Chapter 3: Rava.

53 4 0
                                    

Dari asap ledakan itu muncul seorang anak lelaki yang tingginya terlihat sepantar dengan Eza. Anak itu mengenakan jaket berwarna abu tua, dengan lengan jaket yang digulung sampai sikut, ia memegang tongkat sihir yang panjang di tangan kanannya, dan hoodie yang menutupi kepalanya.

Anak itu melihat medali yang terjatuh ditanah. ia mengambil medali itu tanpa menyentuhnya, medali itu melayang sendiri kearahnya. Eza melihat anak itu memegang medalinya.

"Hey kau! Kembalikan medali itu!!"

"Tidak!! Berikan medali itu kepada ku" balas sang komodo

Anak itu tidak menuruti perkataan mereka.

"Heh... Yang benar saja"

Anak itu pergi dan membawa medalinya. Ia membuat sebuah portal sihir dari tangannya yang membuat ia mampu untuk berpindah-pindah tempat.

"Eza!!, kau kejar anak itu biar aku yang atasi mereka!" kata Elisa

"Baiklah"

Eza meletakan kedua tangannya di atas tanah dan berposisi seperti akan melakukan sprint, kemudian ia mengucapkan mantra.

"Accelerantus!!"

Sesaat kakinya mengeluarkan cahaya. Kemudian ia melesat dengan sangat cepat, berlari secepat angin mengejar anak itu. Anak itu berlari sambil berpindah-pindah dengan portalnya, dari jalanan ke atap rumah dan dari satu atap ke atap lainnya, membuat Eza kesulitan mengejarnya. Eza berusaha dengan keras untuk mendekatinya, mencari waktu yang pas ketika anak itu akan berpindah tempat. Ketika Eza sudah berada di posisi yang cukup dekat dengannya, ia meloncat ke arah anak itu dengan kedua keris yang siap untuk menyerang. Anak itu menyadari keberadaan Eza, dengan sergap ia menangkis serangan itu dengan tongkat sihirnya.

Eza mencoba untuk menebas bahu kanannya. Anak itu berhasil menangkisnya.

"Accelerantus!"

Eza mempercepat gerakannya menggunakan sihir. Kemudian dalam sekejap ia melesat tepat dihadapan anak itu dan melakukan serangan beruntun kearahnya. Anak itu menangkis serangannya. Secepat apa pun Eza melancarkan serangan, anak itu masih dapat membaca gerakannya. Dengan cepat anak itu berpindah tempat ke belakang Eza Menggunakan portalnya.

Kemudian anak itu mengacungkan tangan kanannya kearah Eza, dari telapak tangan kanannya muncul sebuah tanda berbentuk lingkaran yang mengeluarkan cahaya yang sangat terang. Cahaya itu memancarkan gelombang yang memberikan gaya dorong yang sangat besar. Eza terkena cahaya itu. Ia terpental dan terjatuh ketanah dengan sangat keras.

"Kau!!"

Eza mulai merasa sangat kesal. Ia berusaha untuk bangkit.

"Kembalikan medalinya!!!!"

"Jawab pertanyaan ku dulu!! Dari mana kau mendapatkan medali ini?" tanya anak itu.

"Itu bukan urusan mu!!!"

Dengan cepat ia menghunuskan kedua kerisnya. Anak itu menahan serangannya hingga terdorong kebelakang, terpojok ke tembok. Melihatnya terpojok Eza kembali melancarkan serangannya. Anak itu membuat portal pada tembok itu dan segera berpindah tempat. Serangan Eza meleset, membuat salah satu kerisnya menancap ke tembok. Anak itu muncul tepat dibelakang Eza. Ia membalikan keadaan, sekarang Eza lah yang terpojok.

Eza mencoba untuk mencabut keris yang tertancap di dinding, namun tidak berhasil. Anak itu mendekati Eza dengan sekejap. Eza berusaha menebasnya dengan keris yang ada di tangan kirinya. Anak itu menghindari serangannya. Ia memukul tangan Eza dengan tongkat sihirnya sehingga keris yang ada pada tangan kirinya terjatuh. Anak itu kembali melakukan serangan, ia mengayunkan tongkatnya dan menghantam kedua kaki Eza. Membuatnya terjatuh ketanah. Anak itu menodongkan tongkatnya dengan ujung tongkat yang bersinar sangat terang. Dengan ini Eza tidak bisa melakukan serangan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SolsticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang