Chapter 2: Lindungi Medalinya!

74 5 5
                                    

"Mereka!? Mereka siapa?!" tanya Eza

Pak Syamsul bergegas membawa barang-barang yang penting baginya.

"Ada banyak orang yang mengincar medali ini, mereka tahu kalau bapak menyimpan medali itu dan mengetahui sesuatu tentangnya. Jadi mereka mengirim seseorang untuk mengambilnya"

Pak Syamsul mengambil medali tersebut dan memberikannya kepada Eza dan Elisa.

"Ini, kalian bawa medali ini, Lindungi medali ini. Kalian adalah pengguna Supranatural yang sudah terlatih, kalian bisa menjaga medali ini lebih baik dari bapak"

"Baiklah" jawab mereka

Eza langsung menyimpan medali itu di dalam tas selempangnya

"Dan satu hal lagi, Eza"

"Iya Pak?"

"Ini ambilah"

Ia memberikan sebuah benda yang terbungkus rapi dengan kain kepada Eza.

"Apa ini?"

Eza membuka kain itu dengan hati-hati.

"Ini!?"

Benda itu adalah dua buah keris yang sangat indah, yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kedua keris itu sangat ringan, dan berkilau ketika terkena cahaya.

"Ambilah, itu punya ayahmu, dulu dia menggunakan itu ketika sedang bertugas dalam pasukan Ksatria"

"Terima kasih...pak"

"Kalian berdua, ayo!" sahut Elisa

Dengan cepat mereka keluar dari ruang bawah tanah menuju ruang kerjanya. Mereka bertiga melihat keadaan dirumahnya menjadi sangat kacau. Sekelompok imaji berbentuk manusia kucing memporak-porandakan rumahnya. Kelompok itu dipimpin oleh imaji berupa seekor komodo jantan yang mengenakan jaket kulit dan topi fedora berwarna coklat. Sang komodo melihat Pak Syamsul.

"Wah..wah..wah... Kita bertemu lagi tuan Syamsul" dengan suara yang berat

Pak Syamsul hanya terdiam.

"Kalau begitu tidak perlu berlama-lama berikan medali itu kepada kami"

Komodo itu melihat Eza memegang tas selempangnya seperti sedang menjaga sesuatu yang sangat berharga. Ia mengahlihkan perhatianya ke Eza

"Berikan medali itu nak "

"Tidak"

"Berikan medali itu jika kau masih ingin hidup" Komodo itu mengancamnya

"Coba saja kalau kau bisa!"

"Baiklah kalau begitu"

Karena kesal, sang komodo menodongkan pistol besar kearahnya dengan jari yang siap untuk menarik pelatuknya.

"Eza!! Awas!!"

Pak Syamsul melempar bom kilat yang menyilaukan pandangan sang komodo, komodo itu menarik pelatuknya. Eza dengan cepat menghindar. Tembakan itu jadi meleset.

"Elisa, sekarang!!!" teriak Pak Syamsul

Elisa membacakan mantra.

"Vorago!!"

Tiba-tiba terbentuk pusaran air yang menghempaskan Sang komodo dan anak buahnya, tetapi itu belum cukup untuk menghentikan mereka. Pak Syamsul, Elisa dan Eza berlari ke luar dari rumah itu. Di depan rumah itu, Pak Syamsul menghentikan mereka.

"Kalian berdua pergi bawa medali ini. Lindungi medali ini sebaik-baiknya"

"Bagaimana dengan bapak?" tanya Elisa dengan perasaan khawatir.

"Bapak akan coba menahan mereka, kita akan bertemu lagi di rumah Eza"

"Lisa ayo!"

Eza dan Elisa pergi meninggalkan Pak Syamsul. Pak Syamsul menyerang sebagian dari kelompok manusia kucing itu menggunakan senapan buatannya. Imaji komodo itu melihat Eza dan Elisa kabur dengan penuh amarah.

"Grrrr... KEJAR ANAK ITU!! KITA HARUS MENDAPATKAN MEDALINYA!!"

Komodo itu mengejar Eza dan Elisa bersama dengan sebagian anak buahnya.

*****

Ketika sudah berlari cukup jauh dari rumah tersebut mereka berdua berhenti di sebuah gang.

"Sepertinya kita sudah cukup jauh dari mereka" kata Eza

"Mungkin saja" jawab Elisa

Tiba-tiba sekelompok manusia kucing loncat dari atap-atap gang dan mendarat di hadapan mereka

"Lisa lewat sini!!"

Ketika mereka hendak kabur dari manusia-manusia kucing itu, dibelakang mereka muncul sang komodo yang siap menodongkan pistol kearah mereka.

"Heheh... jalan buntu nak"

Mereka berdua terkepung.

"Za, bagaimana ini?"

"Lisa, kau serang manusia-manusia kucing itu biar aku yang hadapi dia"

"Baik"

Elisa menyerang sekelompok manusia kucing itu menggunakan sihirnya. Ia membentuk kobaran api yang mengelilingi dirinya dan menembakan api-api itu kearah mereka. Eza dengan cepat mencabut kedua keris pemberian Pak Syamsul dan menebas tangan kanan komodo itu sehingga ia menjatuhkan senjatanya. Kemudian ia melakukan serangan beruntun ke tubuhnya. Komodo itu terdorong kebelakang, tetapi tidak ada satu pun dari serangannya yang melukai tubuh imaji itu.

"Heheh dasar bocah kau pikir kau bisa melukai ku dengan mudah. Aku memiliki kulit yang tebal dan keras yang bekerja sebagai pelindung. Serangan seperti itu tidak akan berdampak apa-apa kepadaku"

"Kalau begitu aku hanya harus menyerang mu lebih keras lagi!"

Dengan cepat Eza menghunuskan kerisnya tepat ke arah imaji komodo itu. Komodo itu mengeluarkan sebuah golok dan menangkis serangan Eza. Mereka saling beradu serangan. Tiba-tiba muncul lingkaran cahaya yang mengelilingi mereka berdua.

"Apa? Lingkaran apa ini?" komodo itu kebingungan.

Elisa melihat Eza berada di dalam lingkaran itu.

"Eza!! Cepat keluar dari lingkaran itu!! Itu adalah lingkaran sihir!!"

Eza berlari berusaha keluar dari lingkaran itu secepatnya. Tiba-tiba seseorang mengucapkan mantra.

"LUMINOC!!!"

Lingkaran cahaya itu meledak menghempaskan Eza dan semua yang ada di dekat lingkaran itu. Secara tidak sengaja medali yang Eza bawa keluar dari tas selempangnya dan terjatuh ke tanah.

Dari asap ledakan itu muncul seorang anak lelaki.....

Bersambung...

































SolsticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang