CHAPTER 3

94 7 0
                                    

Kelas IX-4 memang sudah diakui guru bahwa kelas itu adalah kelas paling kacau, bandel minta ampun, pokoknya paling anti-mainstream. Sampai membuat guru guru enggan masuk kelas itu, bukan karena malas mengajar, tapi karena kelasnya yang luar biasa rusuh plus berantakan. Terutama ada Azam sebagai biang kerok yang selalu membuat kerusuhan. Mukanya yang sering masuk ruang BK membuat semua guru bosan melihatnya. Ditambah lagi sebagian teman teman futsalnya yang ngga kalah rusuhnya.

"Woy lempar tip-ex dongg!!" Terdengar suara membahana dari pojok kelas. Dia Azam yang sedang menyontek tugas matematika milik temannya. Tangan yang biasanya malas buat menulis, tapi kalo dalam urusan menyontek, maka bisa berubah 180 derajat jadi nulis secepat kilat.

"Woy minjem tip-ex buruan dong, gantian!"

"Eh bagi bagi dong contekannya."

"Geseran kek. Gue ngga keliatan nih!"

"Liat yang nomor 2 dong!"

Kira kira begitulah rusuhnya kelas ini bila ada tugas dan mereka belum mengerjakannya.

Biasanya dalam urusan menyontek, mereka meminjam buku Hana, si ranking 1 di kelas IX-4. Cewek paling pinter sekaligus lugu ini emang baik banget dalam ngasih contekan ketemen temen nya. Tapi ngga tau deh dalam hatinya ikhlas apa engga. Yang mereka pikirkan cuma menyalin dan menyelesaikan tugas itu. Hal ini emang jadi kesempatan bagus bagi Azam. Menurutnya, dapat contekan cuma-cuma dari Hana merupakan rejeki nomplok yang mubazir kalo dilewatkan. Apalagi kalo Azam lagi males nulis, dia pasti minta tulisin sama Hana.

Saat semua murid sudah selesai,namun Azam masih sibuk menulis pekerjaannya yang memang belum selesai.

"Hei! Hei! Kalian sedang apa ini? Ngapain berkumpul dibelakang semua?!" Sontak semua murid langsung kaget mendengar suara itu dan menatap kearah depan dengan muka melongo nya yang sumpah demi apapun-tablo banget. Ternyata itu Bu Endang, guru matematika yang sudah berada di depan pintu menatap murid muridnya yang sedang bergerombol ngumpul dibelakang kelas.

Semua murid pun langsung kembali ke tempat masing masing dan langsung diam. "Gimana, pr nya udah selesai?"

Semua murid pun diam, tak ada yang berkutik sedikitpun, mereka hanya mengangguk pelan sambil melirik Azam, termasuk Hana. Mereka takut jika salah ngomong, bisa bisa nanti dibantai oleh Azam.

"Hei ibu tanya, jangan diam saja!"

"Belom selesai Bu..." Tiba tiba Azam menyahut dari belakang kelas. Otomatis Bu Endang serta teman sekelasnya langsung menatap Azam.

"Oh kalo kamu emang ngga pernah ngerjain pr. Ibu sudah tau."

"Kalo gitu ibu ngapain nanya?"

"Diam kamu Azam! Kamu berani sekali melawan saya."

"Saya nyalin nya dikit lagi nih Bu. Buku Hana masih sama saya." Azam lagi lagi berujar dengan santainya. Dan langsung dibalas dengan pelototan tajam ala Bu Endang. "Masih mending saya ngerjain, daripada engga sama sekali. Nanti ibu marah marah lagi sama saya. Saya lagi deh yang disalahin."

"Guru mah selalu bener Zam," celetuk Fadil-salah satu teman futsal Azam, cowok ini juga sering buat keributan. "Kalo guru salah, balik lagi ke pernyataan pertama."

Seisi kelas langsung tertawa mendengar celotehan Azam dan Fadil. Mereka juga ikut tertawa. Azam mengacungkan jempolnya kearah Fadil.

"Diam kalian!" Suara penggaris Bu Endang mengagetkan semuanya. Tawa yang tadi pun langsung menghilang, semua murid terdiam.

"Azam dan Fadil, ikut ke ruangan ibu!" Kata Bu Endang dengan tatapan tajam pada kedua anak itu. "Dan untuk yang lainnya, kumpulkan pr nya sekarang." Semuanya pun mengumpulkan tugas yang Alhamdulillah udah pada selesai semua. Kecuali Azam.

First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang