayra lakukan adalah datang ke sekolah 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Namun kini keadaan Mayra sudah berbalik. Rupanya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

Mayra berdiri tepat di depan gerbang sekolah. Ia menyentuh gerbang itu. Rasanya dingin sekali,menyadari bahwa tangganya menggenggam besi dingin yang ada dihadapannya. Semua kelas pasti sudah mulai belajar. Tubuh Mayra semakin gemetar. Ia mengusap pipinya perlahan. Duh, rasanya pengen pulang aja, batin Mayra dengan gelisah.

Dengan perlahan ia menarik gerbang itu. Dan ternyata terkunci. Mayra panik. Ia terus menggebrak gebrak-kan gerbang sekolahnya itu. Berharap ada yang membukakan gerbangnya agar ia bisa masuk. Namun sepertinya tidak ada yang berniat untuk membuka nya. Mayra pun mendengus pasrah. Rasanya ia ingin menangis, air mata sudah sedikit menggenangi mata bulatnya.

Dengan perasaan kacau, ia pun berjongkok di depan gerbang itu sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya yang dingin. Ia mengatupkan bibirnya, berusaha menahan air mata yang memaksa keluar dari matanya. Selama hampir 3 tahun ia menyandang status sebagai murid di SMP ini, baru kali ini ia merasakan dirinya terlambat sampai separah ini. Ia menyesali dirinya sendiri.

Otaknya terus memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Pulang, engga, pulang, engga. Pikirannya terus berusaha memutuskan yang mana yang akan ia ambil. Ibaratnya, ada dua malaikat bertengger di bahu kanan dan kirinya, berusaha membisikkan kata kata yang mungkin bisa mempengaruhi otak Mayra.

Kini pertahanannya runtuh, air matanya tidak mampu ditahan lagi. Keluarlah bertetes tetes dari matanya. Sementara wajahnya masih ditutupi oleh tangannya. Ia pun langsung menyandarkan tubuhnya pada gerbang itu. Mulai terdengar suara sesenggukan dari mulut Mayra.

------

A/N :
Hei, ini chapter yang petama dari gue. Btw, cerita ini adalah cerita pertama yang gue tulis di wattpad. Semoga aja gue bisa fast update ya. InsyaAllah sih gue bakalan update tiap minggu atau kurang. Yaa tergantung mood gue sih.
So, enjoy it!

First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang