CHAPTER 11

71 2 0
                                    

Mayra menggenggam bagian belakang motor Azam kuat kuat. Matanya menyipit akibat terjangan angin kencang yang memaksa masuk ke matanya seiring kecepatan motor melaju. Tentu saja Azam mengendara dengan cepat sehingga membuat jantung Mayra berdegup kencang. "Woi pelan pelan dong!" Ujarnya.

Azam yang tersadar akan kata kata Mayra dengan seketika langsung memperlambat laju motornya. "Maaf. Udah kebiasaan."

"Kebiasaan yang buruk."

"Sok tau lo. Justru kaya gini tuh biar nyampenya cepet."

"Ish alesan aja."

"Oh ya, gue laper nih. Kita makan dulu ya?"

"Hah?" Mayra hampir tidak mendengar suara Azam akibat termakan oleh angin dan kendaraan lain.

"Kita makan dulu ya. Mampir ke warung makan gitu."

"Ngga ah. Jangan ngajak gue. Lo makan aja sendiri."

"Masa gue makan sendiri? Berasa jomblo tau."

"Lah bukannya lo emang jomblo?"

"Heeh. Seenggaknya gue ngajak lo makan biar ngga terlalu keliatan jomblonya."

"Gila! Ngga mau! Enak aja lo memanfaatkan keadaan."

"Siapa yang memanfaatkan keadaan?"

"Lo!"

"Dasar bawel. Gue yang bayarin deh. Gimana?"

"Ngga. Sama aja itu mah. Lo sengaja bayarin gue biar mau ikut."

"Lah emang itu tujuannya."

"Ngga ah." Ucap Mayra dengan kesal. Padahal dalam hati ia tidak tega menolak tawaran Azam. Tapi tetap saja ia tidak ingin terlihat sebagai anak pendiam sekaligus penurut dimata Azam. Kesannya kaya jaim alias jaga image.

"Gue mau makan. Kalo lo ngga mau ikut ya terserah. Gue turunin disini aja ya."

"Loh tapi ini kan masih jauh dari rumah gue."

"Lo bilang ngga mau ikut gue makan. Udah pasti rumah lo ngga searah dengan rumah makan yang gue tuju, kan? Yaudah mending gue turunin lo disini aja. Mampus lo nanti digodain om om sama banci kaleng di pinggir jalan."

Mampus, skakmat. Mayra berujar dalam hati. Azam memang selalu punya cara agar Mayra menurutinya. Dan pada akhirnya Mayra memutuskan untuk ikut dengan Azam. Ia tidak ingin menerima konsekuensi yang lebih berat.

"Okedeh, terserah lo. Tapi jangan lama lama."

"Kalo kecepetan makannya nanti keselek."

"Bacot, ngoceh mulu." Ujar Mayra sambil menempeleng kepala Azam sehingga membuat Azam kehilangan keseimbangan beberapa saat.

"Eh diem woy! Kalo jatoh motor gue lecet nanti." Teriak Azam sambil kembali menyeimbangkan motornya.

"Bodo!"

Mereka pun kembali terdiam. Azam masih serius memperhatikan pandangannya ke depan. Sementara Mayra terhanyut dalam imajinasinya sendiri. Mengingat bahwa tadi jelas jelas Azam membuat Vanya tercengang. Sampai temannya yang bersorak jahil meneriaki Mayra yang naik motor bersama Azam. Bahkan Dani dibuatnya takjub. Azam sekarang memang sudah berani unjuk gigi.

Selang beberapa menit dan mereka pun sampai di tempat tujuan. Rumah makan Padang yang selalu menjadi favorit Azam. Mereka memilih tempat duduk sebelum akhirnya memesan nasi padang 2 porsi.

Sambil menunggu pesanan, Azam memulai pembicaraan. "Suka nasi padang kan?"

"Hmm." Jawab Mayra sekedarnya.

First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang