chapter 1: Petunjuk

90 4 1
                                    

[jakarta, 19 Juni 2091]

Pagi hari, di sebuah rumah kecil yang terletak dekat dengan permukaan air, hidup seorang anak lelaki berumur 15 tahun yang sedang tertidur. Anak itu merupakan salah satu dari pengguna kekuatan supranatural. Ia hidup sendiri, orang tuanya dulu adalah anggota dari pasukan ksatria yang terbunuh ketika sedang menghadapi sekelompok Imaji.

Kemudian suara dering dari handphone membangunkannya.

Triiing...triiing...triiing...

"Ya ya... Halo ini siapa?" dengan suara lesu.

Terdengar suara seorang gadis yang tidak asing baginya.

"Eza kamu dimana? Jangan bilang kalo kamu masih tidur"

" lisa?, iya-iya aku baru bangun" dengan masih terbaring ditempat tidur

"Cepatlah, Pak Syam tadi meneleponku, katanya ada sesuatu yang ingin dia tunjukan kepada kita"

"Memangnya apa yang ingin dia tunjukan?" sambil bangkit dari tempat tidurnya.

"Entahlah dia tadi tidak bilang, pokoknya kamu cepat siap-siap aku tunggu di kafe yang biasa kita kunjungi oke"

"Ya kalo begitu aku mandi dulu"

"MANDINYA JANGAN LAMA-LAMA!!!!"

"Iya..iya.."

Eza menutup teleponnya. Ia pun bergegas untuk mandi dan bersiap. Membawa tas selempangnya, memakai jaket jeans favoritnya, dan membawa sebagian dari uang tabungannya lalu pergi meninggalkan rumah.

***

Sesampainya di depan kafe, Dia melihat Elisa Sedang duduk menunggunya sambil meminum coklat panas yang ia pesan. Gadis cantik yang memiliki rambut hitam panjang bergelombang ini adalah sahabat terdekatnya. Mereka sudah bersahabat selama 3 tahun. Umur gadis itu satu tahun lebih muda dari Eza. Dia juga merupakan salah satu dari pengguna kekuatan supranatural.

Eza mendekati dan menyapanya.

"Hey"

Gadis itu melihat Eza dan memberikan senyuman kepadanya

"Hai, tumben cepet"

"Iyalah, aku mandinya engga lama kan? "

"Heheh, iya-iya"

kemudian ia berdiri dari tempat duduknya dan bergegas untuk pergi.

"Kalo begitu ayo kita pergi ke rumah Pak Syam"

"Ehhh tunggu-tunggu"

"Ada apa lagi?"

"Karena ini masih pagi dan aku baru saja sampai disini, aku mau makan dulu. Kebetulan aku belum sarapan"

"Aku juga belum sarapan, tapi aku engga bawa uang banyak"

"Kebiasaan. Yaudah, aku traktir"

Mereka pun memesan makanan. Setelah mereka menyantap makanannya, mereka bergegas pergi menuju rumah Pak Syamsul

***

Eza dan Elisa tiba di depan rumah Pak Syamsul. Rumahnya cukup besar untuk seseorang yang tinggal sendiri. Pak Syamsul bekerja sebagai seorang Arkeolog, beliau satu-satunya orang yang masih berusaha mengungkapkan rahasia dari artefak medali itu.

Mereka berdua masuk kedalam rumah Pak Syamsul. Kemudian Eza memasuki ruang kerjanya. Terdapat meja besar yang biasa dipakai oleh Pak Syamsul untuk bekerja, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya

"Haloo, Pak Syam?"

"Kenapa tidak ada siapa-siapa?" tanya Elisa.

"Kamu yakin dia menyuruh kita untuk bertemu dirumahnya?"

Kriiiiingggg.....kriiiiiiingg......kriiiiiinggg...

Tiba-tiba sebuah telepon yang ada di meja kerjanya berbunyi. Eza pun mengangkatnya.

"Halo?"

"Eza apa itu kau?" dengan suara berbisik

"Pak Syam?"

"Dengan siapa kau kesini?"

"Hanya aku berdua dengan lisa"

"Cepatlah masuk ke ruang bawah tanah"

Tiba-tiba meja kerja itu terbelah menjadi dua dan membukakan tangga,  jalan menuju ruang rahasia di bawah tanah. Eza dan Elisa menuruni tangga itu dan masuk kedalam ruangan itu dengan kebingungan.

"Uhh... Pak Syam?"

Pak Syamsul mendengar suara Eza.

"Eza, Lisa, kenapa kalian lama sekali?"

"Tadi kita sarapan dulu, memangnya ada apa pak?" tanya Eza.

"Bapak ingin menunjukan ini"

Pak Syamsul membuka kain yang menutupi benda di atas sebuah meja.

"Ini kan?!.... Medali itu!" Elisa terkejut ketika melihatnya

"Benar... Sudah 2 bulan bapak mempelajari medali ini. Medali ini umurnya sudah sangat tua bahkan jauh sebelum kerajaan pertama berdiri di Indonesia,dan ternyata medali ini hanyalah bagian dari sesuatu yang lebih besar"

"Maksudnya?" tanya Elisa

"Medali ini hanya sebuah bagian dari artefak yang lebih besar, benda ini bukanlah sumber dari energi yang sebenarnya tapi sebuah petunjuk untuk menemukannya"

"Jadi intinya bapak sudah tau petunjuknya?" Eza menyimpulkan.

"Sudah. Tapi bapak belum mencobanya. Medali ini memiliki ukiran matahari, pasti ada hubungannya dengan matahari"

"Kalau begitu-"

Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari atas yang menggetarkan ruangan bawah tanah.

"Apa itu!?" Eza dan Elisa terkejut

Pak Syamsul menjawab

"Sepertinya... itu mereka"

Bersambung...

SolsticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang