Akhirnya..

6.9K 494 5
                                    

Esok harinya kami kembali mendatangi rumah Dinar. Tapi, satpam itu terus saja berbicara bahwa orang tua Dinar sibuk. Sesibuk apakah mereka sampai weekend pun tidak ada di rumah? Kami pun pulang kembali tanpa informasi, lagi.

Hari ini hari senin, aku, Deo dan juga Nita akan kembali mendatangi rumah Dinar. Kali ini kami kesana pada malam hari. Setelah kami sampai, kami melakukan hal yang sama yaitu memencet bel. Satpam itu terlihat kesal, mungkin bosan melihat kami tiga hari berturut-turut.

"Ckck. Kalian lagi. Kalian ga bosen kesini mulu? Saya aja bosen liatnya. Emang ga ada tempat lain yang bisa kalian kunjungi selain rumah ini? Lagian ini udah malem, anak segede kalian ini harusnya di rumah, bukannya keluyuran ga jelas. Apalagi anak perem--"

"Sekarang orang tuanya Dinar ada?" Tanya Deo, untung Deo memotong omongan satpam itu kalu tidak, bisa sampai subuh kami di sini mendengar ocehannya. Ck.

"Kalian ini ada kepentingan apasih, sampai-sampai selalu mencari Tuan dan Nyonya?"

"Kepo deh Bapak. Mau tau aja urusan orang." Mulai lagi -_-

"Ditanya jawabnya malah gitu. Kepo itu apa ya?" Tanya satpam itu dengan muka (sok) polosnya. Sumpah mukanya itu loh... ga pantes hahaha..

"Mau tau aja sih. Itu tuh bahasa anak sekarang, Bapak yang anak dulu diem-diem aja."

"Kamu nih ya, sopan banget jadi anak."

"Kemana aja sih Pak? Saya kan emang sopan." Jawab Nita kepedean

"Dasar bocah gemblung."

Tin

Tin

Tin

Suara klakson itu mengintrupsi pembicaraan kami, ralat lebih tepatnya perdebatan antara Nita dan satpam. Pak satpam langsung membukakan gerbang. Kami pun menepi, memberi jalan kepada mobil itu.

Deo berbisik kepadaku "Itu mereka kali ya?"

"Mungkin. Kira-kira kita bakal diizinin masuk gak nih?"

Deo mengedikkan bahunya "Coba aja."

"Eh, eh, ko ditutup sih Pak gerbangnya?!" Suara Nita yang cukup keras itu membuat aku dan Deo menoleh kearahnya. Dia sedang menahan gerbang agar tidak ditutup oleh satpam itu.

"Yaiyalah. Emang siapa lagi yang mau masuk?" Tanyanya santai. Pertanyaan bodoh macam apa itu?

"Bapak dikasih makan apa sih, sampe gedenya jadi begini?!" Tanya Nita frustasi

"Kenapa? Saya ganteng ya? Saya gantengnya kaya Aliando? Apa kaya Arbani Yasiz? Atau kaya Reza Rahadian?" Astagfirullah.. ada ya orang kaya dia?

Nita langsung mendatar kan ekspresinya "Bapak punya kaca? Ngaca gih Pak."

"Maksud kamu apa?" Tanya satpam itu mulai sewot

"Maksud saya--"

"Cukup. Pak itu tadi orang tua Dinar kan? Izinin kami masuk, kami ingin bertemu." Ucap Deo menghentikan perdebatan Nita dan Pak satpam.

"Tidak bisa. Mereka lelah."

"Tanya dulu kek Pak! Capek deh saya ngomong sama Bapak."

"Saya juga capek. Lagian siapa suruh kamu ikut-ikutan." Deo menatapku, tatapannya seakan berkata -Na, gue puyeng liat mereka. Lo aja yang ngomong gantian- Kira-kira seperti itulah arti tatapannya. Aku pun mengangguk mengiyakan.

"Bapak, maaf. Coba tolong ditanyakan dulu Pak. Mungkin mereka bisa berbicara dengan kami. Hanya sebentar, tidak akan lama." Ucapku sesopan mungkin

"Tapi--"

TOILET LANTAI 2 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang